Baik itu masalah produk kosmetik ataupun staf layanan pelanggan yang bertanggung jawab atas umpan balik, itu semua termasuk masalah internal.Jika Widia mengeluarkan Mona dari manajemen saat ini, dia pasti tidak keberatan sama sekali, apalagi Widia akan membiarkan Mona kembali fokus pada keahliannya. Dia juga pasti akan menerimanya dengan senang hati.Widia ingin Helen menggantikan posisi Mona. Jika produk perawatan kulit yang disebut Tobi benar-benar berkhasiat, bisnis kosmetik perusahaan pasti akan berkembang pesat.Jika demikian, bisnis kosmetik akan melibatkan semua aspek manajemen dan membutuhkan orang yang bisa dipercaya dan berkemampuan untuk mengambil alih.Setelah Helen dimutasi, posisi direktur departemen penjualan akan menjadi kosong. Dengan begitu, dia bisa langsung mempromosikan Tobi untuk menjadi direktur departemen penjualan.Jika sebelumnya, hal ini mungkin akan sangat sulit terwujud.Lantaran tidak ada lagi Almer si biang kerok yang suka mengacau, ditambah dengan kiner
"Oke, bagus sekali!" Setelah menerima balasan positif, suasana hati Tobi langsung membaik."Tapi kamu belum memberitahuku, bagaimana baru disebut perusahaan mencapai kemajuan besar?""Huh! Kalau dihitung berdasarkan nilai pasar perusahaan, setidaknya harus berlipat ganda.""Apalagi, itu harus dalam waktu satu tahun!" ucap Widia sambil mendengus dingin.Kamu masih berani punya pikiran kotor seperti itu, bahkan berbicara omong kosong? Kalau begitu, aku akan memberimu tugas yang nggak mungkin bisa kamu selesaikan,' oceh Widia dalam hati.Menurut Widia, walaupun Tobi bisa menghadirkan produk perawatan kulit baru, tetapi selama produk itu tidak terlalu populer, nilai pasar perusahaan tidak mungkin berlipat ganda.Jangankan satu tahun, bahkan dalam beberapa tahun pun tidak mungkin.Lagi pula, nilai pasar perusahaan saat ini adalah empat triliun. Untuk mencapai delapan triliun, perusahaan membutuhkan waktu bertahun-tahun, kecuali mereka IPO.Awalnya Widia mengira Tobi akan merasa kesulitan da
"Bajingan! Apa yang kamu bicarakan!""Aku sama sekali nggak mengerang."Kata-kata ini sungguh membuat Widia malu."Kamu nggak sadar saat itu, jadi bagaimana kamu bisa tahu?"Saking malunya, Widia langsung memarahinya, "Sembarangan!""Oke, aku nggak akan mengungkitnya lagi!""Tapi aku sudah bekerja keras kali ini dan banyak membantumu, nggak bisakah kamu memberiku hadiah?" tanya Tobi penuh harap."Apa lagi yang kamu inginkan? Bukankah aku sudah memberimu promosi?" ucap Widia kesal."Itu nggak termasuk. Kamu tahu 'kan aku sama sekali nggak peduli dengan promosi, yang paling aku inginkan adalah kamu."Kata-kata ini seketika membuat hati Widia bergetar. Dia pun bertanya, "Lantas, apa yang kamu inginkan? Aku ingatkan, jangan keterlaluan.""Nggak, kok. Hanya sebuah pelukan, boleh?""Pelukan?"Widia menatap Tobi dengan tajam. Dia tahu pria itu ingin memanfaatkannya."Jangan marah, dong. Aku hanya ingin pelukan cinta darimu agar aku lebih bersemangat.""Kamu mungkin nggak tahu kalau aku telah
