Bukan hanya Widia saja yang merasa geram, bahkan semua orang pun tidak tahan mendengar ucapan itu.Lagi pula, masalah telah sampai di titik ini, semua orang juga bisa melihat fakta dengan jelas dan beranggapan ini semua ulah Almer.Namun, Almer masih bersikeras tidak mengakuinyaBukan hanya mereka saja, bahkan para penonton yang berada di luar juga merasa geram.Begitu rupanya. Ternyata bajingan inilah yang membuat onar dan mengakibatkan banyak flek hitam di wajah mereka.Yang paling penting lagi, mereka telah berobat ke dokter, tetapi saat ini masih belum ada solusi penanganannya.Tobi memang berjanji kepada mereka dan menyuruh mereka menunggu dengan sabar. Setelah masalah selesai, dia pasti akan membantu mereka menghilangkan flek hitam itu, tetapi siapa yang berani menjamin pria itu benar-benar bisa melakukannya?Jika flek hitam itu tidak bisa hilang, kelak mereka harus bagaimana?Bahkan, sempat tebersit keinginan untuk menerobos masuk ke dalam perusahaan dan mencekik Almer.Hanya sa
"Menuntutku?""Haha. Masih keras kepala. Kalau begitu, coba kamu lihat itu siapa."Di bawah instruksi Tobi, ada orang yang muncul di luar pintu lagi.Kali ini, juga seorang gadis. Hanya saja, ketika Almer melihatnya, wajahnya berubah drastis. Dia tidak lagi mempertahankan ketenangannya dan berteriak dengan marah, "Ririn, apa yang kamu lakukan di sini!"Ririn tidak menjawab pertanyaan itu dan berjalan maju ke depan.Semua orang menatapnya lekat-lekat. Mungkin mereka tidak mengenali yang lainnya, tetapi gadis di hadapan mereka ini sama sekali tidak asing. Dia adalah sekretarisnya Pak Almer, Ririn, mana mungkin ada yang tidak mengenalnya?Bisa dikatakan, dia bisa mewakili Pak Almer ke mana pun dia pergi. Ditambah lagi, Pak Almer sangat percaya kepadanya."Ririn, aku bisa memberimu segalanya, tapi aku juga bisa menghancurkannya. Sebaiknya, jaga ucapanmu."Almer tidak peduli begitu banyak lagi dan langsung terang-terangan mengancamnya.Bagi Almer sekarang, dia tidak peduli dengan perkara re
Wajah Yuli terlihat suram. Hal yang dia lakukan itu mungkin akan membuatnya dikeluarkan dari perusahaan, tetapi dia lebih takut dirinya harus bertanggung jawab. Itu sebabnya, dia terus memohon."Susan, kumohon, bantulah aku. Kalau kamu nggak membantuku, aku pasti akan mati."Saat ini, dia tidak lagi sombong seperti sebelumnya.Dia juga tidak lagi mengatakan ingin menyingkirkan Tobi.Susan menggelengkan kepalanya dan berkata tak berdaya, "Maaf, aku benar-benar nggak bisa membantumu. Hubunganku dengan Pak Tobi nggak begitu baik, apalagi kesalahan yang kamu buat sangat serius."Usai mengatakan itu, Susan tampak heran dan berkata, "Mengapa gambarnya hilang lagi?"Benar saja, siaran langsung terputus lagi.Semua orang yang berada di luar juga tidak bisa menontonnya lagi, tetapi mereka juga tidak begitu tertarik lagi.Lagi pula, banyak kebenaran telah terungkap.Selanjutnya, yang paling penting adalah menangani dampaknya, menyelesaikan masalah dan kompensasi.Apalagi, begitu banyak orang yan
