"Bukan aku yang bermaksud seperti itu, tapi kamulah yang memaksaku."Sebenarnya, dalam lubuk hati Widia, dia juga tidak berniat melakukan hal ini, tetapi saat mengetahui masalah kehilangan kesuciannya itu termasuk rencana Tobi, wanita itu tidak bisa menerimanya begitu saja."Kenapa? Kamu nggak mau bercerai?" tanya Tobi dengan sengaja."Jangan pedulikan itu. Kalau kamu punya cara untuk membuktikan kamu nggak bersalah, kita nggak perlu pergi.""Maaf, aku nggak bisa, tapi aku jamin foto ini pasti palsu. Aku benar-benar nggak mengenalnya sebelumnya.""Kalau kamu nggak percaya, terserah kamu saja."Tobi tidak ingin memaksanya lagi dan langsung memberikan pilihan kepada Widia.Hal ini membuat Widia kebingungan, ekspresi wajahnya terus berubah."Sebenarnya, kita punya cara lain,” kata Tobi."Apa itu?""Perusahaan Keluarga Lianto sangat besar. Seharusnya kalian memiliki profesional di bidang ini. Kamu bisa mengirim foto ini dan membiarkan mereka mengidentifikasinya.""Baik. Karena kamu ngotot,
Jangan-jangan dia juga tertipu?"Apa yang kamu pikirkan? Apa kamu lagi berpikir kenapa Tania melakukan ini?" tanya Tobi seraya mengetahui isi hati Widia."Ya!" jawab Widia sambil mengangguk."Gampang saja. Panggil dia ke sini dan tanyakan langsung kepadanya.""Benar juga. Kalau begitu, aku akan meneleponnya dan menanyakan apa yang terjadi.""Jangan tanya dia lewat telepon dan jangan bilang kamu tahu foto itu palsu. Panggil dia ke sini, lalu tanyakan langsung padanya dan lihat apa yang dia katakan.""Tobi, apa maksudmu? Apa kamu mencurigai Tania? Aku yakin kamu pasti salah. Tania pasti tertipu juga," kata Widia dengan marah."Gara-gara foto itu, aku jadi terjebak. Kenapa aku nggak boleh mencurigainya?"Tobi berkata dengan nada datar, "Lagian, aku nggak menuduhnya sekarang. Aku hanya ingin menyuruhnya datang dan menanyakan hal ini langsung kepadanya. Saat itu, semuanya akan menjadi jelas.""Oke. Aku akan meneleponnya."Widia pun menelepon Tania dan menyuruh sahabatnya datang ke Kediaman
"Oke! Teriak saja. Makin keras teriakanmu, aku makin senang."Meski Tobi mengatakan itu, dia tetap melepaskan wanita itu.Lantaran dia melihat Widia sudah mau marah.Widia segera bangkit dan berkata dengan marah, "Tobi, dasar bajingan. Sudah kubilang, cepat atau lambat, kita akan berpisah. Kenapa kamu mempermalukanku seperti ini?""Mempermalukan?""Kenapa itu jadi mempermalukanmu? Aku sungguh menyukaimu!" kata Tobi tak berdaya, tetapi dia akui, dia memang impulsif hari ini."Apa gunanya menyukai? Jangan lupa, kita nggak berasal dari dunia yang sama," kata Widia dengan marah."Oke, oke. Yang kamu katakan benar. Aku keluar dulu."Melihat Widia marah, Tobi buru-buru bangkit, lalu membuka pintu kamar dan berjalan keluar.Widia tampak marah, tetapi begitu Tobi keluar, dia tidak menemukan tempat untuk melampiaskan amarahnya.Begitu Tobi berjalan keluar, Candra segera menghampirinya dan bertanya sambil tersenyum, "Kak Tobi, sudah selesai mengobrol? Kalian berada di dalam begitu lama, apa hany
"Apa yang kamu tertawakan?"Widia berkata dengan marah,"Aku peringatkan sekali lagi. Tobi, jangan pikir hanya lantaran Candra ditipu olehmu, kamu sudah punya kesempatan untuk mendapatkanku.""Nggak, kok. Lagian, aku nggak perlu bantuan Candra untuk mendapatkanmu.""Jangan mimpi!""Oh!"Tobi hanya menjawab dengan santai.Namun, itu semua terdengar seperti main-main. Widia tidak memercayai kata-katanya dan terlihat marah.Sudahlah, jangan hiraukan dia.Untungnya, Tania datang lebih cepat kali ini dan tidak membuat mereka menunggu terlalu lama."To ... Tobi, kamu juga ada di sini?"Saat Tania melihat Tobi, ekspresinya langsung berubah. Satu-satunya hal yang dia khawatirkan adalah Widia mengetahui bahwa foto itu palsu.Itu sebabnya dia sengaja mengatakan banyak hal kepada Widia dan sengaja membimbingnya untuk tidak melakukan penilaian.Kilatan tajam melintas di mata Tobi. Dia hanya tersenyum sambil berkata, "Ya. Kamu terkejut atau takut?""Takut?""Apa maksudnya?"Hati Tania bergetar, teta
