Share

193. Nacht vs Leiz

Penulis: Rai Seika
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-01 09:45:28

Leiz, yang masih terpaku oleh transformasi Yuan, mandi keringat dingin. Walaupun sosok Yuan telah lenyap dari aula kerajaan, jantungnya masih berdetak begitu kencang. rasa takut yang mencekam membuatnya gemetar hebat, bagai daun tertiup puting beliung.

“Apa dia benar-benar Raja Kegelapan?” gumam Leiz lirih, mengingat tatapan tajam Yuan yang menusuk hingga ke relung jiwa.

“Kau takut?” Gema suara misterius memenuhi aula kerajaan, bagaikan bisikan hantu yang menusuk telinga.

Leiz mengamati sekeliling, tetapi tidak seorang pun selain dirinya. Aula kerajaan yang megah terasa begitu sunyi dan dingin, seolah menelan keberaniannya.

“Keluar kau!” teriak Leiz dengan suara bergetar, keringat dingin membasahi dahinya. Butir-butir keringat itu tampak berkilau di bawah cahaya redup, bagaikan manik-manik kristal yang berjatuhan. Matanya liar mengawasi setiap sudut ruangan, jantungnya berdetak semakin kencang, seirama dengan debaran genderang maut. Dengan susah payah, Leiz bangkit dan menggenggam er
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Anonymous
kapan update lagi Thor. ditunggu kelanjutannya
goodnovel comment avatar
Anonymous
mantap Thor. kapal lanjut?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   194. Rencana Leiz (1)

    Aula istana yang megah berdiri angkuh, menjadi saksi bisu pertemuan menegangkan antara para jenderal dengan sang raja. Leiz, dengan tatapan tajam yang menusuk, mengamati satu per satu jenderal yang berlutut di hadapannya, termasuk Darren dan Roya. Aura kekuasaan yang dipancarkannya membuat suasana semakin mencekam.“Berikan laporan!” titah sang raja tegas yang menggema di seluruh ruangan.“Lapor Yang Mulia.” Seorang jenderal memberanikan diri untuk berbicara, “Mata-mata kami melihat ada pergerakan di wilayah Kota Pertanian Besar dan Kota Pertanian Kecil. Wilayah ini sejak awal memang mendukung Pangeran Yuan.” Jenderal itu berhenti sejenak, keringat dingin mulai membasahi dahinya. “Selain itu, dua belas jenderal telah menyatakan dukungan mereka kepada sang Pangeran, termasuk Jenderal Razen.” Raut wajah jenderal itu dipenuhi ketakutan. Ia khawatir, pemberontakan dua belas jenderal tersebut akan menyeret dirinya dan jendral yang lain dalam pusaran masalah.“Rupanya mereka berani menduk

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   195. Rencana Leiz (2)

    Leiz kembali menatap para jenderal dengan tatapan tajam. “Kau!” tunjuknya pada jenderal paling kiri. “Siapkan pasukan dengan para pengendali elemen. Begitu Rafael muncul, serang dia tanpa ampun!”Jenderal itu mengangguk cepat, wajahnya pucat pasi. Ia tahu betul reputasi Rafael Blackdragon dengan api hitamnya. Api hitam yang bisa membakar apa saja yang dilalui. Kali ini sang jenderal harus menambah pasukan pengendali yang bisa memadamkan api.Leiz kemudian menunjuk lagi jenderal lainnya. “Kau, perkuat benteng istana! Pastikan tidak ada jalan masuk selain melewati pintu gerbang, kecuali mereka bisa terbang. Lepaskan buaya-buaya ganas di parit! Biarkan mereka memangsa siapa pun yang berani mendekat.” Sang jenderal membungkuk hormat, menjawab dengan tegas perintah yang diberikan.Leiz menyeringai, merasa di atas angin. Pasukannya jauh lebih banyak dan kuat. Kemenangan sudah di depan mata.“Kita sambut kedatangan mereka dengan gempuran maut!” seru Leiz lantang, suaranya menggema di seluru