"Hais, sampai sekarang, kamu masih nggak menghargai kebaikan Bu Widia.""Kalau begitu, nggak usah dengar pendapat Bu Widia, lakukan berdasarkan keinginanku saja. Biarlah polisi beserta Biro Industri Komersial turun tangan untuk melakukan penyelidikan menyeluruh. Biar kamu dipenjara dan diberi denda."Sembari berbicara, Tobi langsung mengeluarkan ponselnya dan berkata, "Aku akan menelepon polisi sekarang."Pria itu terlihat serius. Akibatnya, semua orang pun menatap lekat-lekat ponsel yang berada di tangannya itu.Begitu pula dengan Widia. Kapan dia punya rencana seperti itu? Sebenarnya, Widia tidak ingin memanggil polisi untuk menangani masalah ini. Dia bahkan sempat berpikir untuk menghentikan Tobi.Hanya saja, Almer mendahuluinya. Pria itu mengira karena dirinya termasuk veteran perusahaan, setidaknya dia tidak akan diperlakukan seperti itu, tetapi siapa sangka dia akan berhadapan dengan orang gila seperti Tobi.Almer buru-buru berkata, "Bagaimana kalau kita dengar pendapat Bu Widia
Mendengarkan percakapan mereka berdua, Widia diam-diam menahan senyum pahit.Bisa dikatakan, membeli saham Almer seharga 200 miliar termasuk sangatlah murah. Hanya saja, dirinya tidak mampu membayar 200 miliar saat ini.'Tobi bahkan tidak bertanya, apa aku punya uang sebanyak itu?' pikirnya dalam hati.Terlebih lagi, perusahaan kini terkena dampaknya dan kelak mungkin akan menghadapi masalah yang lebih besar lagi.Menghabiskan 200 miliar untuk membeli saham Almer saat ini bukanlah keputusan yang tepat.Namun, Widia tidak mungkin menyela pembicaraan mereka.Kata-kata Tobi membuat Almer terdiam.Perkataan Tobi memang benar. Dengan reformasi drastis yang dilakukan Widia, meski awalnya mereka merasa kesulitan, seiring berjalan waktunya, semuanya telah berjalan lancar.Apalagi, baru-baru ini mereka telah bergabung dengan Serikat Dagang Lawana, lalu bekerja sama dengan Tuan Haris dalam bisnis Kosmetik Botanika, ditambah dengan kerja sama bank, semuanya tengah menuju perkembangan pesat.Hanya
"Kami nggak mungkin bisa mentransfer uang kepadamu sekarang juga. Beri kami waktu tiga hari. Dalam tiga hari, kami akan memberikan 200 miliar.""Oh ya, Bu Widia juga sudah menyiapkan kontraknya. Silakan dilihat."Sembari berbicara, Tobi mengambil dua kontrak dari orang-orang di sampingnya, lalu menyerahkannya secara langsung. Yang satunya diberikan kepada Almer dan satunya lagi diberikan kepada Widia.Almer tampak kaget, lalu mengambil kontrak itu dan melihat isinya. Wajahnya terlihat getir.Ternyata, dia sudah ditakdirkan untuk gagal.Jika tidak, bagaimana mereka bisa menyiapkan kontrak akuisisi saham sebelumnya? Ini menunjukkan bahwa segala sesuatunya sudah direncanakan oleh Widia.Melihat pemandangan ini, semua orang kembali terkejut.Dari awal, ternyata segalanya berada dalam genggaman Bu Widia dan semuanya berjalan sesuai rencananya.Awalnya, mereka masih bodoh dan mengira Bu Widia akan berakhir, bahkan ingin mengusirnya.Saat ini, orang-orang yang ingin mengusir Widia tampak gugu
Mendengar ini, ekspresi wajah Widia berubah.Almer terkekeh, lalu lanjut berkata dengan bangga, "Tak kupungkiri, kontrak ini memang sangat bagus. Kalian membuatku nggak bisa terlibat dengan Grup Lianto ataupun hal yang berhubungan dengannya.""Tapi itu juga sekaligus menjamin keselamatanku, karena ke depannya masalah Grup Lianto nggak ada hubungannya denganku lagi, sekalipun itu masalah besar," ucap Almer dengan nada mengejek.Widia merasa ada sesuatu yang tidak beres, "Apa maksudmu?" Dia merasa di belakang semua ini pasti ada tipuan. Kalau tidak, di saat seperti ini, mana mungkin Almer akan bersikap seperti itu?"Kamu akan segera tahu apa yang kumaksud. Aku ingin tahu rencana apa yang akan dibuat Bu Widia selanjutnya setelah kamu melenyapkanku," ucap Almer sambil terkekeh.Widia sama sekali tidak tahu apa maksud perkataannya? Lagi pula, dia juga tidak punya rencana apa pun. Dia benar-benar kebingungan sekarang dan semuanya ini dipimpin oleh Tobi.Setelah Almer bertanya, semua orang pu
