"Ya!""Kamu kenal dia?" tanya Tobi agak kaget.Namun, begitu jawaban itu keluar dari mulut Tobi, Zira seketika lemas.Sebenarnya, dia telah menyadari bahwa Tobi tidak sesederhana itu. Keberadaan yang bisa membuat Winson begitu takut pasti sangatlah menakutkan.Pantas saja, Tobi meremehkan Damar dan mengatakan Pak Damar berpesan kepada anggota Geng Naga Hitam agar tidak memprovokasinya, apalagi dia juga bisa membuat Winson begitu hormat kepadanya.Zira akhirnya mengerti mengapa Tobi selalu begitu percaya diri. Sebaliknya, dia malah merasa dirinya paling benar dan kerap mengatakan ingin menghabisi pria itu dengan mudah.Melihat ekspresi Zira, Tobi menggelengkan kepalanya. Sepertinya wanita ini ketakutan.Fiona dan Prita juga kebingungan, tetapi mereka menyadari sejak Tuan Tobi menelepon, Zira tampak kehilangan akal sehatnya.Memangnya ada yang salah dengan panggilan telepon itu? Winson itu siapa?Mereka benar-benar tidak mengenal Winson."Tu ... Tuan Tobi, maaf, aku ...."Sikap Zira seke
Jika mereka tidak membalas dendam sekarang, kapan lagi ada kesempatan seperti ini?Meski Fiona tidak mengambil tindakan apa pun, melihat wajah Zira bengkak, dia merasa lega, apalagi biasanya wanita itu sangat peduli dengan penampilannya.Di saat ini, tiba-tiba Prita berkata, "Zira, aku punya hal yang selalu ingin kutanyakan kepadamu, tapi kamu harus menjawab dengan jujur."Usai itu, Prita berbalik dan berkata, "Tuan Tobi, bisakah kamu membantuku?"Tobi tertegun sejenak dan berkata, "Tentu saja, jangan khawatir, apa pun pertanyaan itu, aku akan membantumu mendapatkan jawaban paling jujur darinya.""Baik, terima kasih banyak Tuan Tobi!"Setelah mengucapkan terima kasih, Prita menenangkan dirinya sejenak, lalu bertanya, "Zira, apa kamu yang membuat kebakaran yang mengakibatkan wajah Kak Fiona luka parah?"Pertanyaan itu sontak membuat Zira pucat.Rahasia ini terkubur di dalam hatinya begitu lama dan dia juga tidak pernah memberitahukan hal ini kepada orang lain. Bagaimana Prita bisa menan
Melihat pemandangan ini, Tobi hanya bisa menghela napas. Dia menatap Zira dengan dingin, lalu berkata, "Lihat sendiri, kejahatan seperti apa yang telah kamu perbuat!"Saat ini, Zira yang biasanya kejam itu pun merasa sedikit menyesal.Atas permintaan Fiona, Zira pun menceritakan apa yang terjadi tahun itu."Hanya karena aku nggak menurutimu untuk pergi menemani orang kaya itu minum-minum, kamu memperlakukanku seperti ini?""Zira, aku sangat baik padamu, begitukah balasanmu kepadaku?"Mendengar alasan itu, Fiona hampir pingsan."Maaf, maafkan aku, saat itu aku benar-benar emosi. Kamu bukan hanya menolak mereka sekali dua kali saja, itu sangat membuatku kesulitan. Sebaliknya, kamu malah memarahiku gara-gara ini."Zira juga merasa sedih."Kamu masih berani bilang begitu."Prita tidak tahan lagi dan langsung mengumpatnya habis-habisan. Setelah itu, dia baru kembali menghibur Fiona dan mengatakan masih ada Tobi yang bisa menyembuhkan wajahnya.Barulah Fiona kembali tenang.Tobi pun bertanya
"Benar, ada dokter kulit terkenal di Kota Jatra yang mengatakan hal serupa denganmu. Ini semua gara-gara Zira," ucap Fiona dengan getir.Jika Zira tidak mengacaunya, dia akan menemukan dokter yang tepat dan wajahnya pasti sudah sembuh.Tobi mengangguk dan berkata, "Pengobatan sih nggak masalah, tapi kalau kamu benar-benar ingin membantuku, mungkin kamu harus muncul kembali di hadapan umum. Pernahkah kamu berpikir untuk kembali ke dunia musik?""Kembali ke dunia musik?"Fiona tertegun sejenak, menggelengkan kepalanya dan berkata, "Apa aku masih bisa kembali?""Tentu saja. Asalkan kemampuanmu masih ada, aku yakin namamu bisa terkenal seantero dunia, bahkan menjadi lebih hebat dari sebelumnya," kata Tobi.Fiona termenung sejenak. Dalam benaknya, selama bekas luka di wajahnya bisa sembuh, dia sudah merasa cukup. Dia tidak menyangka dirinya masih punya kesempatan untuk kembali ke masa kejayaannya.Walaupun dia sangat senang dirinya bisa kembali ke dunia musik, tetapi memikirkan hal-hal yang
"Nggak ada.""Meski kamu nggak bilang, aku juga bisa menebaknya. Kamu pasti sedang mencari pelaku yang mencemari nama baikku di intenet, 'kan?" ujar Widia."Kamu sudah tahu.""Ya, tenang saja, aku nggak serapuh itu! Tapi, bisakah kamu memberitahuku cara apa yang kamu gunakan?""Sebenarnya bukan apa-apa. Setelah diselidiki, sepertinya Almer iri melihat peningkatan nilai pasar perusahaan, lalu dia bekerja sama dengan dua pemegang saham lainnya untuk melakukannya.""Sudah kuduga, Almer itu memang parah," kata Widia dengan kesal."Jadi, apa yang kamu rencanakan?""Biarkan mereka membayar harganya, tapi aku perlu melakukan masalah lain sekarang," jawab Tobi."Masalah apa?""Mengembalikan citra industri kosmetik perusahaan kami.""Oh, kamu punya ide?""Ya, seharusnya kamu pernah dengar nama Fiona, 'kan?""Fiona? Fiona yang mana? Jangan-jangan yang kamu bilang itu penyanyi populer Fiona?""Benar!""Dia bersedia bekerja sama dengan kita, jadi kita bisa memanfaatkannya untuk publisitas.""Hah?