Widia tampak terkejut. Apa yang terjadi?Wajah Tania berubah, tetapi dia berusaha menyembunyikannya dan berpura-pura tenang, "Apa kamu bercanda?"Tobi melirik ponselnya sejenak, lalu menjawab dengan ringan, "Nggak, kok. Tunggu sebentar lagi. Dia sudah hampir sampai."Ternyata, Latif baru saja mengirimkan sebuah foto asli kepadanya. Latif juga mengatakan orang yang membuat foto palsu itu sudah ditemukan.Demi menyelidiki masalahnya lebih awal, dia bahkan berpacu dengan waktu.Karena masalah ini melibatkan nama baik tuannya, jadi bagaimana mungkin dia tidak berusaha sebaik mungkin? Dia bahkan menyuruh Pandu untuk mengerahkan seluruh kekuatannya.Lantaran CCTV tidak mendeteksinya, mereka pun mencari pemilik restoran untuk mengetahui kejanggalan selama beberapa hari itu. Apa ada orang istimewa yang muncul semacamnya.Setelah diselidiki, mereka pun menemukan Rehan, orang di balik foto-foto itu. Dengan begitu, foto-foto sebelumnya juga ditemukan.Akhirnya, mereka juga menemukan Pasha, orang
Jadi, Tania tidak mungkin bisa terlepas dari masalah ini."Baiklah, sekarang tinggal satu pertanyaan terakhir. Pasha, tahukah kamu siapa yang menyuruhmu melakukan hal-hal ini?" tanya Tobi.Pasha mengangguk dan menjawab, "Awalnya aku masih nggak begitu yakin, apalagi wanita itu memakai masker dan kacamata hitam saat bernegosiasi kepadaku. Lantaran dia langsung memberikan setengah dari deposit, aku pun nggak menanyakan identitasnya.""Jadi, kamu sudah memastikannya sekarang?""Ya, aku sudah memastikannya!""Siapa?""Dia!"Pasha langsung menunjuk ke arah Tania sambil berkata, "Meski saat itu aku nggak bisa melihat penampilannya dengan jelas, figur tubuh, suara dan keseluruhan wajahnya telah membuktikan segalanya."Mendengar itu, ekspresi Widia seketika berubah.Apa pun yang terjadi, dia tidak percaya Tania akan menyakitinyaMustahil, tetapi sekarang kenyataan telah terpampang jelas.Tania makin panik dan berkata dengan marah, "Nggak masuk akal. Padahal kamu belum pernah melihat wajah wani
Tobi menggelengkan kepalanya dan menghela napas, "Tania, lihat bagaimana perlakuan Widia kepadamu? Apa kamu pantas mendapatkan kepercayaan Widia dengan melakukan hal itu di belakangnya?"Makin mendengar itu, Tania makin yakin Tobi tidak memiliki bukti.Barusan Tania sempat berpikir, seandainya Tobi memiliki bukti, dia pasti sudah mengeluarkannya dari tadi.Jika Tania mengaku, Tobi bahkan mengatakan akan melepaskan dirinya. Mana mungkin ada orang yang begitu baik hati di dunia ini?Sekarang dia hanya bisa menggunakan perasaan untuk mengelabui sahabatnya. Tania mulai memperlihatkan raut wajah sedih sambil berkata, "Tobi, aku tahu aku sudah melakukan banyak kesalahan sebelumnya dan menyinggung perasaanmu.""Tapi kamu juga nggak boleh menjebakku seperti ini."Meski Tania takut dengan kekuatan Tobi, dia sadar pria itu bukanlah orang yang kejam, apalagi setelah memantaunya selama beberapa saat ini.Ditambah lagi, ada Widia yang melindunginya. Tobi tidak akan berani bertindak kepadanya.Tinda
Tania berkata dengan lantang, "Sampai sekarang, apa kamu masih nggak tahu Tobi itu orang seperti apa? Kalau kamu bersamanya, apa kamu akan memiliki masa depan?""Aku nggak bilang aku harus bersamanya," balas Widia."Tapi kamu sudah mulai menyukainya. Aku nggak mungkin membiarkan sahabat yang paling kusayangi jatuh cinta pada pria udik dan nggak ada masa depan seperti itu sekalipun aku harus melakukan kesalahan besar," seru Tania dengan dingin."Widia, aku tahu mungkin perbuatanku ini nggak benar, tapi asalkan bisa memisahkan kalian, sekalipun aku diberi kesempatan lagi, aku juga akan tetap melakukannya.""Karena dia nggak pantas untukmu!""Kalian sama sekali nggak berasal dari dunia yang sama. Kebersamaan kalian hanya akan menambah penderitaanmu, membuat orang tuamu kecewa dan membuat Keluarga Lianto terpuruk."Makin Tania berbicara, suaranya makin keras dan juga bertambah emosi. Bahkan dia sendiri mulai menganggap dirinya melakukan ini semua demi Widia.Wajah Widia menjadi pucat. Tida