Tak disangka, semua orang memercayainya, bahkan ada di antara mereka yang bertanya, "Meski begitu, produk kita telah memiliki reputasi buruk, bagaimana kita bisa membuat semua orang percaya pada produk baru kita? Selain itu, benarkah produk baru itu bagus?""Umumnya mungkin kita akan kesulitan, tapi bukankah kita telah menemukan penyebab masalah ini? Aku rasa semua orang pasti akan mengerti. Kalau produk baru kita bisa menghilangkan flek hitam di wajah para korban, bukankah itu akan menjadi publisitas besar?" kata Tobi dengan datar."Apalagi, kejadian kali ini begitu heboh. Meski telah berdampak buruk pada reputasi perusahaan, hal ini juga bisa membuat semua orang mengetahui produk baru kita dengan mudah.""Kalau produknya benar-benar bagus, penjualan pasti akan meledak!"Setelah dipikir-pikir, semua orang mengangguk.Jika demikian, mereka bukan hanya akan menyelesaikan masalah eksternal dan mengurangi biaya kompensasi, tetapi juga memiliki manfaat yang sangat besar bagi perkembangan p
Wajah Hirawan berubah kusut. Hanya saja, lantaran sudah mengambil langkah pertama, bukankah pengorbanannya akan sia-sia jika dia menyerah sekarang?Jadi dia bangkit, lalu berlutut di depan Tobi lagi sambil berkata dengan suara keras, "Maaf, aku mengakui kesalahanku!"Plak, plak!Tamparan keras lainnya datang.Hirawan benar-benar terpana. Dia tampak kaget sekaligus marah."Suaramu terlalu keras. Aku nggak suka!" kata Tobi dengan nada datar.Semua orang tahu bahwa Tobi sengaja melakukan semua itu. Dia memang ingin mempermainkan Hirawan di hadapan semua orang.Hal ini membuat orang Melandia makin malu.Salah satu orang Melandia yang menyaksikan adegan itu langsung melompat dan berseru, "Hentikan, hentikan! Kamu sedang ....""Enyahlah!"Tobi mendengus dingin, lalu melambaikan tangan kanannya.Meski berada ratusan meter jauhnya, orang itu langsung merasakan sakit luar biasa di bagian dadanya. Tubuhnya terpental mundur puluhan meter dan langsung tak sadarkan diri.Kemudian, dia diseret pergi
Kata-kata yang diucapkan Tobi barusan penuh dengan kekuatan spiritual yang kuat. Namun, dia mengendalikannya dengan sangat baik dan hanya menargetkan Hirawan seorang."Nggak!"Hirawan menggertakkan gigi dan meraung. Kekuatan di sekitarnya berkumpul secara gila-gilaan, membentuk energi yang besar dan menakutkan. Dia jelas ingin melawan.Melihat adegan ini, semua orang langsung terkejut.Terutama, tornado besar terbentuk di atas kepala Hirawan. Kekuatan dahsyat itu meledak dan sekali lagi memperlihatkan energinya yang menakjubkan dan menakutkan.Semua orang dikejutkan oleh momentum yang luar biasa itu.Orang-orang Melandia sangat gembira saat melihat adegan itu. Mereka berkata dengan penuh semangat, "Sudah kuduga, Hirawan barusan sengaja mempermainkan mereka. Sekarang dia baru menunjukkan kekuatannya yang sesungguhnya.""Benar, sekarang akhirnya dia melawan. Pokoknya, harus beri pelajaran pada bocah itu.""...."Satu per satu dari mereka sangat bersemangat pada awalnya, tetapi setelah be