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   196. Mengamati Pasukan

    "Yuan!" seru Rafael, suaranya memecah deru angin yang mengelus sayap megah Yuan. Sang pangeran, dengan gerakan sehalus bulu yang jatuh di atas air, mendarat di belakang Rafael yang menunggangi Fury, naga hitamnya yang bagai batu bara mengilap di bawah sinar mentari."Ada yang ingin Paman tanyakan?" tanya Yuan, suaranya selembut belaian sutra."Berapa banyak pasukan kerajaan yang akan kita hadapi?" Rafael menatapnya serius. Pasukan Yuan, bagaikan segenggam pasir di padang luas, tak lebih dari sepuluh ribu, sementara pasukan kerajaan, bagaikan lautan tak bertepi, jauh lebih besar."Mungkin mencapai seratus ribu pasukan," jawab Yuan dengan tenang, wajahnya seteduh permukaan danau, tak terusik riak kepanikan."Yuan!" teriak Rafael, suaranya menggelegar bagai guntur di langit cerah. Belum sempat kata-kata meluncur dari mulutnya, Yuan melompat dari Furi dan melesat bagai kilat.Pangeran berambut hitam perak itu tertawa kecil, tawanya seperti denting lonceng kristal. "Percayalah padaku, Pama

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   197. Menutup Enam Celah Dimensi

    “Manusia?” gumam Yuan, matanya yang tajam bagai elang mampu menembus kejauhan. Ia yakin pasukan zombi akan terus bertambah selama celah itu masih terbuka.“Aku harus meminta bantuan Kak Yuasa,” pikirnya. Sayap hitamnya mengepak, membawanya meluncur deras bagai meteor menuju kumpulan tenaga medis. Kereta-kereta kuda yang membawa obat-obatan berderet rapi, dikawal oleh para penyembuh dan pelindung yang bergerak perlahan. Mereka berada di barisan paling belakang, bagai jantung kehidupan di tengah pasukan perang.“Di mana Kak Yuasa?” gumam Yuan, matanya menyapu lautan tenaga medis hingga menemukan rambut keemasan Yuasa yang berkilau di atas kuda. Di sampingnya, Rosaline, dengan baju zirah hitam dan rambut merah yang berkibar tertiup angin, bagai mawar berduri yang melindungi sang raja.Yuan melesat dan mendarat tepat di depan Yuasa. Dentuman keras mengejutkan kuda Yuasa hingga berdiri tegak.Yuan tersentak kaget. “Kak Yuasa!” teriaknya, melihat Yuasa hampir terjatuh.Dengan lembut, Yuasa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   198. Perubahan Rencana

    Yuan berdiri sendirian di balik bayang-bayang istana kegelapan. Udara dingin menusuk tulang, seakan bisikan ancaman membayangi setiap langkahnya. Ia merasakan tatapan tajam, tak terlihat namun nyata, seperti mata-mata tak kasat mata yang mengintai dari balik setiap celah batu. Matanya menyapu sekeliling dengan cepat, waspada, bagai elang yang mengawasi mangsanya dari ketinggian. Dengan napas yang membeku, ia memanggil pedang es abadi. Seketika, tanah di sekitarnya memutih, diselimuti lapisan es tipis yang merambat bagai ular es yang haus akan kehidupan, menelan setiap inci tanah hitam yang menjadi saksi bisu kekejaman kerajaan ini.“Siapa? Siapa yang mengawasiku?” gumam Yuan, suaranya nyaris tak terdengar di tengah sunyi mencekam yang hanya diiringi oleh desiran angin dingin yang berbisik-bisik di antara reruntuhan. Yuan melangkah hati-hati, memeriksa setiap sudut sekali lagi hingga yakin tidak ada orang lain di sana. Yuan tidak ingin terjebak di tempat ini lebih lama lagi. Dia sudah

