"Tentu saja. Kalau nggak, buat apa datang ke sini?" kata Tobi dengan nada dingin."Benar, benar. Silakan masuk. Pesanlah makanan yang kalian sukai, nanti aku yang akan membayarnya." Tuan Tobi sedang makan bersama wanitanya, dia juga tidak berani mengganggu acara makan mereka.Meskipun dia ingin sekali mendekati Tuan Tobi, ingin mengobrol dengan pria itu dan ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk lebih dekat dengan pria itu.Ini juga yang dikatakan ayahnya kepadanya.Apa pun yang terjadi, mereka harus berusaha untuk dekat dengan Tuan Tobi.Bayangkan. Orang yang bahkan bisa membuat Pak Damar memperlakukannya dengan hormat, bukankah itu sangat menakutkan?Sebenarnya, bukan hanya dia, Winson juga tengah menantikan kesempatan itu.Begitu selesai berbicara, Yudi bergegas pergi. Sepertinya dia hanya bisa menunggu kesempatan berikutnya.Tobi menggelengkan kepalanya. Dia tidak menghiraukan Yudi lagi dan langsung membawa Widia masuk ke dalam.Sebelum mereka memesan makanan, Widia pun tidak bisa
"Oke, panggil dia ke sini. Biar aku tanyakan langsung kepadanya, tapi saat aku bertanya, kamu nggak boleh memberikan petunjuk apa pun," ucap Widia terlihat pintar."Tenang saja. Nggak akan."Tobi kemudian melirik Yudi, yang sedari tadi terus memandangnya dari kejauhan.Tobi pun melambaikan tangannya, tanpa bersuara sedikit pun.Saat Yudi melihat lambaian tangan itu, dia langsung bangkit dan berlari kecil. Langkahnya itu seketika membuat bingung wanita-wanita yang menemaninya itu. Mereka bahkan merasa Tuan Muda Yudi yang ada di samping mereka itu sudah berubah.Kalau tidak, bagaimana dia bisa begitu fokus memperhatikan seseorang?Benar-benar di luar dugaan mereka."Tuan Tobi, kamu mencariku?" tanya Yudi dengan tatapan tersanjung.Melihat wajah Yudi yang tampak tersanjung, Widia langsung terdiam. Apa ini tuan muda Keluarga Saswito yang arogan dan mendominasi itu? Bagaimana dia bisa menjadi penurut seperti ini?"Bukan apa-apa. Istriku ingin tahu, mengapa kamu kabur saat kita berselisih se
Karena Yudi bersikap sopan dan kooperatif, Tobi juga tidak tega bertindak terlalu jauh. Itu sebabnya, dia menambahkan ucapan itu."Baik, terima kasih Tuan Tobi!"Meski hanya satu kesempatan, Yudi tampak sangat bersemangat. Bahkan, saat berjalan, kakinya juga gemetar. Bukankah hanya karena alasan inilah dia melakukan begitu banyak hal? Ini seperti membeli polis asuransi yang sangat besar untuk dirinya sendiri.Widia menggelengkan kepalanya tak berdaya. Setelah melihat Yudi pergi agak jauh, dia pun berkata, "Kenapa kamu menjanjikan hal seperti itu kepadanya? Andai dia mendapat masalah besar, apa yang bisa kamu lakukan?""Kalau dia mencariku, aku pasti akan membantu menyelesaikan masalahnya. Lagian, dia sangat sopan," jawab Tobi."Menyelesaikan? Bagaimana kamu menyelesaikannya? Kamu pikir kamu siapanya Pak Damar? Meski aku nggak tahu kenapa Pak Damar memberimu kartu itu, itu bukan berarti kamu memiliki kekuatan Pak Damar."Keluarga Saswito memiliki kekuatan yang hebat. Jika bahkan Yudi ti
Akhir-akhir ini, Jessi belum berkencan dengan Tobi, apalagi pria itu juga tidak punya waktu untuk menemani adik kecil ini. Dia selalu menolaknya dengan berbagai alasan, bahkan menutup telepon.Akibatnya, Jessi tampak tak berdaya dan mengatakan dia akan mendatangi rumah Tobi.Tak disangka, sebelum Jessi mendatangi rumahnya, mereka malah bertemu di sini. Wajah Jessi terlihat terkejut."Oh, kamu!"Karena tidak menemukan cara untuk menghindarinya, Tobi pun hanya bisa menjawabnya dengan senyuman. Bagaimanapun juga, Jessi sangat baik kepadanya dan berinisiatif membantunya."Kenapa? Kamu nggak senang melihatku? Di mana kamu bersembunyi akhir-akhir ini? Kenapa nggak kelihatan?"Tidak ada sosok orang lain yang terlihat di mata Jessi saat ini."Aku lagi sibuk," jawab Tobi acuh tak acuh."Sibuk apaan? Kuperingatkan, besok malam, kamu harus menemaniku." Awalnya, sekalipun harus mendatangi rumah pria itu, Jessi juga berencana meminta Tobi untuk menemaninya besok malam.Widia memperhatikan mereka be