Widia buru-buru menstabilkan emosinya sejenak sebelum berjalan keluar. Kebetulan dia berpapasan dengan Helen yang baru saja menyelesaikan masalah kompensasi beberapa orang itu.Ada ekspresi kaget di wajah Widia. Apa begitu cepat selesai?"Bu Widia, mengapa wajahmu begitu merah?" tanya Helen dengan heran.Menghadapi pertanyaan itu, Widia makin tersipu seolah-olah rahasianya telah terungkap. Dia mencoba untuk tetap tenang dan menggelengkan kepalanya sambil berkata, "Bukan apa-apa!"Kemudian dia segera mengganti topik pembicaraan, "Kompensasi untuk orang-orang itu sudah diselesaikan secepat ini?"Helen tersenyum pahit, "Ya, mereka sangat kooperatif. Semuanya ingin cepat-cepat menandatangani perjanjian. Begitu selesai, mereka sangat senang.""Sebenarnya apa yang dilakukan Pak Tobi kepada mereka?"Helen juga khawatir apa orang-orang ini akan mendapat masalah nantinya?"Menghukum orang lain untuk memperingatkan mereka!"Mendengar itu, Helen samar-samar bisa menebak beberapa kemungkinan, "Ora
"Tentu saja. Kak Tobi yang berdiri di sana hari ini bagaikan pusat dunia!""Pusat dunia? Kenapa bukan pusat alam semesta?"Tobi menggelengkan kepalanya dan menjawab, "Lagi pula, ini semuanya diatur oleh Bu Widia. Seharusnya yang keren itu Bu Widia!""Ya, Bu Widia sangat luar biasa. Dia hanya perlu menyusun strategi agar segalanya berhasil.""Tapi itu juga tergantung tindakanmu, Kak Tobi. Kamu mungkin nggak tahu, saat itu, kami merasa perusahaan pasti akan berakhir."Leo tidak bisa berhenti berbicara dan melanjutkan dengan penuh semangat, "Tapi begitu Kak Tobi muncul, situasinya langsung berbalik sepenuhnya. Sekarang, krisis nggak hanya teratasi, perusahaan bahkan naik ke tingkat yang lebih tinggi.""Jangan dibicarakan lagi. Bekerja keras lebih bagus dari apa pun."Tobi menggelengkan kepalanya, membubarkan mereka, lalu kembali ke ruangannya.Begitu duduk beberapa saat, terdengar suara pintu diketuk.Tobi mengira itu Leo, jadi dia pun terus melihat ponselnya dan berkata, "Masuk."Ternyat
Dalam keputusasaan, Yuli terpaksa mundur dengan pasrah.Padahal dia telah seagresif itu, tetapi Pak Tobi masih bersikap dingin kepadanya.Sebenarnya, dia mengerti bahwa Pak Tobi tidak menyukainya dan tidak bermaksud membantunya.Setelah mengusir Yuli, ponsel Tobi berdering, Winson yang meneleponnya."Kak Tobi, aku dapat berita dari anak buahku, mereka bilang Haris sangat marah dan sepertinya dia masih ingin memanfaatkan korban-korban ini untuk menyerang Grup Lianto beserta istrimu."Tobi hanya memasang ekspresi datar, tanpa panik atau marah sedikit pun, "Oh? Apa yang ingin dia lakukan?""Tampaknya dia ingin menghasut para korban agar menuntut kompensasi besar dan sekaligus mencoba segala cara untuk mencemari nama baik kosmetik milik Grup Lianto," jawab Winson."Benarkah?""Sepertinya dia sudah bosan dengan status tuan muda Keluarga Sunaldi," ucap Tobi dengan dingin. Dia sama sekali tidak takut dengan hasutan dan fitnahan yang dilakukan oleh Haris, tapi itu semua bisa menimbulkan masala
"Ngawur!""Masa kamu nggak tahu seberapa menariknya dirimu? Banyak pria di perusahaan yang suka kepadamu, tapi mereka nggak berani mendekat karena telah berkali-kali ditolak olehmu.""Susan, kumohon, memandang dari persahabatan kita, bantulah aku kali ini.""Baiklah. Aku coba."Meski Yuli tidak terlalu baik kepada Susan, dia memutuskan untuk membantu menanyakannya. Lantaran dia tidak tahu berapa banyak hal yang telah dilakukan Yuli dan seberapa besar hukuman yang akan dia tanggung.Susan kemudian mengetuk pintu dan masuk.Saat melihat yang masuk adalah Susan, sikap Tobi langsung berubah, apalagi gadis itu sangat cantik dan wajahnya bisa membuat Tobi merasa sangat nyaman."Susan, ada masalah?""Ya, tapi kalau nanti aku bilang, Pak Tobi jangan marah ya," ucap Susan takut pria itu tidak senang."Mungkinkah kamu mau memohon tentang masalah Yuli?""Benar, aku ingin tahu kesalahan apa yang dilakukan Yuli. Kalau itu terlalu berlebihan, dia tetap harus menanggung akibatnya.""Hmm, kalau begitu
