Kamar dengan ranjang es abadi sudah mulai memberikan tekanan kepada dua belas jenderal yang dipanggil Xavier untuk menemui Yuan. Mereka merasakan hawa dingin yang menusuk kulit hingga tulang. Embusan napas bagaikan kebulan uap air. Mereka mulai merasa menggigil. Namun, semua itu tidak ada artinya dihadapan janji yang telah mereka ucapkan.Dua belas jenderal yang saat ini berada bersama dengan Yuan berlutut dan menunggu perintah. Mereka telah bersumpah setia kepada calon raja yang baru, Pangeran Yuan. Pangeran dengan rambut keperakan itu tak ingin membuang waktu, sehari sebelum keberangkatannya ke Ergions dia mengumpulkan kedua belas jenderal tersebut.“Maaf mengundang kalian ke tempat dingin ini,” ucap Yuan. Dia tetap duduk di atas ranjang es abadi, satu menit pun tak ingin dia lewatkan untuk memulihkan diri. Sementara itu, kedua belas jenderal berlutut di hadapannya.“Kalian kembalilah ke wilayah masing-masing, kumpulkan pasukan dan bersiap untuk perang,” lanjut Yuan.“Siap laksanaka
Masing-masing jenderal saat ini memegang botol berisi air dari sumur, mereka menyebar dan mencari orang yang terkontaminasi.“Maaf, apakah ada orang-orang yang terkontaminasi di sekitar sini?” tanya salah satu jenderal. Pria itu terlihat ketakutan, dia menoleh ke kanan dan kekiri lalu kabur begitu saja.“Kenapa dia takut?” batin jenderal itu. Dia segera mencari jenderal yang lain dan menyampaikan keanehan yang dia temui.“Kalau begitu kita langsung ke pemimpin wilayah di sini saja,” usul salah satu dari mereka dan disetujui. Kedua belas jenderal menemui pemimpin wilayah.Sambutan yang diberikan oleh pemimpin kota cukup ramah, mereka menerima dengan baik kedatangan para jenderal.“Jadi kami datang untuk menguji kemampuan pemurnian, apakah ada orang yang terkontaminasi cukup parah atau berubah menjadi zombie?”Tanpa basa-basi lagi, jenderal tersebut langsung mengatakan dengan lantang keperluannya. Sang pemimpin menganggukkan kepala lalu membawa mereka ke sebuah tempat.Ruangan tersebut
Ruangan dengan dominasi warna hitam dan merah terasa mencekam. Suara rintihan pengawal menggema, dan dentingan harpa menambah ketegangan. Pengawal itu tampak ketakutan, sementara Raja Leiz menyeringai dengan senang.“Bisakah kau memainkan ilusi yang berbeda? Ilusi tentang keinginan terdalam mereka,” ucap Raja Leiz, menghentikan permainan harpa wanita di hadapannya. Wanita itu mengangguk, dan dentingan harpa berubah. Wajah ketakutan pengawal berubah menjadi wajah bahagia.“Bagus, dia bisa memberikan ilusi yang kuharapkan,” batin Raja Leiz, matanya berbinar. Wanita itu adalah Roya Ashlyn, pemain harpa ajaib yang memiliki kemampuan luar biasa.“Roya, kau membuktikan kemampuanmu. Aku menerimamu untuk saat ini. Akan kuberikan posisi yang pantas jika kau bisa membantuku,” ujar Raja Leiz.Roya membungkuk dengan elegan dan menyerahkan kembali harpa ajaib itu ke tangan sang raja. “Terima kasih, Yang Mulia. Saya senang bisa membantu raja yang adil dan bijaksana,” kata Roya dengan senyum licik.
