Yesa menyaksikan mereka berdua mengobrol dengan penuh antusias. Dia segera menarik Tobi pergi yang baru saja berjalan masuk.Akibat dipegang erat oleh Yesa, Tobi sulit untuk melepaskan diri. Apalagi, pria itu juga takut dirinya terjatuh nantinya, bukankah itu akan menjadi lelucon? Lagi pula, Yesa juga mungkin akan melakukan itu."Tobi, lihat itu. Pria berbakat seperti Tuan Gavin-lah suami yang paling cocok untuk Widia. Orang sepertimu nggak pantas bersanding dengan putriku," ucap Yesa dengan dingin.Tobi tidak terlihat marah, tetapi hanya berkata dengan nada datar, "Seingatku, setengah bulan yang lalu, kamu juga memperkenalkan Joni kepadaku seperti ini, lantas di mana Joni sekarang?"Ucapan itu seketika membuat Yesa marah, "Itu karena Joni pintar berpura-pura. Kalau nggak, aku pasti sudah menyadarinya dari dulu.""Lantas, bagaimana kamu tahu kalau Tuan Gavin nggak berpura-pura?" tanya Tobi lagi. Jika dia tidak salah mengingat, Keluarga Gumilar bukanlah keluarga baik-baik."Tentu saja n
Sepertinya, bocah ini bodoh.Padahal, yang pria itu menikahi wanita paling cantik di negara ini, tetapi dia bahkan belum pernah menyentuhnya.Dasar pria tak berguna!Jika dia bersaing dengan pecundang seperti itu, bukankah dia akan menurunkan statusnya?Namun, demi wanita idamannya itu, dia terpaksa harus menyingkirkan pecundang ini.Hanya saja, di hadapan wanita idamannya, dia tetap harus menjaga sikap. Gavin tersenyum tipis dan berkata, "Ternyata begitu. Aku nggak menyangka Saudara Tobi rela menyerah pada wanita yang begitu baik dan sempurna seperti Bu Widia. Benar-benar mengejutkanku.""Dia nggak rela menyerah begitu saja. Itu karena kami yang menyuruhnya. Mana mungkin pria sepertinya pantas bersanding dengan Widia? Tentu harus pemuda berprestasi seperti Tuan Gavin yang paling cocok untuk Widia," kata Yesa buru-buru."Benarkah? Bukankah Joni yang paling cocok?" balas Tobi sambil tersenyum tipis.Lagi-lagi Joni. Saking kesalnya, amarah Yesa sudah hampir meledak-ledak."Joni itu siapa
"Bukankah suasana hatimu sudah bagus tadi? Sekarang kenapa kamu kelihatan nggak senang?"Mata Tobi sangat tajam. Dia bisa melihat perubahan emosi Widia hanya dalam sekilas."Bukan urusanmu!"Widia tampak kesal. Sepertinya pria ini sama sekali tidak peduli dengan perceraian."Kamu itu istriku, kenapa aku nggak boleh mencampuri urusanmu?""Siapa bilang? Jangan lupa, waktu untuk mengurus akta cerai akan segera tiba. Saat itu, kita sudah nggak ada hubungannya lagi.""Segera tiba? Cepat sekali. Nggak bisakah kita membatalkannya?" tanya Tobi.Apalagi, penampilan Widia hari ini sangat menyentuh hatinya, terutama saat dia memperkenalkan dirinya kepada Gavin barusan, yang membuat pria itu merasa sangat nyaman.Saat mendengar itu, Widia merasa sangat senang. Bahkan, bibirnya juga langsung membentuk sebuah senyuman, tapi dia masih pura-pura berkata dengan kesal, "Huh! Jangan mimpi!""Tentu saja harus berani bermimpi. Kalau nggak, apa gunanya hidup di dunia ini.""Sudahlah, kita bicarakan lagi saa
