Naura juga merasakan ketidakpuasan putranya, tetapi dia juga tidak peduli begitu banyak lagi."Aku mengerti." Tobi mengerti bahwa ibunya bisa mengatakan hal seperti itu juga demi dirinya. Hanya saja, guru telah menjaganya dengan baik selama ini, bahkan membiarkannya menjadi Raja Naga.Namun, berbicara tentang liontin giok, Tobi tidak kuasa menyembunyikan rasa penasarannya dan bertanya, "Apa liontin itu begitu ajaib? Apa ayahku berhasil menemukan rahasianya?""Hmm, sebenarnya ayahmu juga belum sepenuhnya memecahkan rahasianya. Hanya saja, dia sempat memperoleh manfaat dari liontin giok. Liontin giok itu memurnikan tubuhnya dan meningkatkan kekuatannya. Mengenai orang lain, dia juga nggak begitu memahaminya," terang Naura."Begitu ajaib?" Tobi mau tidak mau mengeluarkan liontin giok itu. Padahal, liontin itu terlihat sangat biasa. Meski Tobi telah mengedarkan energi sejati ataupun meneteskan darah, semuanya hanya sia-sia saja.Lupakan saja. Mungkin liontin ini bukanlah sesuatu yang panta
Padahal, Yesa telah ditampar oleh Tobi saat berada di rumah sakit sebelumnya. Sekarang, dia masih berani begitu kejam lagi. Yesa sangat ketakutan hingga wajahnya menjadi pucat.Tobi pasti sudah mengetahui masalah Yesa mengambil kembali sahamnya.Sialan! Bukankah Widia telah berjanji untuk merahasiakan masalah ini? Dia tidak akan membiarkan Tobi mencari masalah dengan ibunya. Bisa-bisanya Widia mengingkari janjinya. Yesa menyesal. Seharusnya dia tidak memperlakukan gadis tidak tahu berterima kasih itu dengan baik sebelumnya.Saat ini, Yesa tidak peduli begitu banyak lagi. Dia harus segera menjelaskan semua ini. "Tuan Tobi, kamu salah paham. Aku nggak bermaksud begitu. Ini semua inisiatif Widia sendiri.""Inisiatifnya sendiri?""Setelah melakukan semua hal kejam ini, kalian berani bilang itu inisiatifnya sendiri?""Kalau bukan karena Widia, kamu pasti sudah kuhabisi sekarang."Tobi menjatuhkan kata-kata ini dengan dingin dan langsung masuk ke dalam.Melihat Tobi pergi, Yesa diam-diam men
"Aset triliunan yang ada di tanganku saja nggak berarti apa-apa. Bagiku, uang hanya sejumlah angka saja. Yang aku cintai itu kamu.""Kamulah harta nggak ternilai dan bahkan nggak bisa ditukar dengan apa pun."Mendengar kata-kata Tobi, Widia kembali tersentuh. Jika bukan karena situasi tidak mendukung, dia mungkin sudah tidak bisa mengendalikan dirinya untuk mencium pria itu.Martha yang berdiri di belakang langsung berkata sambil tersenyum, "Kak Widia, Kak Tobi, tega kali kalian memamerkan kemesraan di hadapan adik sepupu kalian yang masih lajang ini?"Bisa-bisanya kakak iparnya ini tidak peduli dengan keberadaannya sama sekali. Martha sangat iri kepadanya. Jika kakak iparnya yang berbicara dengannya seperti ini, sekalipun mati, dia juga rela.Wajah Widia memerah. Dia tampak kikuk dan tidak berani melanjutkan lagi.Lantaran Widia sudah selesai mengemas barang-barangnya, mereka pun langsung keluar.Setelah melewati aula, Widia sempat melihat sosok ibunya dari kejauhan. Widia tampak ragu
Makin berbicara, Yesa makin bersemangat. "Kamu mungkin belum tahu kalau nilai pasar Grup Lianto sudah berbeda sekarang. Setidaknya sudah mencapai triliunan.""Apalagi, dilihat dari perkembangan saat ini, mungkin masih bisa menembus puluhan triliun dalam beberapa tahun ke depannya.""Asalkan punya aset ini, apa kita masih butuh Tobi?""Meski Tobi punya aset puluhan triliun, apa mungkin dia akan membaginya kepada kita? Nggak mungkin! Belum lagi, dia juga nggak punya aset puluhan triliun sama sekali.""Jadi, lekas suruh Tobi kembali tempat asalnya dan jangan ganggu kita lagi!"Setelah mendengar semua itu, Herman mengangguk setuju dan berkata, "Yang kamu katakan masuk akal juga!" Namun, begitu teringat dengan Candra yang pasti tidak setuju dengan tindakan mereka, Herman kembali berkata, "Tapi Candra, hais!""Nggak apa-apa. Meski sekarang dia nggak paham, kelak dia akan mengerti. Yang kita lakukan semua ini demi dirinya.""Benar juga. Dia pasti akan mengerti."Setelah Tobi dan lainnya naik
