Wajah Leonel berubah pucat. Dia segera menghentikan langkahnya dan bersiap untuk berbicara.Namun, Tobi tidak menghiraukannya sama sekali. Dia hanya menundukkan kepalanya dan menghibur Fiona. "Sudah, ada aku di sini. Kamu akan baik-baik saja. Biar aku yang tangani semuanya.""Ya!"Setelah lewat beberapa saat, suasana hati Fiona kini sudah stabil. Dia baru sadar dirinya telah memeluk Tobi dengan erat. Apalagi, ada beberapa bagian bajunya yang sobek, ditambah keduanya menempel erat. Membayangkan semua itu, wajah Fiona langsung memerah. Dia segera melepaskan pelukannya.Walau dia berharap bisa terus memeluk Tobi seperti ini, tetapi sekarang ini bukanlah waktu yang tepat.Begitu mengingat lawan yang dihadapi mereka adalah Leonel, wajah Fiona kembali memucat. Dia berkata dengan gugup, "Kak Tobi, dia putra dari Keluarga Byantara, apalagi latar belakang mereka sangat kuat.""Aku tahu."Tobi tersenyum dan berkata, "Jangan khawatir. Aku nggak takut sama Keluarga Byantara."Mendengar itu, Fiona
Tobi agak bingung. Apa sebenarnya yang dipikirkan gadis zaman sekarang ini?Lupakan saja. Lebih baik, selesaikan masalah ini dulu. Tobi melihat sekeliling. Dia mendapati Helia dan Prita masih dalam kondisi terikat.Tangan mereka diikat ke belakang, mulut mereka juga dibungkam. Mereka sama sekali tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.Padahal, Tobi sudah masuk ke dalam begitu lama, tetapi dia malah lupa melepaskan ikatan mereka. Bukankah tidak terlalu baik?Tobi menjentikkan tangan kanannya. Entah apa yang telah dia lakukan, ajaibnya, tali yang mengikat kedua wanita itu langsung terputus.Kedua wanita tertegun. Menyadari tali telah putus, mereka tercengang. Apalagi, melihat cara ajaib yang digunakan Tobi. Hanya saja, mereka diam-diam mengeluh dalam hati.'Akhirnya kamu ingat kami juga!''Sedari tadi, kami terikat dan nggak bisa berbicara sedikit pun. Kami hanya bisa menyaksikan kalian berdua memamerkan keromantisan di sini!'Sebenarnya, Tobi juga agak segan. Dia pun buru-buru bertanya
Wajahnya bukan hanya memiliki bekas telapak tangan yang jelas, bahkan mulai membengkak.Bisa terlihat juga betapa parahnya serangan yang dia kerahkan kali ini.Leonel menahan rasa sakit dan menatap Tobi dengan kesal. Bukankah seharusnya bocah ini takut pada Keluarga Byantara dan harus mencari cara untuk mengatasi masalah ini?'Kenapa tindakanmu begitu kasar? Bagaimana aku bisa berdamai denganmu?' pikir Leonel dalam hati.Yang lebih menakutkan, baru saja Leonel berdiri, Tobi mendekatinya lagi. Menyadari hal itu, Leonel makin panik.Wajah Helia juga sedikit berubah. Lantaran ingin berdamai, seharusnya Tobi lebih menjaga sikapnya. Helia mulanya masih merasa Tobi pintar karena bisa memikirkan ide seperti ini.Namun, Tobi masih terlalu muda dan mudah terbawa emosi. Pria itu masih belum bisa mengontrol kekuatannya dengan baik.Helia ingin mengingatkannya, tetapi dia juga segan. Dia baru saja bertemu dengan Tobi hari ini, apalagi belum banyak berbicara dengan pria itu.Hanya saja, jika pemuda
Paginya, Tobi Yudistira terbangun.Merasakan sesuatu yang lembut di telapak tangannya, pria itu tidak kuasa meremasnya beberapa kali. Rasanya kenyal sekali.Ketika pria itu memalingkan wajahnya ke samping, terlihat seorang wanita cantik. Kulit wanita itu sangat halus dan lembut."Argh ...."Merasa seperti ada sesuatu yang mencubitnya, Widia Lianto langsung terbangun. Saat mendapati dirinya telanjang, dia berteriak dan mendorong pria itu menjauh.Wanita itu segera menarik selimut dengan satu tangannya dan melempar bantal dengan tangan yang satunya lagi."Dasar berengsek! Bajingan! Apa yang kamu lakukan kepadaku!""Sepertinya sudah kulakukan semuanya.""Kurang ajar! Dasar nggak tahu malu!" umpat Widia dengan geram sekaligus malu.Tobi merasa bersalah dan berkata, "Jangan bicara seperti itu. Lagian, tadi malam kamu yang berinisiatif duluan.""Ngawur, jelas-jelas ...."Widia ingin membantah, tetapi tidak jadi karena kejadian tadi malam tiba-tiba melintas di benaknya.Akibat menagih utang t