"Tentu saja. Kalau nggak, buat apa datang ke sini?" kata Tobi dengan nada dingin."Benar, benar. Silakan masuk. Pesanlah makanan yang kalian sukai, nanti aku yang akan membayarnya." Tuan Tobi sedang makan bersama wanitanya, dia juga tidak berani mengganggu acara makan mereka.Meskipun dia ingin sekali mendekati Tuan Tobi, ingin mengobrol dengan pria itu dan ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk lebih dekat dengan pria itu.Ini juga yang dikatakan ayahnya kepadanya.Apa pun yang terjadi, mereka harus berusaha untuk dekat dengan Tuan Tobi.Bayangkan. Orang yang bahkan bisa membuat Pak Damar memperlakukannya dengan hormat, bukankah itu sangat menakutkan?Sebenarnya, bukan hanya dia, Winson juga tengah menantikan kesempatan itu.Begitu selesai berbicara, Yudi bergegas pergi. Sepertinya dia hanya bisa menunggu kesempatan berikutnya.Tobi menggelengkan kepalanya. Dia tidak menghiraukan Yudi lagi dan langsung membawa Widia masuk ke dalam.Sebelum mereka memesan makanan, Widia pun tidak bisa
"Oke, panggil dia ke sini. Biar aku tanyakan langsung kepadanya, tapi saat aku bertanya, kamu nggak boleh memberikan petunjuk apa pun," ucap Widia terlihat pintar."Tenang saja. Nggak akan."Tobi kemudian melirik Yudi, yang sedari tadi terus memandangnya dari kejauhan.Tobi pun melambaikan tangannya, tanpa bersuara sedikit pun.Saat Yudi melihat lambaian tangan itu, dia langsung bangkit dan berlari kecil. Langkahnya itu seketika membuat bingung wanita-wanita yang menemaninya itu. Mereka bahkan merasa Tuan Muda Yudi yang ada di samping mereka itu sudah berubah.Kalau tidak, bagaimana dia bisa begitu fokus memperhatikan seseorang?Benar-benar di luar dugaan mereka."Tuan Tobi, kamu mencariku?" tanya Yudi dengan tatapan tersanjung.Melihat wajah Yudi yang tampak tersanjung, Widia langsung terdiam. Apa ini tuan muda Keluarga Saswito yang arogan dan mendominasi itu? Bagaimana dia bisa menjadi penurut seperti ini?"Bukan apa-apa. Istriku ingin tahu, mengapa kamu kabur saat kita berselisih se
Karena Yudi bersikap sopan dan kooperatif, Tobi juga tidak tega bertindak terlalu jauh. Itu sebabnya, dia menambahkan ucapan itu."Baik, terima kasih Tuan Tobi!"Meski hanya satu kesempatan, Yudi tampak sangat bersemangat. Bahkan, saat berjalan, kakinya juga gemetar. Bukankah hanya karena alasan inilah dia melakukan begitu banyak hal? Ini seperti membeli polis asuransi yang sangat besar untuk dirinya sendiri.Widia menggelengkan kepalanya tak berdaya. Setelah melihat Yudi pergi agak jauh, dia pun berkata, "Kenapa kamu menjanjikan hal seperti itu kepadanya? Andai dia mendapat masalah besar, apa yang bisa kamu lakukan?""Kalau dia mencariku, aku pasti akan membantu menyelesaikan masalahnya. Lagian, dia sangat sopan," jawab Tobi."Menyelesaikan? Bagaimana kamu menyelesaikannya? Kamu pikir kamu siapanya Pak Damar? Meski aku nggak tahu kenapa Pak Damar memberimu kartu itu, itu bukan berarti kamu memiliki kekuatan Pak Damar."Keluarga Saswito memiliki kekuatan yang hebat. Jika bahkan Yudi ti
Akhir-akhir ini, Jessi belum berkencan dengan Tobi, apalagi pria itu juga tidak punya waktu untuk menemani adik kecil ini. Dia selalu menolaknya dengan berbagai alasan, bahkan menutup telepon.Akibatnya, Jessi tampak tak berdaya dan mengatakan dia akan mendatangi rumah Tobi.Tak disangka, sebelum Jessi mendatangi rumahnya, mereka malah bertemu di sini. Wajah Jessi terlihat terkejut."Oh, kamu!"Karena tidak menemukan cara untuk menghindarinya, Tobi pun hanya bisa menjawabnya dengan senyuman. Bagaimanapun juga, Jessi sangat baik kepadanya dan berinisiatif membantunya."Kenapa? Kamu nggak senang melihatku? Di mana kamu bersembunyi akhir-akhir ini? Kenapa nggak kelihatan?"Tidak ada sosok orang lain yang terlihat di mata Jessi saat ini."Aku lagi sibuk," jawab Tobi acuh tak acuh."Sibuk apaan? Kuperingatkan, besok malam, kamu harus menemaniku." Awalnya, sekalipun harus mendatangi rumah pria itu, Jessi juga berencana meminta Tobi untuk menemaninya besok malam.Widia memperhatikan mereka be
