"Bukankah kamu mau menanyakan soal Kristin? Kenapa tiba-tiba bertanya masalah ini?"Sembari bertanya balik, Tobi juga sempat berpikir untuk memberi tahu Widia identitas aslinya, tetapi dia takut hal itu mungkin akan membahayakan wanita itu."Jangan menyela. Katakan sejujurnya. Apa karena kamu menyelamatkan cucu Pak Wibowo, jadi dia mempercepat aksi penangkapan Keluarga Hutama untuk membalas budi?"Selain kemungkinan ini, Widia tidak menemukan alasan lain lagi."Kenapa kamu bisa berpikir begitu?""Kenapa? Tebakanku benar, 'kan?"Widia menghela napas dan menambahkan, "Aku nggak menyangka Pak Wibowo akan melakukan begitu banyak hal untuk membalas kebaikanmu. Terakhir, dia bahkan menghadapi Bakri dan meminta kelonggaran tiga hari untukmu.""Kalau nggak, kamu nggak akan bertahan sampai Bakri kerasukan. Bisa dikatakan, kamu berutang besar kepada Pak Wibowo. Kelak, kamu harus berterima kasih padanya dengan baik.""Hmm ...."Tobi diam-diam tersenyum pahit, tetapi ada bagusnya juga Widia berpik
Selain kamu, nggak ada yang bisa menyakitiku!Kalimat ini sangat sederhana, tetapi mampu memporak-porandakan hati Widia, bahkan membuat seluruh tubuhnya gemetar.Kalau dipikir-pikir, sejak Tobi masuk ke Keluarga Lianto, pria itu selalu bersikap baik dan sering melindungi dirinya meskipun pria itu terkadang suka menyombongkan diri.Tidak peduli yang dihadapi adalah tuan muda kaya ataupun preman keji, pria itu tidak pernah gentar dan selalu maju ke depan untuk melindunginya.Walaupun terkadang sikapnya terlampau impulsif dan menyebabkan hasil yang tidak diinginkan, perasaannya kepada Widia terpampang jelas. Namun, Widia dia malah mengabaikan dan mengkritiknya berkali-kali.Memikirkan hal ini, Widia tiba-tiba teringat dengan ucapan Joni sebelumnya yang mengatakan bahwa dia tidak pernah membantunya sama sekali. Jika bukan Joni, siapa yang telah membantunya selama ini?Widia menggelengkan kepalanya. Mungkin dia akan mengetahui kebenarannya jika bertemu dengan Joni atau mungkin saja ini semu
Tobi bahkan tidak perlu repot-repot bergerak terlalu banyak. Dia hanya mengangkat tangan kanannya dengan santai, meraih batang besi dalam satu gerakan, kemudian mengayunkannya dengan ringan.Tongkat besi seketika menghantam keras bagian dada lawan.Argh!Lawan merasakan pukulan dahsyat menerpa dadanya dan tanpa sadar, tubuhnya terhempas mundur dan terbanting keras ke tanah.Tobi kembali mengayunkan sebuah gerakan sederhana.Gerakan itu terlihat sangat simpel, tetapi kekuatannya sangat luar biasa.Argh!Aduh!Hanya dalam beberapa detik, tiga orang yang tersisa langsung terhantam keras. Mereka terpental jauh dan jatuh menggelinding seperti bola. Dalam sekejap, berbagai jeritan dan rintihan terdengar di mana-mana.Mereka tidak terlihat berpura-pura. Pukulan yang diberikan Tobi sangat kejam. Setidaknya, pukulan itu telah mematahkan beberapa tulang rusuk mereka.Dalam sekejap, yang tersisa kini hanyalah Candra sendirian.Candra tampak kebingungan. Sebelumnya, dia bahkan sengaja menguji seni
"Dasar pembual! Pria miskin! Kalau kamu benar-benar punya cara, kamu nggak akan berpakaian seperti orang miskin setiap harinya," seru Candra dari samping yang tidak tahan melihat kelakuan Tobi."Candra!" bentak Widia lagi.Nyali Candra menciut kembali, lalu melambaikan tangannya dengan cepat, "Baik, aku diam. Kalian lanjut saja."Widia mengedarkan pandangannya ke arah Tobi dan bertanya dengan penasaran, "Kamu punya cara apa?""Itu ...."Tobi mendadak kesulitan untuk memberikan penjelasan. Apa dia harus mengatakan Sekte Naga memiliki industri yang bernilai kuadriliunan yang bahkan tidak akan dihabiskan dalam sisa hidupnya?"Kamu!""Lupakan. Aku masih bisa menangani masalah ini. Kamu nggak perlu repot-repot."Sebenarnya, dalam hatinya, Widia ingin mengatakan Tobi hanya bisa membual, tetapi dia menahannya."Kamu yakin bisa?""Tentu saja!" jawab Widia dengan nada tegas. 'Meskipun nggak berhasil, kamu juga nggak punya solusi lainnya,' pikir wanita itu dalam hati."Baiklah. Kalau kamu punya