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   199. Menyerbu

    “Jangan takut, es yang kubuat cukup kokoh!” teriak Lixue, suaranya menggema di antara gemuruh pertempuran. Suara penuh keyakinan imenumbuhkan semangat bagi pasukan yang tengah berjuang. Dengan kekuatan sihirnya yang luar biasa, ia membentuk pijakan-pijakan es bagai anak tangga raksasa yang menanjak ke atas benteng, dua jalur pijakan di sisi kiri dan kanan benteng. Balok-balok es besar itu berjajar rapi memudahkan pasukan Yuan menaiki benteng. Dua jalur serangan yang dibuat Lixue membuat pasukan pemanah kerajaan kebingungan. Mereka bimbang, haruskah mereka membidik pasukan yang menaiki tangga atau kembali fokus dengan pasukan penyerang di depan gerbang. Taktik ini membuat para pemanah kehilangan fokus, mereka lupa tugas utama mereka untuk menghalangi pasukan Yuan. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh pasukan Yuan yang berada di jalan utama yang telah dibuat oleh Gnome. Mereka melesat maju dengan cepat, bagai anak panah yang dilepaskan dari busurnya.Rafael tersenyum, meskipun sempat meras

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   200. Penghalang Nyata

    “Kalian pikir bisa menghadapiku?” Nacht menyeringai, senyum licik yang menusuk seperti pisau. Di belakangnya, gumpalan hitam bagai kabut asap muncul, perlahan mengembang, menebal, hingga wujud seekor naga hitam terbentuk sempurna. Sosok naga itu begitu nyata, sisik-sisiknya berkilauan bagai batu obsidian yang menyerap cahaya, matanya menyala bagai bara api neraka.“Grrraa!” Raungan naga itu mengguncang bumi, sebuah suara yang menggetarkan jiwa, membuat jenderal dan pasukannya terkejut, tanpa sadar mundur beberapa langkah, tubuh mereka gemetar tak terkendali.“Naga hitam? Apa dia Rafael Blackdragon?” gumam seorang prajurit, suaranya bergetar karena ketakutan.“Rafael?” Nacht mencemooh, nada suaranya meremehkan. “Jangan samakan aku dengan orang itu!”Naga hitam itu mulai memperlihatkan deretan gigi-gigi tajam yang mengerikan, bagai taring-taring kematian yang siap menerkam mangsanya. Cakarnya yang besar dan kuat mencabik-cabik prajurit terdekat, gigi-giginya yang tajam merobek daging da

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   201. Nacht vs Rosaline

    “Maaf mengganggu kemesraan kalian,” ucap sinis Nacht memasuki aula kerajaan tanpa permisi. Dia melumpuhkan semua penjaga yang menghalanginya.Yuasa dan Rosaline tersentak kaget mendengar suara tiba-tiba yang berasal dari pintu masuk aula kerajaan.“Siapa kamu?” Yuasa mundur di belakang Rosaline, dia menyadari dirinya saat ini tidak memiliki kemampuan bertarung. “Rosaline, aku mengandalkanmu,” bisik Yuasa, ada sedikit rasa nyeri di hatinya karena bergantung kepada Rosaline.Rosaline mencabut dua belati di pinggangnya, tubuhnya berada pada posisi siap menyerang. “Langkahi dulu mayatku jika ingin menyentuhnya,” ucap Rosaline penuh keteguhan, dia merasakan aura aneh dari pria tua di hadapannya.“Wanita perkasa, seharusnya kau memilih pria perkasa juga. bukan pria lemah seperti dia,” ejek Nacht. Sayangnya, wanita itu bergeming dengan ejekannya. hatinya kokoh bagai batu karang, tidak terpengaruh sedikit pun.“Sial, tidak mempan. Hatinya terlalu tulus, aku tidak akan menang melawannya apalag

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05

Bab terbaru

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   219. Pengorbanan (3)

