Para jenderal berkumpul bersama di taman yang berada di luar istana. Mereka menikmati keindahan alam yang mempesona. “Benua Utara yang berselimut salju bisa seperti ini, kurasa harpa itu benar-benar ajaib,” ucap salah satu dari dua belas jenderal dengan nada penuh kekaguman.“Benar,” sahut jenderal lainnya, menunjuk ke kakinya yang telah sembuh. “Pangeran Yuan tidak hanya menghilangkan kontaminasi, tetapi juga memulihkan lukaku. Dia benar-benar sangat baik hati. Bukankah sangat jarang ada yang memiliki kekuatan sebesar itu, tetapi masih peduli dengan yang lain?”Mereka membicarakan kebaikan Pangeran Yuan, juga membandingkan dengan ucapan Jenderal Razen waktu itu. “Jenderal Razen benar,” kata salah satu jenderal dengan tegas. “Seharusnya dia yang menduduki takhta kerajaan. Dunia kegelapan akan bangkit kembali jika dia yang memimpin.”Anggukan demi anggukan terlihat, mereka mencapai kesepakatan untuk menepati janji. Janji mendukung Pangeran Yuan dan menjadikannya raja. “Tapi kenapa Pang
Di Istana Kegelapan, awan hitam dan petir yang menggelegar seolah menjadi ciri khasnya. Selama seabad, tak pernah ada hari cerah di sekitar istana. Awan hitam yang tebal bergulung-gulung menambah pekat aura mengerikan dari istana tersebut. Rumor tentang banyaknya korban yang berjatuhan dan tingginya kontaminasi di sekitar ibukota menambah daftar panjang kengerian istana itu.Raja Leiz duduk di singgasananya, wajahnya merah padam dan tangannya mengepal erat. Setiap kali mengingat ucapan Razen, dia menjadi murka.“Panggilkan Jenderal Darren!” perintah sang raja dengan suara yang menggema.Mata Leiz tertuju pada kristal besar di sebelah singgasananya. Bukan rahasia lagi jika kristal hitam itu telah bersih karena ‘kemampuan pemurnian’ Raja Leiz yang sebenarnya hanyalah tipuan. Perlahan, kilau dari kristal itu memudar, lapisan es yang menyelimutinya mulai meleleh dan warna hitam kristal kembali terlihat.“Gawat, jika ada yang masuk dan memintaku melakukan pemurnian tanpa adanya Lixue, repu
Sayup-sayup suara camar terdengar di pelabuhan. Suara teriakan awak kapal dan juga deburan ombak menambah riuh aktifitas di pelabuhan. Kapal besar tertambat, mereka yang berada di atas kapal mulai turun. Rachel turun dari kapal yang ditumpanginya. Dia berjalan santai, setapak demi setapak memperhatikan kayu yang licin terkena air laut.“Nyonya, apakah ada barang yang perlu diangkut?” tanya seorang awak kapal saat melihat Rachel berjalan seorang diri.“Tidak ada, terima kasih,” balas Rachel. Dia mengambil jubah bepergian dari tas ransel yang dia bawa lalu mengenakannya. Jubah berwarna abu-abu tua menutupi seluruh tubuhnya, dia membiarkan tudung jubah tidak dikenakan hingga wajahnya tetap terlihat. “Apa ada yang menyediakan kuda di sekitar sini?” tanya Rachel.“Oh, Anda ingin kuda, lurus saja lalu belok kanan, ada yang menyewakan kuda juga menjualnya di sana. Dia memiliki kuda-kuda yang tangguh, Anda tidak akan kecewa,” kata awak kapal tersebut.Rachel melakukan gerakan lembut menyentuh
