Naura juga sangat senang melihat Tobi kembali. Sejak mereka bertemu kembali, dia juga berharap bisa bersama putranya setiap hari.Hanya saja, karena kematian Muhar, putranya menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menemani Widia.Akhirnya, sekarang sudah terselesaikan semuanya.Namun kali ini, Tobi jelas kembali untuk menanyakan beberapa informasi. Dia juga memberi tahu ibunya mengenai apa yang dikatakan Rangga.Naura menghela napas dan berkata, "Dia mungkin nggak berbohong. Sebenarnya, aku juga sudah menemukan petunjuknya, tapi aku nggak pernah memastikannya.""Apa Ibu yang meminta Guru datang menjemputku saat itu?" tanya Tobi."Bukan!""Dulu aku nggak punya pilihan selain menyembunyikanmu di panti asuhan, termasuk liontin giok itu. Karena saat itu, aku benar-benar nggak yakin kalau diriku bisa selamat."Naura berkata, "Aku juga nggak tahu alasan Raja Naga Tua menerimamu sebagai muridnya. Aku bahkan butuh banyak usaha untuk menemukan identitasmu.""Kalau nggak, mana mungkin aku ngg
"Nggak ada!" jawab Tobi sambil menggelengkan kepalanya."Sepertinya kamu benar-benar berbakat, tapi kamu nggak boleh cepat berpuas diri. Kamu harus terus bekerja keras. Karena masih ada orang hebat di Jatra. Apalagi, kekuatannya juga nggak kalah dibandingkan Harita," ucap Raja Naga Tua mengingatkan."Apa!"Tobi terkejut. Setahunya, Harita-lah yang memegang posisi pertama di dunia selama ini. Tobi tidak percaya masih ada lawan lainnya. Dia pun bertanya, "Guru, bukankah Harita selalu dikenal sebagai ahli bela diri nomor satu di dunia?""Harita memang hebat. Dalam generasi setingkatnya, dia memang memegang posisi nomor satu di dunia. Dari segi kekuatan, nggak banyak yang bisa menandinginya, tapi juga bukannya nggak ada.""Setidaknya ahli hebat dari Jatra ini bisa mengalahkannya, tapi orang ini sudah lama nggak muncul. Bahkan, banyak orang yang sudah melupakan keberadaannya," ucap Raja Naga Tua."Siapa orang itu?" tanya Tobi dengan penasaran."Bahtiar, pendiri Aula Varun. Kalau aku nggak s
Jika Tobi ada di sana, dia mungkin akan terkejut saat mengetahui lelaki tua itu jauh lebih kuat darinya dan telah memasuki Alam Tanah Abadi.Yang lebih menakutkan lagi, momentum Raja Naga Tua itu juga meroket secara gila-gilaan dan kekuatannya terus meningkat. Dibandingkan dengan lelaki tua, dia juga tidak mengalah sedikit pun.Jelas sekali, kekuatan Raja Naga Tua juga telah berhasil memasuki Alam Tanah Abadi.Ternyata, masalah Revan yang menyerahkan liontin giok palsu itu sudah lama terbongkar oleh mereka. Berdasarkan kekuatan Bahtiar dan Raja Naga Tua, mereka sudah mengetahui kalau liontin giok itu palsu.Meski sudah menyadari liontin itu palsu, mereka sama sekali tidak membeberkan hal itu agar tidak ada orang lagi yang mengincarnya. Akhirnya, mereka berhasil menemukan keberadaan liontin giok yang asli.Liontin giok ternyata berada di tangan Meli. Mereka pun mengambil liontin giok itu.Kemudian, mereka menukarnya dengan liontin giok palsu. Bahkan, Meli sendiri juga tidak menyadarinya
Naura juga merasakan ketidakpuasan putranya, tetapi dia juga tidak peduli begitu banyak lagi."Aku mengerti." Tobi mengerti bahwa ibunya bisa mengatakan hal seperti itu juga demi dirinya. Hanya saja, guru telah menjaganya dengan baik selama ini, bahkan membiarkannya menjadi Raja Naga.Namun, berbicara tentang liontin giok, Tobi tidak kuasa menyembunyikan rasa penasarannya dan bertanya, "Apa liontin itu begitu ajaib? Apa ayahku berhasil menemukan rahasianya?""Hmm, sebenarnya ayahmu juga belum sepenuhnya memecahkan rahasianya. Hanya saja, dia sempat memperoleh manfaat dari liontin giok. Liontin giok itu memurnikan tubuhnya dan meningkatkan kekuatannya. Mengenai orang lain, dia juga nggak begitu memahaminya," terang Naura."Begitu ajaib?" Tobi mau tidak mau mengeluarkan liontin giok itu. Padahal, liontin itu terlihat sangat biasa. Meski Tobi telah mengedarkan energi sejati ataupun meneteskan darah, semuanya hanya sia-sia saja.Lupakan saja. Mungkin liontin ini bukanlah sesuatu yang panta