"Hah?"Susan baru tersadar dan buru-buru berkata, "Bukan.""Bukan? Kalau begitu, dia mau membantu?" tanya Yuli dengan tidak percaya."Bukan juga. Pak Tobi menyuruhmu untuk mendatangi Bu Widia dan menceritakan semua yang kamu ketahui tentang Almer kepadanya.""Semuanya tergantung pada dirimu. Makin banyak yang kamu sampaikan, makin besar peluangmu.""Benarkah? Dia sungguh bilang begitu?" Saat ini, Yuli hanya ingin melindungi dirinya, selain itu, dia tidak peduli begitu banyak lagi."Ya, jangan lupa beri tahu Bu Widia kalau Pak Tobi yang menyuruhmu ke sana. Setelah itu, sampaikan segala yang kamu ketahui dengan jujur. Seharusnya kamu akan baik-baik saja," jawab Susan."Lantas, kenapa wajahmu seperti itu? Kamu membuatku takut setengah mati."Yuli menghela napas lega. Setelah mengalami kejadian ini, kelak dia tidak akan berani terlibat dalam kasus seperti ini lagi.Susan tidak tahu harus mengatakannya atau tidak, apalagi itu posisi yang diincar Yuli selama ini, "Aku ...."Kamu kenapa? Mung
Bukankah sudah tidak ada orang yang bisa mengancam mereka lagi? Apa telah terjadi sesuatu?"Widia, ada satu hal yang aku minta orang selidiki selama ini dan sekarang akhirnya hasilnya sudah ketemu," ucap Tobi perlahan."Masalah apa? Ada hubungannya denganku?""Ya, kamu harus persiapkan mentalmu.""Apa yang terjadi sebenarnya?""Ada hubungannya dengan asal-usulmu." Tobi khawatir Widia akan sulit menerima kenyataan ini."Apa!"Ekspresi Widia seketika berubah. Begitu mendengar perkataan Tobi, dia sepertinya sudah bisa menebaknya. Wajahnya memucat. Dia pun bertanya, "Jangan-jangan, aku bukan anak kandung Keluarga Lianto?""Bukan hanya nggak, tapi Yesa menculikmu dari tangan ibumu."Tobi akhirnya menceritakan masalah itu pada Widia.Apa!Wajah Widia bertambah pucat. Tubuhnya gemetar. Fakta dia bukan anak kandung ibunya saja sudah membuatnya sedih. Tak disangka, malah ada hal seperti ini lagi sekarang.Namun, dia sangat kuat dan tegar. Jika tidak, dia juga tidak mungkin bisa menjabat sebagai
"Nggak terkalahkan?"Ekspresi Widia terkejut. Dia berkata dengan nada kaget, "Benarkah? Baguslah kalau begitu. Kita juga nggak perlu takut pada orang-orang jahat itu lagi."Dalam hatinya, yang paling penting adalah keselamatan Tobi.Mengenai hal lainnya, dia merasa semuanya tidak begitu penting."Benar. Kita nggak perlu takut sama mereka lagi."Tobi tersenyum. Namun, ada niat membunuh yang melintas di matanya. Dia ingat apa yang dikatakan Luniver sebelum pergi dan berharap mereka akan segera datang menemukannya.Namun tepat di saat ini, ponselnya berdering. Damar meneleponnya."Halo!""Raja Naga, kami telah menemukan sesuatu," ucap Damar melaporkan. Sebenarnya, dia telah menelepon beberapa kali sebelumnya. Namun, nomor Tobi tidak bisa dihubungi sama sekali.Kali ini, akhirnya Raja Naga mengangkat telepon.Setelah mendengar itu, Tobi segera berdiri dan berjalan ke samping. Dia bahkan menyela pembicaran Damar dan langsung berkata dengan nada tegas, "Katakanlah!"Widia tertegun. Terlihat