Rachel bersandar pada batang pohon besar. Dia sangat lelah seharian terus berjalan tanpa menemui jalan keluar. Tangannya bergerak cepat memasang sebuah perlindungan, barrier tipis yang bisa dia gunakan. Dia juga melebarkan bayangan untuk mendeteksi siapapun yang mendekatinya.“Sebaiknya aku istirahat, tidur sebentar akan membuat kepalaku lebih baik. Besok pikirkan lagi cara keluar dari tempat ini,” batin Rachel. Matanya sudah terasa sangat berat, dia pun menutup kedua matanya dan terlelap.Gesekan dedaunan yang tertiup angin membuat telinga Rachel waspada. Tubuhnya perlu istirahat dan dia tetap berada di tempat untuk memulihkan tenaganya.“Hanya angin, Rachel, hanya angin,” pikir Rachel menenangkan diri.Melodi terdengar, suara harpa yang mengalun merdu, rasanya begitu syahdu hingga membuai Rachel ke alam mimpi. Rachel berjalan mengikuti suara yang membimbingnya. Alunannya seakan begitu memikat.“Eirlys, apakah dia Eirlys,” gumam Rachel. Dia berlari mengikuti suara hingga melihat sos
Razen terbangun di dalam selnya saat mendengar suara kaki-kaki melangkah mendekat. Dia melihat dua orang prajurit menyeret seseorang dan memasukkannya ke sel yang ada di sebelahnya.“Siapa dia? Semakin lama sel ini penuh dengan pemberontak,” gumam Razen. Matanya memindai pergerakan sel di sebelahnya. Dia berusaha melihat lebih dekat dan melihat sosok yang baru saja masuk ke dalam penjara bawah tanah seperti dirinya. Kedua prajurit itu pergi, membuat Razen lebih leluasa mendekati sel di sebelahnya.“Hei, siapa namamu?” tanya Razen. Dia berharap musuh dari musuhnya akan menjadi sekutu. Sayangnya sosok yang dimasukkan ke dalam sel tersebut tidak bergerak sedikit pun bahkan sekadar membalasnya.“Apa dia pingsan?” Razen kembali menyelidiki, sosok itu terlihat tidak asing. Namun, ada keraguan karena tidak terlihat wajahnya. Hal yang bisa dilakukan Razen hanya menunggu, menunggu sosok itu bangun.Razen menunggu, penjara bawah cukup gelap dan lembab, dia bahkan lupa berapa hari berada ditem
Istana Es menjulang tinggi, cahaya terpantul sempurna saat menyentuh kristal es pada setiap bagiannya. Hawa dingin terasa semakin menusuk hingga ke tulang terutama di satu ruangan khusus, kamar es abadi. Salah satu tempat paling dingin, ruang kamar yang digunakan Yuan saat ini, ruang es abadi dengan ranjang es.Yuan duduk di ranjangnya, mencium aroma harum yang masuk ke dalam kamar. Suara langkah kaki yang terdengar membuat matanya menatap sosok yang sedang memegang nampan. Seorang putri cantik dengan rambut seputih salju, mata biru yang membuatnya tenggelam, Eirlys.“Apa kau yang memasaknya?” Yuan mengikuti gerakan Eirlys yang menaruh semangkuk panas makanan di dekat tempatnya saat ini.“Cepatlah, tempat ini sangat dingin saya takut supnya langsung dingin,” balas Eirlys menyuguhkan semangkuk sup kepada Yuan.“Ini enak sekali, rasanya pas,” balas Yuan memuji masakan Eirlys. “Sangat berbeda dengan Yui,” gumam Yuan. Sesaat dia kembali membayangkan masakan Yui yang selalu saja membuat li
Semilir angin meniup rambut keperakan Yuan. Mereka berdiri di dalam hutan, menatap sebuah gerbang. Yuan begitu lama memperhatikan setiap detail huruf rune yang tercetak di sekeliling gerbang tersebut. Tangannya menyentuh gerbang itu, matanya terpejam sejenak.Angin semakin kencang bertiup, satu jam berlalu dan mereka masih berada di tempat yang sama. Hawa dingin mulai menusuk kulit hingga ketulang. Eirlys mulai mengeratkan jubahnya begitu pula dengan Lou.“Bagaimana?” tanya Lou menatap Yuan.Pangeran berambut perah itu menggelengkan kepala. “Tanpa kristal hitam ternyata gerbang ini tidak bisa dibuka.”Yuan tidak bisa merasakan lagi keberadaan dirinya yang satu lagi, jiwa yang pernah ada dalam tubuhnya, dia benar-benar tidak terjangkau saat ini. “Ternyata kekuatan kristal perak saja tidak bisa membuka gerbang. Aku harus mencari cara lain untuk ke Ergion,” batin Yuan.Sosok yang merupakan wujud Raja Kegelapan kini telah tersegel dalam dirinya, dia harus merebut kembali kristal hitam yan