Benua Utara, salju masih terus turun menyelimuti segala isinya. Semua yang ada di sana mulai berwarna putih tertutup salju. Angin kencang bertiup, menghempaskan semua salju yang menutupi tanaman. Warna putih tersapu hingga menampilkan berbagai warna dari pepohonan dan bunga yang bermekaran.“Sepertinya tidak akan pernah ada habisnya, tanpa harpa tempat ini akan terus tertutup salju.” Lixue membuat manusia salju dan membersihkan salju yang menumpuk. Sementara Eirlys berlarian bermain dengan tumpukan salju bersama dengan Yui.“Kalian mau di sini atau ke Benua Utama?” tanya Yui tiba-tiba. Kedua kakak beradik itu menoleh serempak ke arah Yui.“Kapan berangkat?” Eirlys mendekati Yui, menatap gadis itu dengan binar mata penuh tanya. Kemarin Yuan dan ayahnya pergi ke Ergions melewati celah dimensi dan sekarang Yui juga akan pergi.“Hari ini, aku sudah berjanji pada Yuan untuk segera ke Blackdragon, mencari cara membangunkan paman,” balas Yui. Tangan Yui mengeluarkan api berwarna jingga, menc
Lautan terlihat tenang, tidak ada tanda-tanda badai atau pun akan ada kapal yang datang. Mereka bertiga sudah bersiap untuk kembali ke Benua Utama. Kakak beradik dengan rambut putih seputih salju itu mulai jenuh mengamati lautan.“Sepertinya tidak akan ada kapal hari ini.” Lixue menghela napasnya dia menandang bergantian dua gadis cantik yang bersamanya.Yui masih terdiam menatap lautan, dia hanya menggerakkan tangannya memberi isyarat untuk menunggu sebentar lagi.Pelabuhan Benua Utara memang sangat sepi, jarang sekali kapal lewat bahkan berlama-lama di tempat ini. Hawa dingin yang menusuk tulang membuat ikan tidak banyak berkumpul, nelayan menghindari berlayar di Benua Utara. Beberapa kapal datang hanya meleati pelabuhan, terkadang mereka berhenti sejenah hanya untuk beristirahat.“Yui, tidak akan ada kapal, kau lihat sendiri kan, lebih baik kita kembali, matahari sudah hampir tenggelam.” Eirlys mencoba meyakinkan gadis dengan rambut sekelam malam kontras dengan kulitnya yang putih.
Malam di Ergions berbeda dengan tempat lain. Angin malam terasa segar meskipun terasa sedikit dingin. Bintang sangat jelas terlihat karena minimnya penerangan di hutan-hutan mereka. Ornamen rumah dan arsitekturnya yang menyatu dengan alam sangat menawan.Yuan mengenakan baju hitam, kontras dengan rambut keperakannya. Dia berjalan anggun seorang diri. Saat mencapai pudat kota, sosoknya menarik perhatian.“Siapa dia?”“Lihat telinganya tidak runcing, apa dia manusia?”“Tampan atau cantik, dia laki-laki atau perempuan?”Bisikan-bisikan yang terdengar saat Yuan melintas. Mereka tidak berani mendekat hanya memperhatikan dari jauh.Yuan memperhatikan sekelilingnya. Penduduk lebih banyak mengenakan baju dengan warna alam – hijau dan kecoklatan – membaur sempurna saat berada di hutan. Sementara dirinya terlihat begitu mencolok.Yuan dengan senyum tipis menghiasi wajahnya bergumam, “Saatnya pertunjukan.”Pemuda dengan rambut keperakan berhenti di tengah-tengah pusat kota. Air mancur yang menja
Yuan memejamkan matanya. Dia bisa merasakan kumpulan energi potensial yang berkumpul di sekitar hutan Ergions. Energi yang begitu besar dan akan sangat bagus untuk menunjukkan energi tersebut. Seringai tercermin di wajahnya. Langkahnya mantap menuju ke kumpulan para pemain musik kaum elf.“Tunggu!” Tangan Yuan ditarik oleh seseorang. Yuan menoleh untuk melihat orang tersebut. Telinga runcing dengan wajah yang familiar.“Pangeran Lou?” Yuan mengernyitkan dahi, dia tidak mengerti kenapa pangeran elf ini berada di tengah kota alih-alih berada di taman tertutup istana tempat pohon kehidupan berada.Pangeran Lou dengan napas sedikit terengah berkata, “Pangeran Yuan, mereka sedang berusaha memanggil spirit. Malam bulan purnama adalah waktu yang tepat, puncak kekuatan spirit.” Ia mengira Yuan ingin membubarkan para pemusik tersebut.Yuan melepaskan tangan Pangeran Lou dari lengannya. Dia mengangguk pelan dan tersenyum manis, berusaha menjelaskan kesalahpahaman. “Pangeran Lou, saya hanya ing
Yuan berkomunikasi dengan para spirit, suaranya lembut namun begitu mempesona. Dia membujuk dalam bahasa kuno dengan getaran yang tersampaikan dengan baik dan dimengerti oleh makhluk yang berwujud seberkas cahaya. Spirit tersebut akhirnya menurut dan mau berpindah darinya ke Raja Arlen, mereka bersedia mengikuti perintah Raja Arlen.Kumpulan spirit kini berpindah tempat mengikuti Raja Arlen. Para elf yang menyaksikan hal itu terpana. Mata mereka melihat sendiri momen saat spirit bisa mengerti perintah dan dibujuk. Selama ini mereka hanya menganggap makhluk itu tak lebih sebagai alat menyuburkan tanah. Mereka yang berada di tempat itu mengukir wajah pemuda berambut perak tersebut dan tidak akan melupakan kebaikan hatinya.Malam semakin larut, setelah pertukaran yang mereka lakukan, Yuan pamit untuk kembali ke paviliun. Raja Arlen pun pamit bersama para spirit kembali ke istana. Acara malam ini berakhir dengan keberhasilan luar biasa. Mereka yang menyaksikannya terus mengelukan dan memu