"Dia juga idolaku!""Aku juga!""Haha. Masih berpura-pura. Bukankah kalian sangat sombong dan bangga barusan? Ayo lanjutkan lagi.""...."Dalam sekejap, semua orang Harlanda bersorak kegirangan. Baik mereka yang menonton dari internet maupun mereka yang menyaksikan secara langsung. Terutama mereka yang mengenali Tobi dan hubungannya dekat dengannya. Semuanya sangat bersemangat.Sebaliknya, satu per satu dari wajah orang Melandia berubah muram. Mereka sepenuhnya tidak percaya dengan adegan yang terjadi di depan mereka.Di mata mereka, sosok Hirawan sangatlah kuat bagaikan dewa. Jadi, bagaimana Hirawan bisa ditaklukkan secara tiba-tiba. Bahkan, wajahnya bisa ditampar di depan umum?Apalagi, ini juga merupakan tamparan di wajah mereka. Tentu saja mereka sangat marah."Curang! Mereka pasti curang!""Manipulasi. Mereka pasti menggunakan manipulasi!""Hirawan, katakan sejujurnya, apakah kamu sengaja mengalah pada mereka? Kamu ingin mereka senang dulu, kemudian membuat mereka terpuruk nantiny
Melihat Tobi berjalan mendekatinya, Hirawan tampak mengerutkan keningnya. Karena dia menyadari bahwa dirinya tidak bisa merasakan kekuatan apa pun dari tubuh Tobi.Hanya ada dua kemungkinan untuk situasi seperti ini. Pertama, lawan jauh lebih kuat dari dirinya. Jadi, dia tidak bisa merasakan kekuatannya. Namun, Hirawan bahkan masih bisa merasakan kekuatan Vamil dan Luniver.Apa pun alasannya, mustahil kekuatan Tobi akan lebih tinggi dibandingkan mereka berdua, 'kan?Yang kedua, mungkin Tobi telah mempelajari teknik untuk menyembunyikan kekuatan.Jika penilaiannya tidak salah, pasti Tobi telah menyembunyikan kekuatannya.Berpura-pura terlibat hebat. Apa Tobi mengira bisa menakuti dirinya?Bibir Hirawan melengkung. Kemudian, dia berkata dengan nada menghina, "Tobi si pengecut, akhirnya kamu berani menampakkan dirimu? Kupikir kamu akan terus bersembunyi sampai akhir."Tobi tersenyum, tetapi senyumannya tampak sinis, lalu berkata dengan nada datar, "Bersembunyi? Mana mungkin aku bersembuny
"Tapi aku harap kalian bisa lebih kuat hari ini. Setidaknya, biarkan aku melakukan sedikit pemanasan.""Kalau nggak, bukankah akan sangat membosankan?""Selain itu, aku juga nggak akan bermurah hati lagi hari ini. Begitu naik ke atas, hanya ada dua pilihan di depan kalian. Kalau nggak hidup ya mati. Coba aku lihat apa masih ada orang Harlanda yang nggak takut mati?"Begitu kata-kata ini dilontarkan, sekali lagi kolom komentar dibanjiri banyak orang. Apalagi, banyak orang yang teringat dengan Tobi, yang disebut Hirawan sebelumnya itu, masih belum muncul juga.Perkataan Hirawan tentunya mengundang emosi banyak master Harlanda. Semuanya terlihat marah dan bersiap untuk naik ke atas panggung.Efendi juga mengambil langkah ke depan dan hendak naik ke atas panggung.Namun, di saat bersamaan, Tobi lebih dulu memimpin dan berjalan langsung ke atas panggung.Indira yang berada di sebelahnya tertegun sejenak. Bagaimanapun, dia juga termasuk master paling kuat di antara para Pelindung Harlanda. K
Tak lama kemudian, waktu telah menunjukkan jam delapan. Walau Hirawan tinggal tak jauh dari sana, dia bahkan sengaja berlari ke tempat yang lebih jauh. Kemudian, memamerkan teknik berjalan di udara agar kemunculannya bisa menarik perhatian banyak orang.Setelah memahami energi langit dan bumi, kini dia bisa berjalan langsung di udara."Semuanya, berhati-hatilah. Hirawan adalah orang yang di atas itu. Bisa-bisanya dia berjalan di udara.""Menakutkan sekali. Bagaimana kekuatannya bisa begitu hebat?""Setelah ahli bela diri Harlanda dikalahkan satu per satu kemarin, aku penasaran apakah masih ada yang berani bertarung denganku hari ini?""Huh. Sudah kuduga, Negara Harlanda kalian memang pengecut. Memalukan sekali.""...."Banyak orang Harlanda yang menyiarkan langsung kejadian ini di Internet. Bahkan, sudah ada yang mulai melontarkan berbagai komentar.Ada sebagian besar yang mendukung, tetapi ada juga yang menentang. Bahkan, ada sebagian orang Harlanda yang telah menerima keuntungan dari