Ergions, sejauh mata memandang semua berwarna hijau. Pohon-pohon besar dengan ornamen yang diukir indah oleh para pengrajin elf. Tak luput dari sentuhan keindahan, sebuah pohon besar yang merupakan pohon kehidupan dihias dengan megah. Aroma pepohonan dan aroma mint begitu kuat di tempat ini.“Moura, bagaimana kondsimu?” Lou Sherwood mendekati wanita yang menatapnya tanpa berkedip.“Apa ini mimpi?” gumam Moura. Baginya tidak mungkin pangeran yang selalu bernyanyi untuknya kembali. Pria yang dia kagumi sejak lama sebelum dirinya mendaftarkan diri menjadi kandidat pengganti jiwa pohon kehidupan. Pria yang seharusnya kembali bersama istri dan anaknya tak seharusnya kembali untuknya.“Ini bukan mimpi, Moura.” Lou Sherwood tersenyum. Dia senang Moura baik-baik saja dan masih terlihat sehat. “Bukankah aku sudah berjanji pasti kembali.”“Nona Moura, terima kasih sudah mengembalikan kristal perak ini,” ucap Yuan, dia membungkuk untuk menghormati sang elf yang berbaik hati melepaskan kekuatan k
Aula menjadi hening saat Erina masuk. Kedua ayah dan anak hanya memandang sosok yang baru saja melewati pintu aula.“Berikan undangan itu padaku!”Suara wanita itu terdengar jelas dan penuh penekanan. “Permaisuri Erina, Rains bilang dia setuju dengan perjodohan ini,” ucap Raja Edward saat wanita itu masih berjalan ke arahnya. “Benar, Ibunda, saya tidak menolaknya jadi….” Belum sempat Rainsword menyelesaikan ucapannya, wanita itu menatap tajam ke arahnya sehingga nyalinya menciut. “Berikan undangannya!” Erina mengulurkan tangan meminta undangan yang ada di dalam surat tersebut. “Ibunda?” Rainsword merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan ekspresi ibunya. Dia tidak terlihat senang. “Rains, apa kau bisa membuat Putri Fiona menjadi permaisuri dan tinggal di Silverstone? Kau lupa dia putri satu-satunya Ratu Esmeralda? Dia calon ratu berikutnya.” Mata biru shapire itu menatap Rainsword begitu dalam. “Bukankah tidak masalah, Ibunda? Fiona bisa menjadi ratu meskipun sudah menikah
Kerajaan Silverstone. “Yang Mulia, ada surat untuk Anda.” Seorang pengawal masuk dan menyerahkan gulungan perkamen dengan segel di atasnya. “Terima kasih.” Raja Edward memperhatikan gulungan tersebut. Segel yang menutup surat tersebut terlihat tidak biasa. “Lambang Kota Avari!” Mata Raja Edward membelalak dan berseru keras hingga pengawal yang baru saja berbalik menoleh kembali. Sementara seorang pengawal lain baru saja datang memberi salam hormat dan melapor, “Lapor Yang Mulia, Pangeran Rainsword telah tiba di istana bersama dengan Penjaga Dunia Bawah Rafael Blackdragon dan Putri Yui.”Raja Edward kembali duduk dengan tenang. Dia berusaha terlihat biasa meskipun tangannya gemetar dengan surat dari Kota Avari. “Biarkan mereka masuk.” “Siap, Yang Mulia!” Pengawal itu memberi hormat dan berbalik kembali untuk menjemput Pangeran Rainsword dan yang lain. Aula kerajaan kembali sepi, Raja Edward membuka surat tersebut secara perlahan. Dia membaca isi surat tersebut dengan hati-hati. S