Bajingan ini punya istri di rumah, tapi masih berani main-main di luar.Pria ini terlalu rakus. Benar-benar keterlaluan.Melihat Widia masuk ke dalam mobil, Tobi hendak mengejarnya.Namun, dia tidak tahu Widia tiba-tiba menginjak pedal gas dan langsung melaju dengan cepat. Hal ini sungguh mengejutkan Tobi.Hanya saja, setelah dilihat dari kejauhan, mobil Widia sudah menyesuaikan kecepatannya, jadi seharusnya tidak ada masalah.Jessi juga tertegun dan berbisik pelan, "Kak Tobi, apa aku melakukan kesalahan? Tapi aku nggak mengatakan apa pun.""Bukan salahmu, tapi aku. Mungkin aku sudah melakukan kesalahan.""Oh, Kak Tobi, kamu nggak usah khawatir. Perempuan memang seperti ini. Kami cenderung memiliki temperamen yang buruk. Kak Widia pasti akan segera baik-baik saja," ujar Jessi menghibur pria itu."Ya!""Itu, besok malam?'"Aku sungguh nggak punya waktu!""Apa kamu begitu membenciku? Apa kesalahanku? Kamu mengabaikanku begitu lama dan bahkan nggak ingin menemaniku sekali pun?" Sembari be
Yang paling malang adalah orang yang mengadang Tobi barusan. Pria yang mengkhianati Vamil itu bahkan tidak punya waktu untuk menghindar sama sekali. Dia menjerit dan langsung bergerak mundur.Jika tidak mundur dengan cepat, mungkin dia sudah kehilangan separuh nyawanya.Sialan! Kekuatan sekelompok orang ini sangat menakutkan. Terutama Tobi. Sepertinya kekuatan bocah ini lebih kuat dari dirinya sekarang.Menghadapi kedua kekuatan ini, Prabu juga merasakan teror. Dia mengerang beberapa kali dan mundur terus menerus. Tubuhnya jelas terluka parah.Sialan!Tak disangka, begitu kedua orang ini bergabung, kekuatan mereka akan begitu mengerikan. Bahkan, membuat lukanya bertambah parah. Jika bukan karena dia punya pil penyembuh, setidaknya dia butuh beberapa bulan untuk memulihkan dirinya.Sebenarnya Luniver bisa membantu Prabu, tetapi dia sengaja mundur. Saat melihat luka yang dialami Prabu makin parah, ada niat membunuh yang muncul di matanya.Jika memungkinkan, dia pasti akan menyingkirkan P
Mendengar itu, Tobi mengangguk. Pria itu langsung memeluk Widia sambil bergumam, "Baiklah. Hari ini, kita sebagai suami istri berjanji akan menjadi pasangan sehidup semati di sini!"Widia sangat senang mendengar perkataan itu. Sejak mereka bercerai, kata 'suami istri' baru pertama kalinya keluar dari mulut Tobi.Apalagi, mereka masih belum menikah kembali."Sungguh pasangan yang mesra. Sayangnya, kalian ditakdirkan mati hari ini," ucap Luniver dengan nada mengejek.Amderika, yang dipimpin oleh Barat, telah menggunakan segala cara untuk menekan Negara Harlanda dalam segala aspek teknologi militer. Sebagai pelindung Amderika tentu saja tidak mengizinkan seni bela diri Negara Harlanda terus menghasilkan kultivator yang menakutkan dan berkuasa.Jadi, kedua orang ini harus mati hari ini."Benar. Apa pun yang terjadi, kalian akan mati hari ini. Sekarang, biarlah aku mengakhiri nyawa kalian." Prabu tampak penuh emosiBagaimana dia bisa melepaskan dua bocah ini begitu saja?"Kalau begitu, bert