Raja Naga tua memperlihatkan sisi dominannya."Oke. Dengan adanya kata-kata Anda, saya sudah merasa lega."Tobi tersenyum. Tiba-tiba dia mendengar suara aneh, jadi dia pun bertanya dengan penasaran, "Guru, apa yang sedang kamu lakukan?""Aku, tentu saja aku sedang berlatih bela diri. Um, um, agak dalam sedikit ....""..."Tobi tampak tersenyum geli. Sepertinya Guru sedang berlatih seni bela diri yang tiada tara.Setelah meletakkan ponselnya, Tobi kembali merasakan ketenangan seperti sebelumnya dan bahkan membuatnya merasa rileks.Sesampainya di kamar hotel, wajah Kristin terlihat senang dan menyambutnya dengan gembira, "Kak Tobi, urusanmu sudah selesai?""Ya!""Kebetulan senggang. Aku akan mengantar kalian untuk melihat-lihat rumah," ucap Tobi."Baiklah."Kristin langsung menyetujuinya. Dia baru saja menerima dua miliar dari Bram. Sekarang, di tangannya ada 14 miliar. Dia bisa memilih rumah yang bagus agar ibunya hidup lebih nyaman.Meli sama sekali tidak keberatan, tetapi sebelum perg
Melihat Yuyun terdiam, Tobi mengerutkan keningnya dan bertanya, "Nggak ada?"Pria itu melihat kawasan di sekitar sana tidak hanya mewah, tetapi juga tertata apik. Begitu membelinya, dia bisa langsung merenovasinya dan dapat segera pindah."Ada, ada, kok. Ayo ke sebelah sini," ujar Yuyun sambil membawa mereka ke maket gedung sebelahnya untuk memperkenalkan lebih lanjut.Sebenarnya, sebagian besar bangunan di kawasan itu sudah terjual habis dan hanya tersisa beberapa yang harga yang sangat mahal, apalagi lokasinya juga tidak sebagus itu.Di sisi lain, para karyawati yang mendengar percakapan Tobi tidak jauh dari sana tampak memandangnya dengan jijik, terutama saat mendengar pria itu hendak membeli vila. Mereka langsung mengejeknya."Haha. Wah, Yuyun bertemu dengan pelanggan besar dan katanya mau beli vila, lho.""Berdasarkan mereka? Mau membeli vila? Apa dia bercanda? Lihatlah ekspresi gugup gadis di sebelahnya itu dan roknya yang tampak memutih. Sepertinya sudah dipakai bertahun-tahun."
"Pelanggan?""Orang seperti itu kamu anggap sebagai pelanggan? Lihat baik-baik. Mereka hanya masuk untuk menikmati pendingin ruangan dan merasakan kenyamanan vila saja."Karyawati yang barusan berbisik-bisik itu pun nimbrung."Tapi aku sudah berjanji padanya. Lagian, aku percaya dia memang berniat untuk membelinya.""Berniat?""Yuyun, mereka ingin membeli vila pribadi? Karena masih belum menjual satu rumah pun sampai sekarang, kamu sudah mulai gila," ucap karyawan yang lainnya."Benar. Yuyun, dari mana kamu tahu mereka bisa punya 200 miliar untuk membeli vila itu? Kamu tahu 'kan vila itu nggak dijual kalau harganya kurang dari 200 miliar?""Tapi ....""Sudahlah, jangan tapi-tapi lagi. Yuyun, kalau kamu benar-benar ingin membawa mereka lihat-lihat, aku akan memberimu kuncinya, tapi setelah itu, ingat bersihkan seluruh vila itu lagi," ucap Kak Lili dengan dingin.Vila itu sangat besar. Membersihkan seluruhnya seperti perkataan Kak Lili bukanlah hal mudah. Dia akan menghabiskan waktu lama
Yuyun tampak berdiri mematung di tempat. Saat teringat pemilik vila terburu-buru untuk menjual, dia pun berkata, "Dokter Tobi, bagaimana kalau kamu sebutkan harga yang ingin kamu minta? Negosiasi nggak sulit, kok.""Nggak perlu repot-repot!""Cepat telepon dia," ucap Tobi dengan tidak sabar. Meskipun dia punya banyak waktu, dia tidak akan menyia-nyiakannya untuk hal-hal sepele seperti itu."Baiklah!"Dalam ketidakberdayaan, Yuyun pun segera menelepon Pak Wafi dari bagian penjualan. Dia bahkan tidak memiliki informasi kontak pemilik vila.Begitu manajer mendengar ada yang ingin membeli vila itu dengan harga 200 miliar, dia langsung senang dan buru-buru menelepon Winson Sunaldi. Dia meminta pemilik rumah datang dengan membawa semua dokumen yang relevan.Karena Winson membutuhkan uang segera, dia pun langsung menyetujuinya.Setelah selesai melihat-lihat vila, Tobi dan yang lainnya pun berjalan kembali bersama.Yuyun masih belum terlihat sadar sepenuhnya. Meski dilihat dari ekspresi percay