    “Yui!” teriak Yuan, putus asa mengiris suaranya. Ia tahu kembarannya takkan mendengar. Namun, dengan segenap sisa tenaga, ia menyeret tubuhnya, tak peduli luka di kulitnya akibat lilitan tanaman rambat yang semakin mengetat.Xavier, melihat perjuangan Yuan, ia segera bertindak. Tombaknya melesat, menebas tanaman rambat hingga hancur berkeping-keping. Bersamaan dengan itu, Yuasa dan Yuichi tiba di sisi Yuan.“Yuan, apa kau bisa menghentikan Yui?” tanya Yuasa, suaranya diliputi kecemasan, sembari menyalurkan energi penyembuh yang hangat ke luka-luka Yuan. Rasa perih perlahan mereda, digantikan sensasi yang menenangkan.Yuan mengangguk lemah. “Terobos barrier Genbu. Setelah itu, aku bisa bergabung dengan Yui. Dengan kekuatanku, pengorbanan akan ditanggung berdua. Kita masih bisa memusnahkan Nacht tanpa membahayakan nyawa Yui.”Harapan kembali menyala di hati mereka. Yui masih bisa diselamatkan. Yuichi, yang telah pulih berkat kekuatan Yuasa, berdiri di samping Rafael. Pedang hijau zamrud

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   218. Pengorbanan (2)

    Yuan tersentak bangun oleh seruan Rafael. Kegelisahan menjalari ulu hatinya. Barrier yang menyempit, mengurung Yui dan Nacht, bagai jerat yang semakin erat. Jantungnya berdebar kencang, iramanya seirama genderang perang yang menggelegar di telinganya. Kepanikan mencengkeramnya, dingin dan menyesakkan.Tanpa pikir panjang, Yuan berlari. Namun, baru selangkah, kakinya terjerat tanaman rambat yang menjalar licik seperti ular lapar. Aroma tanah lembap menyeruak di hidungnya.“Nacht!” seru Yuan, menuduh. Namun, saat tanaman itu mengikatnya semakin erat, ia menyadari bahwa sentuhannya berbeda. Bukan duri tajam Nacht, melainkan lilitan lembut seperti sutra. Warna hijau mudanya, sewarna tunas muda di musim semi, mengingatkannya pada Yui.Berjuang melepaskan diri, keputusasaan menggema dalam suaranya. “Hentikan, Yui! Kita harus melakukannya bersama-sama! Kau sudah berjanji denganku!” teriaknya, suaranya parau, dipenuhi harapan yang mulai redup bagai bara api yang ditiup angin.Yui, terkurung d

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   217. Pengorbanan (1)

    “Paman, bawa Ayah ke tempat aman,” pinta Yuan. Lingkaran sihir perak di tangan Yuan telah menghilang. Tubuhnya terlihat sudah begitu lelah hingga dia memuntahkan seteguh darah dari mulutnya.“Yuan!” seru Rafael melihat kondisi Yuan yang tidak baik-baik saja. “Kubawa ke tempat Yuasa, biar dia mengobati lukamu,” ajak Rafael lembut berusaha membujuk Yuan.“Lalu bagaimana dengan ayah? Bawa ayah dulu ke tempat yang aman. Aku masih bisa menunggu,” balas Yuan dengan senyum yang dipaksakan untuk meyakinkan Rafael jika dia baik-baik saja.“Baik, tunggulah!” Rafael mengangkat Yuichi dan membawanya ke tempat aman. Langkah kakinya semakin cepat karena memikirkan Yuan. Rasanya jarak antara dirinya dan tempat Yuasa berada begitu jauh. Kakinya tidak bergerak secepat yang diharapkan.“Kalian pikir bisa pergi!” seru Nacht melihat Rafael berusaha membawa Yuichi. Sebuah barrier tak kasat mata menutup jalan Rafael sehingga dia berjalan di tempat, tidak pergi ke mana pun.Alunan suara harpa terdengar sama