'Kak Tobi sudah mulai mengambil tindakan.''Pak Almer nggak akan bisa kabur lagi kali ini.'Saat Widia meletakkan ponselnya, ternyata baru jam sepuluh malam, banyak orang yang masih terjaga saat itu.Widia menyalakan ponselnya, lalu melihatnya sebentar. Masih banyak komentar negatif di Internet. Sebagian besar mengatakan Grup Lianto merasa bersalah, itulah sebabnya mereka masih belum memberikan tanggapan.Namun, ada juga sebagian yang berusaha keras membela Grup Lianto.Widia mendengus dingin dan berpikir, 'Untung ada Tobi, kalau nggak, aku benar-benar nggak tahu harus bagaimana menanganinya.'Terlepas dari hal lain, Tobi benar-benar mampu menangani konspirasi seperti ini dengan mudah. Terkadang Widia bertanya-tanya, apa Tobi sungguh tumbuh besar di pegunungan?Saat semua orang tengah membicarakannya, ada yang berkomentar, "Grup Lianto telah membuat pengumuman.""Sungguh!""Memangnya kenapa kalau sudah ditanggapi, bukankah mereka telah menipu semua orang?"Meski banyak orang yang meras
Alih-alih diam, Almer justru menelepon Widia dan langsung menyemprotnya, "Widia, apa maksudmu? Kenapa kamu melanggar perjanjian dan meminta polisi campur tangan dalam penyelidikan?"Mendengar semua itu, emosi Widia makin meluap, "Almer, penjahat yang tak tahu malu, beraninya kamu berteriak padaku?"Baru saja, Tobi mengirim sebuah rekaman suara.Itu merupakan rekaman percakapan antara Almer dan Taufik beserta dua pemegang saham lainnya sebelumnya, yang sedang merencanakan cara untuk mencelakai perusahaan atas apa yang telah dilakukannya.Setelah mendengar rekaman itu, Widia langsung emosi."Aku nggak tahu malu?""Widia, apa kamu sudah gila!""Jangan-jangan kamu mengira semua hal yang terjadi di Internet itu ada hubungannya denganku?""Memangnya bukan?" tanya Widia sambil mendengus dingin."Tentu saja bukan. Kamu pikir terlalu jauh.""Jangan lupa, kita sudah menandatangani perjanjian. Seandainya aku melakukannya, bukankah aku melanggar perjanjian dan termasuk penipuan? Mana mungkin aku m
Widia juga tidak menjelaskan terlalu banyak dan langsung mengirimkan rekaman yang ditemukan Tobi kepadanya.Setelah sang kakek mendengar rekaman itu, dia juga tak kuasa menyembunyikan amarahnya. Dia langsung menyerahkan hal itu kepada Widia dan membiarkan cucunya menangani sebagaimana mestinya.Setelah polisi turun tangan, banyak manajer Grup Lianto yang dibawa ke kantor polisi untuk diperiksa.Yuli juga termasuk salah satunya. Dia tampak ketakutan sekali.Sebenarnya, dia sudah sangat ketakutan ketika membaca pengumuman yang diunggah Widia di internet. Dia buru-buru menelepon Susan dan menyuruhnya untuk menengahi masalah ini.Selain itu, dia juga menelepon Tobi.Namun, Tobi tidak menjamin apa pun kepadanya. Pria itu hanya menyuruhnya untuk menceritakan semuanya dengan jujur. Jika apa yang dia jelaskan persis dengan apa yang dia jelaskan kepada perusahaan sebelumnya, maka semuanya akan baik-baik saja.Mendengar itu, akhirnya Yuli menghela napas lega. Dia diam-diam merasa senang lantaran