Jangankan Tobi baru saja mendapat pencerahan, sekalipun dia telah memahami hukum langit dan bumi, tanpa berlatih selama beberapa tahun, bagaimana kekuatannya bisa dibandingkan dengan para senior lainnya?Lantaran barusan tidak punya kesempatan, jadi Hirawan langsung pamer sekarang. Dia berkata dengan dingin, "Bocah, karena kamu begitu ingin mati, aku akan mengabulkan keinginanmu!"Meski tidak bisa mengalahkan Vamil, mana mungkin dia tidak bisa mengalahkan bocah kecil ini?Sekalipun kekuatannya kini hanya tersisa 20 persen, menyingkirkan seorang bocah adalah hal yang mudah baginya. Dia langsung meluncur ke depan dan Pedang Kekuatan Iblis di tangannya langsung menghantam dengan keras.Ekspresi Tobi berubah gelap. Dia mengumpulkan kekuatan besar dalam tubuhnya. Kemudian, mengeluarkan Pedang Diraya dari Cincin Spasial, lalu mengayunkannya dengan keras.Energi pedang itu bagaikan aliran sungai yang mengalir deras. Apalagi, serangan itu seakan-akan lautan yang marah dan ombak yang bergejolak
Begitu selesai berbicara, kekuatan menakjubkan langsung melanda dirinya.Wajah Tobi berubah. Dia segera mengayunkan pedangnya dengan kuat. Energi sejati yang kuat di tubuhnya mengalir ke pedangnya. Dalam sekejap, cahaya pedang bersinar terang.Benturan kedua kekuatan itu menghasilkan energi yang luar biasa.Bam ....Dua kekuatan yang berbenturan itu membuat cahaya pedang menyebar ke segala arah. Tobi tidak tahan lagi dan langsung mengerang. Dia juga mundur beberapa langkah. Meski orang ini tidak sekuat Vamil dan tiga lainnya, dia masih lebih unggul dari Tobi.Yang paling penting lagi, orang ini mencegah Vamil dan Tobi meninggalkan tempat itu.Wajah Vamil berubah muram. Dia tidak menyangka pengkhianat ini akan muncul. Terlebih lagi, orang ini menyembunyikan auranya dengan sempurna. Bahkan, Vamil sendiri pun tidak menyadarinya sama sekali.Kemungkinan besar, orang ini satu komplotan dengan Prabu. Keduanya menyembunyikan aura dengan metode yang sama.Dalam waktu singkat itu, Luniver, Hira
Saat serangan pertama, Hirawan berdiri di belakang Luniver. Jika tidak, luka yang dia derita mungkin akan lebih serius.Orang yang paling tidak beruntung adalah Prabu. Dia baru saja keluar dari tempat persembunyian dan kebetulan berdiri di posisi paling depan. Meski Luniver berada di sampingnya, setidaknya posisinya masih sedikit ke belakang.Prabu tidak peduli begitu banyak. Dia terus mengerahkan kekuatannya. Seakan-akan tidak gentar menghadapi musuh, dia juga terus mengeluarkan serangan.Hanya dengan satu pukulan, area beberapa mil ditekan secara hebat. Pukulan kuat itu sepertinya melenyapkan segala sesuatu di sekitarnya dan memancarkan cahaya keemasan.Energi itu seakan-akan matahari dan terus melaju ke depan secara gila-gilaanKini, tubuh Luniver sepenuhnya diselimuti kegelapan. Kedua belas sayapnya berubah menjadi hitam. Dia mengangkat tangan kanannya dan seluruh ruang langsung bergetar.Kemudian, sebuah telapak tangan terangkat. Seketika, kegelapan memadat.Tiba-tiba, memberikan
Luniver tidak percaya. Dia bahkan curiga Vamil sengaja mengalihkan perhatian mereka. Lagi pula, mereka tidak merasakan aura Prabu di sana.Berdasarkan kekuatannya, jika Prabu datang, mustahil akan luput dari perhatiannya.Awalnya, Vamil juga tidak menyadarinya. Bahkan, tidak merasakan ada yang aneh sedikit pun. Namun, lantaran Prabu memasuki jangkauan formasi, pergerakannya tidak mungkin lepas darinya.Walau Prabu bersembunyi di balik pepohonan, dia masih berada dalam formasi.Prabu tercengang. Ekspresi wajahnya seketika berubah. Bagaimana bisa ketahuan? Padahal dia telah mempraktikkan metode pernapasan kuno tersembunyi dari Harlanda. Mustahil ada orang yang bisa mendeteksi pernapasannya.Namun di saat mata Vamil tertuju padanya, dia juga tahu dia tidak bisa bersembunyi lagi. Jadi, dia terpaksa melangkah keluar dan menyapa sambil tersenyum, "Kalian semua ada di sini.""Prabu, taktikmu hebat kali!" Luniver tampak marah. Prabu sengaja bersembunyi. Jelas kali, pria itu tengah menunggu ked