Tobi tidak mengetahui semua hal ini. Dia telah menenggelamkan dirinya dalam latihan kultivasi. Pria itu terus-menerus memahami hukum langit dan bumi serta meningkatkan energi yang terkandung di dalamnya.Tak terasa, tiga hari berlalu dengan cepat.Widia membuka matanya. Saat merasakan tubuhnya telah pulih sepenuhnya, dia tampak terkejut. Apa yang telah terjadi?Mungkinkah itu semua hanya mimpi? Bukankah dirinya sudah mati?Dia pun menoleh ke samping. Tampak Tobi duduk di sana. Seluruh tubuh pria itu diselimuti cahaya, seolah-olah orang suci yang turun ke bumi.Widia langsung berdiri. Lukanya telah pulih sepenuhnya. Dia masih hidup dan Tobi juga baik-baik saja. Pria itu menepati janjinya dan benar-benar menyembuhkannya.Saat memandang Tobi, sorot matanya menjadi makin lembut.Setelah Widia bangun, mereka kembali menghabiskan dua belas hari di sana.Selama belasan hari ini, kondisi tubuh Widia juga baik-baik saja. Dia telah berkultivasi sedemikian rupa. Sekalipun tidak makan selama sebul
Mendengar itu, Tobi pun langsung bertanya, "Seberapa besar kesenjangan kami sekarang?"Tobi tentu tidak akan membiarkan terjadi sesuatu pada Negara Harlanda mereka."Bagaimana aku menjelaskannya? Dalam hal pemahaman, kamu sudah memasuki tingkat menengah. Sedangkan dia telah mencapai tingkat tinggi. Meski tingkatannya hanya berbeda sedikit, kekuatannya sangat hebat.""Semuanya ada berapa tingkatan?" tanya Tobi sambil memeluk Widia."Aku kurang tahu pastinya, tapi menurut legenda, tingkat selanjutnya adalah tingkat puncak. Seharusnya tingkatan ini sudah termasuk kekuatan paling unggul di dunia kita," jawab Vamil.Tobi mengangguk. Ternyata, perbedaannya tidak terlalu besar. Dia merasa dirinya akan segera membuat terobosan baru. Namun, saat ini, dia tiba-tiba teringat dengan pria yang mengadangnya barusan. Dia pun bertanya dengan penasaran, "Siapa pria yang menghalangi dan merusak rencana kita tadi?""Dia?""Dia adik sepupuku!"Vamil tersenyum pahit dan menggelengkan kepalanya. "Tapi janga
Alam kultivasi yang sangat luar biasa!Begitu memasuki alam kultivasi ini, baik itu kekuatan fisik atau kekuatan mentalnya, jauh lebih kuat dari sebelumnya. Bahkan, dia bisa memobilisasi energi langit dan bumi sesuka hatinya.Seakan-akan semua energi yang ada tercipta untuknya. Tobi langsung menggenggam dengan tangan kanannya. Tiba-tiba ada kilat dan guntur yang muncul di telapak tangannya. Tampak sangat menakutkan, tetapi tidak ada kekuatan yang bocor sama sekali."Se ... sepertinya telah mencapai tingkat menengah dari hukum langit dan bumi." Vamil terkejut. Padahal, Tobi baru saja memahami hukum langit dan bumi, tetapi kekuatannya kini bahkan tidak jauh berbeda dari dirinya yang telah mencapai tingkat puncak.Raja Naga Tua dan yang lainnya juga merasakan tekanan yang mengerikan. Mereka bahkan hampir berlutut.Setelah itu, Tobi segera menyimpan kembali kekuatannya dan bergegas mendekati Widia. Kekuatan spiritualnya langsung memasuki tubuh Widia untuk memeriksa kondisinya. Tak lama kem
Begitu mendengar suara menyakitkan Tobi, Vamil merasa sangat pilu, tersiksa, dan juga sangat menyesal.Namun tepat di saat ini, dia merasakan perubahan pada tubuh Tobi. Wajahnya penuh dengan keterkejutan"Ini?""Keturunan naga?"Tobi juga merasakan hal yang aneh pada dirinya. Energi yang menakutkan mulai keluar dari tubuhnya. Bahkan tubuhnya yang biasanya melebihi kerasnya baja pun merasakan sakit yang parah.Hal ini membuatnya tanpa sadar membaringkan Widia kembali. Lantaran dia takut kekuatan fisiknya akan melukai Widia. Kemudian, Tobi berdiri agak jauh untuk menyalurkan energi yang dia miliki.Meski napas Widia terus melemah, Tobi tidak akan menyerah hingga saat-saat terakhir.Sembari menyerap energi keturunan naga, Tobi juga terus-terusan memperhatikan kondisi Widia. Dia bisa merasakan napas wanita itu makin lama makin pelan.Vamil menyaksikan semua ini dengan kaget. Padahal, dia mengangkat masalah keturunan naga hanya untuk mengelabui lawan. Siapa sangka, ternyata hal itu benar-be