Padahal, Yesa telah ditampar oleh Tobi saat berada di rumah sakit sebelumnya. Sekarang, dia masih berani begitu kejam lagi. Yesa sangat ketakutan hingga wajahnya menjadi pucat.Tobi pasti sudah mengetahui masalah Yesa mengambil kembali sahamnya.Sialan! Bukankah Widia telah berjanji untuk merahasiakan masalah ini? Dia tidak akan membiarkan Tobi mencari masalah dengan ibunya. Bisa-bisanya Widia mengingkari janjinya. Yesa menyesal. Seharusnya dia tidak memperlakukan gadis tidak tahu berterima kasih itu dengan baik sebelumnya.Saat ini, Yesa tidak peduli begitu banyak lagi. Dia harus segera menjelaskan semua ini. "Tuan Tobi, kamu salah paham. Aku nggak bermaksud begitu. Ini semua inisiatif Widia sendiri.""Inisiatifnya sendiri?""Setelah melakukan semua hal kejam ini, kalian berani bilang itu inisiatifnya sendiri?""Kalau bukan karena Widia, kamu pasti sudah kuhabisi sekarang."Tobi menjatuhkan kata-kata ini dengan dingin dan langsung masuk ke dalam.Melihat Tobi pergi, Yesa diam-diam men
"Aset triliunan yang ada di tanganku saja nggak berarti apa-apa. Bagiku, uang hanya sejumlah angka saja. Yang aku cintai itu kamu.""Kamulah harta nggak ternilai dan bahkan nggak bisa ditukar dengan apa pun."Mendengar kata-kata Tobi, Widia kembali tersentuh. Jika bukan karena situasi tidak mendukung, dia mungkin sudah tidak bisa mengendalikan dirinya untuk mencium pria itu.Martha yang berdiri di belakang langsung berkata sambil tersenyum, "Kak Widia, Kak Tobi, tega kali kalian memamerkan kemesraan di hadapan adik sepupu kalian yang masih lajang ini?"Bisa-bisanya kakak iparnya ini tidak peduli dengan keberadaannya sama sekali. Martha sangat iri kepadanya. Jika kakak iparnya yang berbicara dengannya seperti ini, sekalipun mati, dia juga rela.Wajah Widia memerah. Dia tampak kikuk dan tidak berani melanjutkan lagi.Lantaran Widia sudah selesai mengemas barang-barangnya, mereka pun langsung keluar.Setelah melewati aula, Widia sempat melihat sosok ibunya dari kejauhan. Widia tampak ragu
Makin berbicara, Yesa makin bersemangat. "Kamu mungkin belum tahu kalau nilai pasar Grup Lianto sudah berbeda sekarang. Setidaknya sudah mencapai triliunan.""Apalagi, dilihat dari perkembangan saat ini, mungkin masih bisa menembus puluhan triliun dalam beberapa tahun ke depannya.""Asalkan punya aset ini, apa kita masih butuh Tobi?""Meski Tobi punya aset puluhan triliun, apa mungkin dia akan membaginya kepada kita? Nggak mungkin! Belum lagi, dia juga nggak punya aset puluhan triliun sama sekali.""Jadi, lekas suruh Tobi kembali tempat asalnya dan jangan ganggu kita lagi!"Setelah mendengar semua itu, Herman mengangguk setuju dan berkata, "Yang kamu katakan masuk akal juga!" Namun, begitu teringat dengan Candra yang pasti tidak setuju dengan tindakan mereka, Herman kembali berkata, "Tapi Candra, hais!""Nggak apa-apa. Meski sekarang dia nggak paham, kelak dia akan mengerti. Yang kita lakukan semua ini demi dirinya.""Benar juga. Dia pasti akan mengerti."Setelah Tobi dan lainnya naik
Gadis ini memanggil Tobi dengan sebutan 'Tuan'? Dia pembantu di sini?Widia dan Martha benar-benar terpesona dengan kecantikan gadis itu.Laurin juga melihatnya. Ekspresinya langsung berubah. Mengapa Widia datang ke sini? Jangan-jangan dia mau tinggal di sini?Padahal, Laurin berharap dirinya bisa berinteraksi lebih banyak dengan Tobi. Baru saja, Tobi selesai menangani masalah pemakaman kakeknya Widia. Jadi, dia mengira kesempatannya sudah datang.Tak disangka, Tobi malah membawa pulang Widia.Tobi juga menyadari ekspresi keduanya. Dia buru-buru berkata, "Widia, aku kenalkan kepada kalian dulu. Namanya Laurin Alvrenda. Dia murid ibuku."Mendengar itu, Widia langsung menyapa, "Halo, Nona Laurin!""Semuanya orang sendiri, jadi nggak perlu terlalu formal. Kamu panggil dia Laurin saja. Laurin, ini kakak iparmu, Kak Widia," ucap Tobi langsung agar tidak terjadi kecanggungan di antara mereka.Wajah Widia langsung memerah. Bukankah ini sama dengan mengumumkan hubungan resmi mereka?"Baik!"La