Bajingan ini punya istri di rumah, tapi masih berani main-main di luar.Pria ini terlalu rakus. Benar-benar keterlaluan.Melihat Widia masuk ke dalam mobil, Tobi hendak mengejarnya.Namun, dia tidak tahu Widia tiba-tiba menginjak pedal gas dan langsung melaju dengan cepat. Hal ini sungguh mengejutkan Tobi.Hanya saja, setelah dilihat dari kejauhan, mobil Widia sudah menyesuaikan kecepatannya, jadi seharusnya tidak ada masalah.Jessi juga tertegun dan berbisik pelan, "Kak Tobi, apa aku melakukan kesalahan? Tapi aku nggak mengatakan apa pun.""Bukan salahmu, tapi aku. Mungkin aku sudah melakukan kesalahan.""Oh, Kak Tobi, kamu nggak usah khawatir. Perempuan memang seperti ini. Kami cenderung memiliki temperamen yang buruk. Kak Widia pasti akan segera baik-baik saja," ujar Jessi menghibur pria itu."Ya!""Itu, besok malam?'"Aku sungguh nggak punya waktu!""Apa kamu begitu membenciku? Apa kesalahanku? Kamu mengabaikanku begitu lama dan bahkan nggak ingin menemaniku sekali pun?" Sembari be
Melihat Widia menutup teleponnya, Tobi pun tidak meneleponnya lagi. Lagi pula, masalah ini tidak bisa dijelaskan lewat telepon.Di saat itu juga, ponselnya berdering. Ternyata panggilan dari Leo."Kak Tobi!""Ada apa?""Ada tagihan sebesar 20 miliar yang telah jatuh tempo lebih dari setengah tahun. Aku sudah membuat janji untukmu sore ini," ucap Leo."Kamu mewakiliku pergi saja!""Sepertinya nggak bisa. Pihak sana hanya ingin membahas masalah ini dengan Pak Tobi. Kalau nggak, mereka nggak akan membayarnya.""Masih ada hal seperti itu?"Tobi menggelengkan kepalanya dan berkata, "Ya sudah, kebetulan aku juga mau kembali ke kantor. Nanti baru kita bicarakan lagi.""Baik!"Leo pun menutup telepon.Satu jam kemudian, Tobi pun muncul di lantai bawah perusahaan. Hanya saja, dia tidak langsung menuju ke departemen penjualan, melainkan pergi ke ruangan direktur.Sesampainya di sana, dia langsung mengetuk pintu."Silakan masuk!"Suara merdu milik Widia terdengar dari dalam, tetapi nadanya agak d
Hanya saja, wanita itu sering sekali mengungkit masalah perceraian, yang membuat Tobi merasa tidak nyaman.'Lupakan saja, biarlah semua berjalan sebagaimana mestinya.'Tobi tidak berkomentar lagi. Pria itu pun berbalik dan hendak berjalan keluar.Widia agak kaget. Dia samar-samar merasa dirinya telah mengatakan hal yang salah. Melihat punggung Tobi yang tampak putus asa itu, dia pun berkata, "Tobi. jangan terlalu banyak berpikir. Aku hanya mengatakan yang sebenarnya.""Ya, aku tahu."Setelah mengatakan itu, Tobi pun keluar dari ruangan itu.Wajah Widia juga terlihat murung. Hatinya juga tiba-tiba merasa tidak nyaman. Ada apa dengan dirinya? Padahal, dia tidak mengatakan sesuatu yang salah. Mengapa bisa seperti ini?Jangan-jangan dia sudah jatuh cinta kepada pria itu?Namun, dirinya sama sekali tidak berada pada level yang sama dengan pria itu.Jika perbedaan mereka terlalu jauh, akankah mereka bahagia jika bersama?Setelah keluar dari sana, Tobi pun pergi ke departemen penjualan.Saat
"Tapi dia nggak terlihat seperti itu." Susan telah mengamati Tobi dengan cermat. Walaupun Tobi terlihat agak mesum, tetapi yang pria itu katakan dan yang janjikan cukup baik.Setidaknya, mereka bisa melihat situasinya terlebih dahulu untuk mengetahui masalah itu lebih lanjut.Mendengar itu, Yuli langsung marah dan berkata, "Orang jahat nggak akan terlihat dari tampang mereka. Kamu baru mengenalnya berapa lama? Jangan-jangan kamu sudah dicuci otak oleh bualannya itu?""Apa kamu bahkan nggak percaya pada Kak Mia yang membawamu ke sini dan membimbingmu hingga posisimu sekarang ini?""Tentu saja nggak. Kak Mia itu guruku dan juga penyelamat hidupku. Mana mungkin aku nggak percaya kepadanya?""Bagus. Penyelamat kita sudah dikeluarkan dari perusahaan gara-gara dia, jadi apa kamu masih membela pria itu seperti ini?" tanya Yuli terdengar kesal.Mendengar itu, Susan langsung mengangguk dan berkata, "Kak Yuli, ini salahku.""Baguslah kalau kamu tahu kesalahanmu. Oh ya, jangan sampai Tobi tahu ma