Jika tidak, mungkin dia memerlukan waktu setidaknya beberapa bulan untuk pulih.Hirawan juga memiliki pemikiran yang sama. Saat melihat Luniver juga melarikan diri, dia segera bergabung dengannya dan pergi dengan cepat.Begitu Indira melihat mereka tidak punya peluang lagi, sekalipun rudal diluncurkan, mungkin hasilnya akan sia-sia saja. Dia terpaksa menyerah sepenuhnya. Dia hanya bisa menunggu sampai mereka dan Raja Naga Tua mengunjungi Gunung Simeru secara langsung.Meski Tobi membuat serangan yang menakutkan di akhir pertarungan, dia telah menggunakan teknik terlarang untuk mengerahkan energi pedang yang jauh melebihi kekuatan biasanya.Dampak dari serangan pedang ini juga sangat jelas. Tobi bisa dengan jelas merasakan kekosongan dan kerapuhan tubuhnya. Dia kini tidak bisa berdiri tegak.Bahkan, terhuyung sejenak. Dia menyadari bahwa wajah Widia tampak pucat pasi. Sekujur tubuhnya penuh dengan lumuran darah. Tampaknya, wanita itu dalam kondisi kritis.Wajah Tobi memucat. Dia segera
Setelah mengingatkannya, tanpa ragu sedikit pun, Hirawan langsung berbalik dan meninggalkan tempat itu dengan gesit.Saat ini, dia tidak peduli dengan hidup matinya Luniver lagi. Sekalipun pesuruhnya, Hirawan juga mengabaikannya begitu saja.Saat Luniver mendengar perkataan Hirawan, wajahnya berubah drastis. Dia mengumpat dengan marah, "Sialan!" Kemudian, segera berbalik dan bersiap melarikan diri dari tempat itu.Lagi pula, Vamil sudah mau mati. Prabu juga sudah mati. Hirawan dari Negara Melandia bersedia menjadi antek-anteknya. Semuanya berakhir dengan sempurna.Saat kekuatannya pulih, dia masih bisa kembali untuk mengambil nyawa dua orang ini.Di sisi lain, Indira kembali memandang Radiya dengan cemas. Maksud tatapannya sangat jelas. Sekarang telah mencapai momen paling kritis. Jika mereka tidak segera mengambil tindakan, maka tidak akan ada peluang lagi.Namun, Radiya masih terdiam. Pria itu hanya menatap layar dan tidak mengucapkan kata apa pun.Dia masih menunggu.Menunggu kode d
Yang paling malang adalah orang yang mengadang Tobi barusan. Pria yang mengkhianati Vamil itu bahkan tidak punya waktu untuk menghindar sama sekali. Dia menjerit dan langsung bergerak mundur.Jika tidak mundur dengan cepat, mungkin dia sudah kehilangan separuh nyawanya.Sialan! Kekuatan sekelompok orang ini sangat menakutkan. Terutama Tobi. Sepertinya kekuatan bocah ini lebih kuat dari dirinya sekarang.Menghadapi kedua kekuatan ini, Prabu juga merasakan teror. Dia mengerang beberapa kali dan mundur terus menerus. Tubuhnya jelas terluka parah.Sialan!Tak disangka, begitu kedua orang ini bergabung, kekuatan mereka akan begitu mengerikan. Bahkan, membuat lukanya bertambah parah. Jika bukan karena dia punya pil penyembuh, setidaknya dia butuh beberapa bulan untuk memulihkan dirinya.Sebenarnya Luniver bisa membantu Prabu, tetapi dia sengaja mundur. Saat melihat luka yang dialami Prabu makin parah, ada niat membunuh yang muncul di matanya.Jika memungkinkan, dia pasti akan menyingkirkan P