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   216. Pertarungan (3)

    “Kau mau memusnahkanku? Ingat, tubuh ini milik ayahmu!” ancam Nacht, menggunakan tubuh Yuichi yang saat ini menjadi raganya, suaranya menggema seperti guntur di langit.Tanpa kata, Yui menggerakkan tangan kirinya hingga lingkaran sihir di tangan kanannya kini berada di tengah-tengah antara tangan kanan dan kiri. Lingkaran itu semakin membesar, hingga sebesar tubuh Yuichi yang ada di depan Yui, seolah-olah dia sedang menciptakan sebuah bintang baru di langit malam.Yui mendorong lingkaran sihir keperakan tersebut ke arah Yuichi. Sebuah kekuatan besar seakan menariknya dengan kuat, namun Nacht sama sekali tidak terpental atau berseser hingga lingkaran sihir perak tersebut menghilang, seolah dia adalah bayangan yang tak terpengaruh oleh cahaya.“Lihat! Tidak ada gunanya!” seru Nacht, tertawa puas karena kekuatan lingkaran sihir tersebut tidak mempengaruhinya, seolah dia adalah raja kegelapan yang tak tertandingi.“Lihat baik-baik, Nacht!” balas Yui, menunjuk ke arah Yuan yang berada di l

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   215. Pertarungan (2)

    Seakan terobsesi untuk segera menghancurkan Yuan, serangan Yuichi semakin gencar. Pedang es abadi yang sebelumnya bersinar di tangan Yuan terlepas, melayang sejenak di udara sebelum jatuh ke tanah dengan suara bergetar, seolah mengisyaratkan akhir dari sebuah harapan.“Tamat riwayatmu!” Seringai licik penuh kepuasan tergambar jelas di wajah Yuichi. Sepasang mata zamrudnya terlihat lebih gelap dari biasanya, seolah menyimpan badai kemarahan yang siap meledak.Nacht, entitas gelap yang menguasai diri Yuichi, tidak menghentikan serangannya meskipun Yuan sudah tidak bisa melawan lagi. Pedang kehijauan di tangan Yuichi perlahan berubah menjadi pedang hitam, pedang Raja Kegelapan yang dipenuhi dengan aura kegelapan pekat. Pedang itu berayun dengan kecepatan yang mengerikan, tepat menuju ke arah Yuan yang sudah tak memiliki senjata lagi, seolah-olah waktu berhenti sejenak untuk menyaksikan momen menegangkan ini.“Trang!” Suara dentingan logam yang tajam menggema di udara ketika pedang hitam

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   214. Pertarungan (1)

    Tempat itu sunyi, hanya ada mereka bertiga. Langit semakin bergemuruh dengan petir dan guntur yang menggelegar, seolah-olah alam pun merasakan ketegangan yang melanda. Mereka yang menyaksikan dari kejauhan, bersembunyi di balik reruntuhan, menghindari serangan dari kedua belah pihak yang sedang bertarung.“Semoga saja Pangeran Yuan bisa mengalahkannya,” gumam seseorang yang berada di istana, suaranya penuh harapan. Para prajurit dari kedua sisi kini mendukung sang pangeran, berdoa dalam hati agar keajaiban terjadi.Langkah kaki kecil Yui mulai menari, gerakannya terlihat lincah dan gesit. Dia sedang menggambar di atas tanah, menciptakan sebuah lingkaran sihir yang mengurung musuhnya tepat di tengah-tengah. Setiap goresan yang ditorehkan di tanah seolah mengeluarkan cahaya, menandakan kekuatan yang akan segera terbangun.“Kau pikir bisa mengurungku!” seru Yuichi, marah, segera menghapus kembali coretan yang ditorehkan Yui dengan angin kencang yang berputar, seolah-olah mengabaikan usah

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   213. Melepas Kebencian (4)