"Ini adalah kartu hitam Lawana, di dalamnya ada 2 triliun. Kamu bisa belanja di toko milik Serikat Dagang Lawana di Kota Tawuna ini.""Oh ya, karena baru sampai di sini, mungkin Anda masih belum punya tempat tinggal. Ini kunci vila di Distrik Terra 1. Mohon diterima."Mata Tobi seakan bisa melihat semua dengan jelas, lalu dia bertanya, "Murah hati sekali. Katakan, apa yang terjadi?""Raja Naga memang bijaksana. Putriku, Jessi, sekujur tubuhnya sering menggigil dalam enam bulan terakhir ini. Kami sudah mengunjungi banyak dokter terkenal, tapi nggak ada yang bisa menyembuhkannya," ujar Damar."Nggak apa-apa. Hanya masalah kecil. Kalau ada waktu, besok aku akan mengobatinya.""Syukurlah! Terima kasih, Raja Naga!" kata Damar. Dia telah mencari tahu masalah ini begitu lama dan akhirnya menemukan sebuah rahasia besar.Ternyata Raja Naga yang masih muda itu adalah Dewa Medis yang telah dia cari-cari selama ini. Dia benar-benar Dewa Medis yang misterius.Tidak bisa dipercaya. Siapa yang mengir
"Tobi, sejak menerima telepon dari dokter tua itu, aku sudah menunggumu. Akhirnya, hari ini kamu datang juga. Kenapa kamu berdiri di depan pintu?"Setelah Kakek Muhar tahu Tobi datang, dia telah menunggunya sejak tadi. Karena yang ditunggu-tunggu tidak muncul, kakek itu pun berjalan keluar untuk menemuinya.Ketika Tobi melihatnya, dia langsung tersenyum dan menyapanya, "Kakek Muhar!"Begitu Kakek Muhar melihat cucunya berada di samping Tobi, dia langsung bertanya dengan penasaran, "Kalian saling kenal?"Widia tiba-tiba merasa canggung."Kami bertemu tadi pagi," ujar Tobi sambil mengatasi kecanggungan itu."Kebetulan sekali. Kalian memang berjodoh. Oh ya, hari ini juga hari yang baik untuk menikah. Setelah makan siang, kalian pergi ke kantor sipil untuk membuat akta nikah saja," seru Kakek Muhar sambil tertawa. Senior Dewa Medis memiliki keterampilan medis yang hebat, muridnya pasti juga sama.Tobi tertegun sejenak. Pria itu baru menyadari wanita cantik ini adalah Widia Lianto, tunangan
Widia berkata dengan marah, "Jangan harap! Meski di dunia ini nggak ada pria lagi, aku juga nggak akan menyukaimu!"Di luar sana ada begitu banyak pria yang jauh lebih baik dari Tobi, tetapi Widia juga tidak tertarik. Jadi, bagaimana dia bisa jatuh cinta kepadanya?"Widia!"Tiba-tiba seorang wanita cantik yang berpakaian seksi maju ke depan.Celana pendek dan kaus ketat yang dia kenakan itu tampak memperlihatkan pusarnya, bahkan pinggang ramping dan kaki panjangnya itu terekspos semuanya. Ditambah dengan kulit putihnya itu, dia makin menarik perhatian orang.Dengan santai, dia melirik Tobi yang berada di sampingnya itu.Meski hanya mengenakan pakaian biasa, wajah Tobi lumayan tampan. Namun, bagaimana orang desa ini bisa dijodohkan kepada Widia? Bagai pungguk merindukan bulan.Hanya tahu berangan-angan saja."Kamu sudah datang," sapa Widia.Kemudian, dia berkata kepada Tobi, "Ini teman baikku, Tania Suwitno."Tobi mengulurkan tangannya dan berkata sambil tersenyum, "Halo!"Namun, Tania
Semua orang tertegun sejenak. Mereka tidak menyangka Tobi berani naik ke atas panggung. Seketika para penonton langsung mentertawakannya."Haha. Lucu sekali. Orang desa sepertimu masih berani membual.""..."Tobi tidak berniat meladeni mereka, dia langsung mengambil sebuah pedang dan mendesak lawannya, "Cepat mulai."Joni agak bingung. Setelah naik, dia bertanya, "Kamu nggak pakai alat pelindung?""Nggak perlu."Mendengar ucapan itu, Joni seketika marah. Dia tersenyum dingin sambil berkata, "Ya, jangan salahkan aku kalau kamu terluka nanti." Joni bahkan berpikir untuk mengambil kesempatan ini untuk melumpuhkan tangan dan kakinya.Tobi mengerutkan kening dan berseru, "Banyak omong kali."Bukan hanya Joni yang merasa marah, tetapi semua orang juga tidak bisa berkata-kata.Melihat postur Tobi memegang pedang, dia kelihatan seperti orang awam. Kenapa dia malah pamer seperti ini, bukankah dia cari mati?Widia juga merasa gugup. Meskipun dia tidak menyukai Tobi dan ingin mengusirnya, dia jug