Gadis ini memanggil Tobi dengan sebutan 'Tuan'? Dia pembantu di sini?Widia dan Martha benar-benar terpesona dengan kecantikan gadis itu.Laurin juga melihatnya. Ekspresinya langsung berubah. Mengapa Widia datang ke sini? Jangan-jangan dia mau tinggal di sini?Padahal, Laurin berharap dirinya bisa berinteraksi lebih banyak dengan Tobi. Baru saja, Tobi selesai menangani masalah pemakaman kakeknya Widia. Jadi, dia mengira kesempatannya sudah datang.Tak disangka, Tobi malah membawa pulang Widia.Tobi juga menyadari ekspresi keduanya. Dia buru-buru berkata, "Widia, aku kenalkan kepada kalian dulu. Namanya Laurin Alvrenda. Dia murid ibuku."Mendengar itu, Widia langsung menyapa, "Halo, Nona Laurin!""Semuanya orang sendiri, jadi nggak perlu terlalu formal. Kamu panggil dia Laurin saja. Laurin, ini kakak iparmu, Kak Widia," ucap Tobi langsung agar tidak terjadi kecanggungan di antara mereka.Wajah Widia langsung memerah. Bukankah ini sama dengan mengumumkan hubungan resmi mereka?"Baik!"La
Mendengar perkataan ibunya, Tobi diam-diam tersenyum pahit.Dia sudah menduga ibunya akan mengatakan ini. Ternyata dugaannya benar."Grup Toranda? Yang masuk dalam daftar 100 perusahaan teratas di dunia itu?"Widia mulanya ingin menolak. Namun, Grup Toranda benar-benar mengejutkannya. Meski dia belum pernah berhubungan dengan Grup Toranda, dia sering mendengar tentang perusahaan raksasa ini.Banyak industri yang terlibat di dalamnya, terutama yang mungkin tidak diketahui orang awam. Perusahaan Investasi Toranda, yang merupakan cabang perusahaan dari Grup Toranda itu bahkan lebih menakutkan lagi.Mereka banyak berinvestasi di berbagai industri raksasa baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Tidak perlu diragukan lagi, perusahaan mereka adalah raksasa mutlak.Namun, tidak ada yang tahu kalau pemegang saham terbesar di balik layar itu adalah seorang wanita kaya raya. Karena sosoknya terlalu misterius, bahkan tidak ada yang tahu asal usulnya.Mungkinkah dia adalah calon ibu mertuanya i
Setelah menenangkan Widia, Naura pun memanggil Tobi ke kamar. Setelah itu, dia mengeluarkan sebuah buku kuno dan menyerahkan kepada putranya."Apa ini?"Tobi mengambil alih dan melihatnya. Ada tulisan 'Teknik Iblis Suci' di atas buku kuno itu."Ini adalah teknik mental tertinggi dari Sekte Suci, Teknik Iblis Suci. Saat aku melihatmu bertarung sebelumnya, sepertinya kamu juga berlatih Sutra Asura. Sebenarnya, Sutra Asura juga bagian dari Teknik Iblis Suci, tapi nggak sehebat dan sesempurna Teknik Iblis Suci. Itu sebabnya, aku sengaja membawakannya kemari," ucap Naura menjelaskan.Tobi segera membuka buku kuno itu dan membacanya. Di dalamnya sungguh berisi segalanya. Dibandingkan dengan Sutra Asura miliknya, Teknik Iblis Suci memang sempurna, terutama dalam pengembangan jiwa.Tiba-tiba, sebuah ide terlintas di benaknya.Tobi belum berhasil membuat terobosan. Apa karena jiwanya belum cukup kuat? Makin dipikir, makin besar kemungkinan."Masih ada ini lagi!"Naura mengeluarkan sebuah kotak.
Waktu berjalan dengan cepat. Tobi memberi tahu Widia bahwa dirinya perlu berkultivasi dan sementara akan mengurung diri lebih dulu.Yang pertama Tobi lakukan adalah mempelajari Teknik Iblis Suci dengan cermat. Mungkin karena fondasinya dalam Sutra Asura, ditambah dengan bakat luar biasa dan ingatannya yang tajam.Semuanya berjalan dengan lancar. Tidak butuh waktu lama baginya untuk memahami teknik mental utama Teknik Iblis Suci. Langkah selanjutnya adalah mempraktikkannya.Tobi menyempurnakan Sutra Asura yang telah dia praktikkan sebelumnya, kemudian meningkatkan kekuatannya. Setelah itu, pengembangan jiwa mulai meningkat dengan kecepatan yang mencengangkan.Begitu semuanya beres, barulah Tobi mulai berintegrasi ke dalam. Dia mengeluarkan relik suci dan mulai menyerapnya menggunakan Teknik Iblis Suci.Di saat dia bergerak, dia langsung merasakan kekuatan dahsyat dan menakjubkan mengalir keluar dari relik suci, kemudian mengalir ke dalam tubuhnya secara gila-gilaan.Dalam sekejap, seaka