Ratu Esmeralda menopang dagu dengan satu tangan. Tangannya yang lain membolak-balik berkas yang tertumpuk rapi di depannya. Dia mendongak saat pintu ruang kerjanya diketuk. “Masuk dan tutup kembali pintunya!”Fiona berjalan perlahan setelah menutup pintu. Tamu mereka sudah pergi dua hari yang lalu. Mereka pergi setelah Pangeran Yuan siuman.“Salam, Ibunda Ratu,” ucap Fiona dengan penuh rasa hormat. “Duduklah Fiona,” perintah Ratu Esmeralda. Dia membalik berkas yang ada di depannya ke arah Fiona. “Pilih satu di antara mereka untuk menjadi calon pendampingmu.”Fiona terdiam di kursinya. Dia hanya menatap tumpukan berkas yang sudah terlihat dari sampul atasnya. Berkas biodata para pria bangsawan terbaik di Kota Avari. “Ibunda Ratu, bolehkah saya memilih pendamping sendiri.” Suara Fiona bergetar, dia sudah pernah bersitegang dengan ratu karena tidak mau berpaling dari Rafael.“Lupakan Rafael, aku tidak pernah mempermasalahkan siapa pilihanmu selama dia juga bersedia. Rafael tidak mengi
“Krisan, kumpulkan semua debu peri di sekitar sini!” perintah Yuan. Makhluk kecil dengan sayap berbentuk bulan sabit melayang dan berputar hingga membentuk pusaran angin. Angin yang berputar menghempaskan semua debu peri yang menempel pada dedaunan. Debu peri keemasan melayang-layang dan berkumpul dalam satu titik. Yuan mengambil sebuah kantong kecil dari cincin permata penyimpanan dimensinya. Krisan pun memasukkan debu peri ke dalam kantong tersebut. Yuan menutup kantong dan memasukkan kembali kantong yang berisi debu peri ke dalam cincin permata penyimpanan dimensi. Eirlys yang memperhatikan Yuan menghela napas dan terlihat murung. Dia begitu iri setiap kali melihat penyimpanan dimensi. Kota Naga memiliki semua benda yang dia inginkan, sayangnya dia sendiri tidak memiliki uang untuk membelinya. Status putri hanyalah status. Dia bahkan tidak memiliki benda berharga. Yuan melihat Eirlys yang murung mengambil inisiatif memperlihatkan kegunaan debu per untuk menghiburnya. “Eirlys,
Malam semakin larut, tidak ada tanda-tanda Yuan akan siuman. Eirlys merasa matanya sudah semakin berat. Dia mengeratkan jubah Lixue dan bersandar pada akar pohon peri yang menyembul ke permukaan tanah. Menarik tubuh Yuan supaya terlindung dari angin malam, setidaknya ceruk di antara akar pohon cukup nyaman untuk bermalam beratapkan bintang. “Selamat malam, Yuan.” Eirlys memejamkan matanya. Dunia peri terasa begitu damai. Semilir angin malam yang dingin pun terasa menentramkan hati. Perlahan-lahan debu peri bertebaran di sekitar mereka seakan memberikan perlindungan. Debu peri masuk ke dalam tubuh Yuan, memberinya energi hingga penuh. Tak hanya Yuan, debu peri juga masuk ke dalam tubuh Eirlys mengisi energinya yang habis. “Eirlys … Eirlys ….”Kedua mata Eirlys seperti diberi perekat, susah sekali terbuka meskipun ingin. “Eirlys bangunlah!” Suara lembut dan juga terasa sentuhan di bahu Eirlys, mengguncangnya perlahan. Eirlys menggunakan tangannya untuk mengusap kedua mata yang sulit
Eirlys dan Lixue sudah berada di sebelah Xavier. Pria jangkung itu menggendong Pangeran Yuan yang belum sadarkan diri. Sementara Ratu Esmeralda membubarkan semua peri yang ada di sana, hanya tersisa Fiona seorang. “Bagaimana kondisi Pangeran?” Sang ratu berjalan dengan anggun dan berhenti tepat di depan Xavier. Dia memeriksa pergelangan tangan Pangeran Yuan. “Yang Mulia, Pangeran hanya kelelahan. Energinya habis sehingga dia pingsan,” jawab Xavier dengan suara lembut penuh hormat. “Ibunda Ratu, bagaimana kalau Pangeran Yuan beristirahat di ranjang es, bukankah dia akan cepat sembuh?” Fiona teringat dengan Rafael saat itu, untuk mempertahankan hidupnya Rafael dibaringkan di ranjang es. Xavier menyela, “Putri Fiona, itu tidak perlu. Pangeran hanya butuh istirahat sejenak untuk memulihkan energinya.” “Kalau begitu biar ku mainkan harpa.” Eirlys mengeluarkan harpanya. Belum sempat tangannya menyentuh senar, tubuhnya limbung. “Eirlys!” Lixue dengan sigap menopang Eirlys yang hamp