Tobi hanya mengangkat bahu tak berdaya, tanpa berniat untuk memberi penjelasan.Widia buru-buru berkata, "Ayah, kamu sudah salah. Tobi sangat kuat. Kamu seharusnya nggak bisa mengalahkannya.""Apa? Kamu bilang aku ...." Efendi selalu menganggap dirinya sebagai kultivator nomor satu di dunia ini. Lantaran kekuatannya tidak bisa ditingkatkan lagi, jadi dia mengira sudah mencapai batasan puncak. Mana mungkin orang sepertinya tidak bisa mengalahkan bocah muda seperti Tobi?Apalagi, yang meremehkannya adalah putri yang barusan dia temukan kembali. Efendi tentunya tidak terima. Dia baru saja bersiap untuk bangkit.Namun, Maherani segera menarik suaminya dan berkata dengan marah, "Apa yang ingin kamu lakukan? Putrimu sudah bilang begitu. Mana mungkin dia berbohong? Apa kamu nggak terima dikatakan seperti itu?""Aku ...."Efendi memang tidak puas. Seni bela diri adalah kemampuannya yang paling dia banggakan. Apalagi, dia harus menghadapi bocah ini di depan putrinya.Namun, dia takut putrinya t
Usai memahami masalah yang terjadi setelah Maherani melahirkan anaknya di rumah sakit dulu, wanita itu sangat marah dan juga sedih. Apalagi, saat mendengar Widia menceritakan masalah yang terjadi di masa lalunya.Meski ini pertama kalinya mereka bertemu, dari sosok Maherani, Widia bisa merasakan kasih seorang ibu yang belum pernah dia alami sebelumnya.Baik dari tatapan matanya, kata-katanya yang penuh perhatian, ataupun dari bahasa tubuhnya, membuat Widia benar-benar merasakan kasih dan kepedulian seorang ibu.Ini benar-benar berbeda dengan perlakuan Yesa terhadapnya sebelumnya.Bukannya Widia tidak bisa menyadari tujuan Yesa yang sesungguhnya. Hanya saja, dia lebih memilih untuk tidak memikirkannya.Namun, hari ini akhirnya dia bisa menikmati kasih sayang orang tua yang sesungguhnya.Meski singkat, bahkan Efendi dan Maherani tidak terlalu menunjukkannya secara langsung, Widia jelas bisa merasakannya.Tak lama kemudian, Mahera juga segera menjelaskan kejadian waktu itu. Ternyata terja
Seakan menyadari dirinya telah menakuti Widia, Maherani segera berkata, "Maaf, aku terlalu impulsif hingga membuatmu ketakutan. Aku, aku tiba-tiba terlalu emosional."Widia langsung menjawab, "Nggak apa-apa!"Ini seharusnya gelang giok ibuku ..." jawab Widia."Apa? Ibumu? Kamu yakin?" Maherani bertambah emosional. Bahkan, tubuhnya juga gemetar.Efendi juga tampak emosional. Dia menatap Widia lekat-lekat. Bibirnya sedikit bergetar. Kemudian, dia buru-buru berkata, "Maherani, kesehatanmu nggak baik. Jangan terlalu emosional."Maherani tidak peduli begitu banyak. Pandangannya tidak lepas dari Widia satu detik pun.Ekspresi Widia sedikit bergetar.Melihat Widia tidak bisa mengendalikan emosinya, Tobi yang berdiri di samping pun bertanya, "Anda Mahera Sewadi, 'kan?"Begitu mendengar itu, Efendi segera menggelengkan kepalanya dan berkata, "Walau hampir sama, tapi bukan!""Ya!""Benar!"Namun, Maherani segera berkata, "Mahera Sewadi, Rumah Sakit Medika di Simeru, 'kan?"Mendengar itu, Widia t