"Kamu kira bisa menghentikanku hanya dengan menggunakan formasi bobrok ini?"Luniver sudah terbawa emosi. Dia mengangkat tangan kanannya. Seketika, energi yang menakutkan terkumpul di telapak tangannya, jatuh dari langit dengan kegelapan yang mencengangkan.Kekuatan gelap itu membawa kekuatan yang sangat misterius. Bahkan, ada banyak retakan ruang yang muncul di sekitarnya, meluncur ke arah Vamil secara langsung."Bagus!"Sebuah pedang panjang muncul di tangan Vamil. Pedang itu memancarkan energi yang menakjubkan dan segera menyambut serangan itu dengan tekanan mendominasi yang mencengangkan.Buam ....Di bawah benturan keras kedua kekuatan tersebut, cahaya putih yang menakjubkan meledak, menyebar seperti riak, dan orang-orang di sekitar tidak bisa melihat apa yang terjadi di dalam.Setelah beberapa saat, gambaran di dalamnya menjadi jelas kembali. Saat ini, ekspresi Vamil tampak serius, seluruh tubuhnya berubah menjadi ribuan benda. Kemudian dia berkata dengan nada tegas, "Tobi, lihat
Mendengar kata-kata Luniver yang begitu arogan dan mendominasi, Vamil langsung tertawa. "Luniver, kamu kira kalian sudah bisa mengalahkanku?""Kenapa? Jangan-jangan kamu mau bilang kamu sengaja memancing kami ke sini agar kami menemanimu mati bersama?"Luniver tersenyum sinis. Dia tampak begitu percaya diri dan arogan."Lantaran kamu sudah menebaknya, untuk apa omong kosong lagi!""Ayo maju. Aku mau lihat seberapa besar peningkatan kekuatan kalian akhir-akhir ini. Beraninya kalian berdua memasuki wilayahku!"Begitu selesai berbicara, aura menakutkan muncul dari tubuh Vamil. Selain itu, juga memberikan kesan kuno yang mengerikan. Tubuhnya kini dipenuhi dengan pesona kuno layaknya orang suci.Namun, Luniver tidak takut dan hanya mendengus dingin. "Kalau tetap keras kepala seperti ini, kamu hanya akan cari mati sendiri!""Kalau begitu, hari ini aku akan perlihatkan kekuatanku yang sesungguhnya dan membuatmu merasakan apa itu namanya putus asa!"Selesai berbicara, momentum Luniver melonjak
Namun, kekuatan bocah ini cukup bagus. Dia bahkan telah mencapai puncak Alam Tanah Abadi. Jika dia mewarisi kekuatan keturunan naga, mungkin akan menjadi ancaman bagi dirinya kelak.Hanya saja, lantaran dia muncul di sini, Luniver pasti akan menghabisinya langsung.Tobi juga memandang mereka berdua. Hatinya bergetar. Sama halnya seperti menghadapi Vamil, dia sama sekali tidak bisa memeriksa kekuatan keduanya. Ada perasaan tidak berdaya yang sulit dijelaskan muncul di hatinya.Awalnya, Tobi mengira kekuatannya telah mencapai puncak di dunia ini. Siapa sangka, masih ada orang yang jauh lebih kuat dibandingkan dirinya. Apalagi, kesenjangannya begitu besar. Sampai-sampai dia tidak dapat memeriksa kekuatan mereka sama sekali.Hal ini tentu membuat Tobi merasa tidak rela, terutama saat memandang tatapan menghina dari lawan.Namun, Tobi bukanlah orang yang bertindak ceroboh. Pria itu hanya melihat semuanya dengan ekspresi tenang.Lantaran kekuatannya tidak setinggi mereka, jadi tidak ada yang