Ratu Esmeralda berdiri dengan anggun di bawah pohon peri. Langit terlihat masih biru dengan semburat jingga dari sang surya yang mulai bersembunyi ke peraduan. Angin yang bertiup membawa suara alunan harpa, menyentuh kesadaran hingga menjernihkan pikiran.“Apa yang ingin Pangeran katakan?” Yuan membungkuk memberi hormat sebelum kembali berdiri tegak. Dia menatap awan di langit. “Yang Mulia pasti sudah merasakannya, kekuatan harpa tersebut bukan harpa biasa.”Yuan terdiam, menunggu reaksi dari sang ratu peri.Wanita itu menoleh ke arah Yuan, mengibaskan jubahnya dengan anggun lalu mulai duduk di atas rumput. “Ya, kekuatan harpa ajaib, aku pernah mendengar harpa itu dimainkan oleh seorang elf yang sempat mampir ke istanaku. Kejadian itu sudah sangat lama, tak kusangka kudengar kembali dentingan senar dari harpa itu. Sayangnya, ilusi yang dia berikan terlalu kuat.”“Namanya Roya Ashlyn, dia bukan manusia juga bukan bangsa kristal. Saya belum tahu pasti makhluk seperti apa wanita ini seb
Eirlys menatap Xavier juga kakaknya yang terlihat canggung dengan aksesoris barunya. Kedua telinga yang berhias dandelion terlihat begitu manis, tidak cocok dengan tampang keduanya. Gadis itu berusaha tidak melihat dan menahan tawa, akan sangat memalukan bagi mereka jika sampai ditertawakan. Sementara Fiona telah sampai di depan celah dimensi bersama Eirlys. Di hadapan mereka berdiri seorang wanita cantik dengan rambut kemerahan panjang hingga menyentuh tanah. Gaun dan jubahnya berwarna hijau dengan bordir dan salur warna merah muda. Sebuah mahkota besar menghiasi puncak kepalanya. “Fiona, siapa dia?” Suaranya terdengar mendominasi ada tekanan kuat dan menuntut jawaban saat itu juga. Tatapan wanita itu tajam, menatap dengan memicingkan mata. Tongkat di tangannya masih tegak berdiri dengan tekanan kekuatan yang tak biasa. Dia mengendalikan tanaman dan mengurung beberapa orang di depan celah dimensi. Wanita ini sedang mengendalikan orang-orang yang berusaha mendekati celah dimensi. “
Pohon besar itu seakan memicingkan matanya, menatap Yuan lekat-lekat. “Kau mirip dengan seseorang,” ucap peri pohon perlahan.“Kurasa yang kau temui itu Yui, saudara kembarku. Aroma kami sama,” jawab Yuan. Yuan menebak jika peri pohon lebih mengandalkan indra penciuman daripada penglihatannya.“Yui? Ya, aku ingat nama itu. Dia gadis kecil dengan aroma khas, seperti dirimu.” balas peri pohon dengan seutas senyum yang terlihat aneh di wajah pohonnya. Dia kemudian mengangkat Yuan ke atas pohon. “Berpeganglah erat, akan kuantar ke Avari.” “Tunggu!” seru Yuan dengan suara lantang. “Aku tidak sendiri, bisakah Anda juga mengantar teman-temanku?” Yuan menunjuk Eirlys dan yang lain. Peri pohon terdiam, tampak berpikir keras. “Aku akan bernyanyi untukmu jika Anda bersedia membawa mereka bersamaku,” tawar Yuan. Peri dikenal menyukai nyanyian.“Baiklah, bernyanyilah sampai batas terluar desa, kalau suaramu bagus baru akan kupertimbangankan membawa kalian ke Avari,” balas peri pohon tersebut.