    “Katakan,” jawab Yuasa singkat, tidak ingin mengalihkan perhatian dari Rafael.“Maaf, saya hanya penasaran saja. Kenapa Anda melepaskan kekuatan naga lalu memilih kekuatan penyembuh?” Xavier menghela napas panjang sebelum kembali melanjutkan. Dia masih terlihat canggung, tetapi rasa penasarannya mengalahkan perasaannya itu. “Semua orang lebih menghargai orang yang kuat; mereka menganggap remeh penyembuh meskipun tugas mereka mulia.”Yuasa tersenyum lembut, dia mengerti maksud Xavier. “Kenapa waktu itu kau menginginkan darahku?” tanyanya, menatap Xavier dengan serius.Mata Xavier berkilat, dan dia langsung menyilangkan tangannya, menggerakkan seakan menepis apapun yang ada di benaknya. “Tidak, saya tidak akan melakukan itu lagi!” jawabnya cepat, wajahnya memerah.“Aku terlahir dengan kristal emas, kristal istimewa dengan kekuatan penyembuh terkuat. Mereka bahkan mengatakan tidak ada yang tidak bisa kusembuhkan,” Yuasa mulai mengatakan apa yang sudah lama ingin dia katakan. “Sayangnya,

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   212. Melepas Kebencian (3)

    Yuasa melihat pergerakan di balik bayangan reruntuhan. Darah segar mengalir dari tangan pria itu, membentuk genangan kecil di tanah yang kering. Lukanya cukup parah, dia menggunakan tubuhnya untuk melindungi Rafael. Di balik jubah hitamnya, Rafael terkulai tak sadarkan diri. Yuasa menatap pria itu, kedua mata mereka terkunci dalam keheningan yang penuh harapan.“Tolonglah Rafael,” ucap pria itu tanpa suara, tetapi Yuasa bisa membaca gerak bibir pria itu dengan jelas.Yuasa berlari ke arah mereka. “Kau terluka,” balas Yuasa, mengangkat tangannya di atas luka Xavier, berusaha menyembuhkannya. Tangan dan kaki Xavier patah, tulang-tulangnya harus disambung kembali. Meskipun dia bisa melakukannya, dia tidak memiliki obat untuk mengurangi rasa sakit dalam proses penyambungan tulang. Mereka jauh dari tenaga medis.“Abaikan lukaku, tolonglah Rafael terlebih dahulu,” pinta Xavier, suaranya bergetar. Terlihat jelas rasa canggung dan tidak nyaman yang diperlihatkan Xavier. Dia tidak bisa bergera

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   211. Melepas Kebencian (2)

    “Aku dan Yui akan memisahkan Ayah dari Nacht. Saat itu, jubah ini harus bisa melindungi tubuh Ayahanda,” bisik Yuan, suaranya lembut seperti desiran angin, samar-samar dan hanya Yuasa yang mendengarnya.Yuasa tidak punya pilihan lain. Dia mengerti kenapa Yuan melakukan ini. Yuichi akan langsung terkontaminasi di dunia bawah. Tubuhnya sangat rentan, berbeda dengan Yuan yang telah bertransformasi menjadi raja kegelapan. Jubah Yuan didesain sedemikian rupa untuk bisa bertahan di dunia bawah. Setelah perubahan Yuan, dia tidak akan terpengaruh dengan kontaminasi dunia bawah, tetapi Yuichi berbeda, terpisah dengan Nacht dia akan kembali seperti semula.“Kau harus bertahan, rasanya akan sangat menyakitkan,” bisik Yuasa, menahan air mata yang mengancam di sudut matanya, merasakan betapa beratnya keputusan ini.Yuan mengangguk, berdiri di depan Yuasa untuk melepaskan jubahnya. Saat Yuasa menarik jubah tersebut, Yuan menahan rasa sakit luar biasa. Dia menggigit bibir bawahnya, menahan rasa saki

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status