Season IIIBeberapa hari berselang, Nyonya Margot mengumumkan kalau peti mati Lily akan dimakamkan.Bree yang sejak hari pertama sibuk, tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan. Dia terus melancarkan serangan kepada Nyonya Margot.“Nyonya, apa mau kuambilkan minum?” tanya Bree saat di rumah duka. Ada beberapa pelayat yang datang. Dan karena ini adalah doa bersama sebelum pemakaman, jadi ada pendeta yang mendampingi Margot. Dan ada relasi yang datang.Nyonya Margot melirik Axel yang ada di sampingnya.Axel tidak merespon apa pun. Dia hanya diam, matanya berkaca-kaca.“Boleh, sekalian kau panggilkan Meredith,” tambah Nyonya Margot.“Baik, Nyonya,” jawab Bree, sambil menggerutu dalam hatinya. Coba saja, sebentar lagi nyonya tua itu akan mati di tangannya.Bree mengambilkan teh hangat untuk Nyonya Margot. “Ini, Nyonya, silakan,” ujar Bree sambil memberikan cangkir dengan tatakan.“Terima kasih, kau baik sekali, Emily. Kau mengingatkanku atas menantuku yang …” Nyonya Margot menangis tersedu-s
Season IIISelesai pemakaman, Axel dan keluarganya langsung kembali ke rumah. Kali ini ditemani oleh Pak Andes. Yang merasa bersalah dengan kejadian yang menimpa Lily.“Lantas, bagaimana rencana selanjutnya?” tanya Pak Andes. “Aku ini lulusan hukum, jadi, sedikit mengerti tentang hukum.”Kevin yang entah dari mana datang tergesa-gesa, menghadap Axel. Napasnya terengah-engah. “Maaf, Pak,” katanya putus-putus.“Ada apa?”“Kenapa kamu tidak sopan begitu? Datang-datang keringat seluruh badan,” tegur Nyonya Margot.“Maaf, semuanya. Hasil uji racun dari rumah sakit sudah ada. Dan hasilnya positif ada unsur racun dalam vitamin itu.”Semua yang mendengar membeliak. Tidak percaya, tapi semuanya nyata.“Jadi, rekaman suara itu memang benar membuktikan kalau Bree bersalah,” ucap Axel, masih kaget dengan kabar yang dibawa oleh Kevin.“Ah, akan kupecat Molly. Sudah pernah aku bilang semua tugasnya harus dikerjakan sendiri!”“Sudah. Bukan salah dia juga, Emily manipulatif,” sambar Kevin, suaranya b
Season IIIKate bergantian menjaga Lily dengan Steven. Kate lega, karena ternyata Lily tidak mati. Hanya saja masih ada ganjalan dalam hatinya, kapan Lily bangun?Kate menggenggam tangan Lily, menangis, sahabatnya yang baik hati, mengapa sampai begini?Axel dan Nyonya Margot sepakat menyembunyikan Lily disuatu rumah yang di pedesaan jauh dari kota. Paling tidak perlu waktu sampai lima belas menit untuk ke kota.Harapannya, tidak ada yang tahu di mana Lily, hingga semua sandiwara ini berakhir.“Kapan kau akan membuka mata, Li?” suara Kate terdengar lirih, setelah menangis beberapa lama, Kate pikirakan mudah memanggil Lily untuk kembali sadar.Namun, siapa sangka jari Lily perlahan bergerak dan samar, Kate mendengar gumaman dari sahabatnya itu.Entah berapa kali mengerjap, rasanya Lily bisa merasakan hangatnya sinar matahari di sekujur tubuhnya—yang terasa lemas.Lily perlahan membuka matanya, yang dia lihat pertama kali adalah Kate.“K—Kate?” ucapnya terbata-bata.Kate menggerakkan kep
Season III“Aku juga lupa sampai dirawat karena apa?”Axel diam, memilih kata mana yang tepat untuk Lily. “Apa kau sama sekali tidak ingat? Hari terakhir sebelum kau dirawat bersama Meredith?”Lily termenung sejenak, Axel menggenggam jemari Lily.“Aku hanya ingat meninggalkan anak-anak di rumah, lalu ke rumah sakit, setelah itu aku tidak ingat lagi,” tambah Lily, lalu menatap Axel dalam. “Apa terjadi sesuatu?” tanyanya.Axel masih diam, hanya mengecup pungung tangan Lily “Aku hanya merindukanmu,” katanya lalu tersenyum.“Lily!”Suara itu terdengar jauh oleh Lily dan Axel“Lily!”“Itu pasti Mama,” kata Axel sambil tersenyum, Lily menyambut Nyonya Margot yang masuk ke dalam kamarnya.“Ah itu dia,” ucap Nyonya Margot sambil membuka kedua tangan untuk memeluk Lily dengan erat “Aku sangat mengkhawatirkanmu, Li. Syukur saat ini kau baik-baik saja,” ucapnya sambil mendekap Lily.Nyonya Margot, Meredith dan Lily mengobrol dengan akrab, mereka saing merindukan. Apalagi, Lily sangat merindukan
Season IIIMendengar pembelaan Eric, Axel menggaruk pelipisnya.“Kalau begitu, kita sudahi saja semua. Kumpulkan semua bukti, dan serahkan ke pihak berwajib. Untuk sementara juga, aku akan tetap di sini,” ujar Axel tegas.“Baik, aku akan membereskan semuanya,” sambar Steven—langsung mengubungi Tom agar menyelesaikan tugasnya.Sedangkan Axel, berkoordinasi dengan Pak Andes untuk urusan kantor. “Kau dan Kevin bisa mengkoordinasi semua yang berurusan dengan perusahaan.”Axel lalu memutus sambungan telepon, menatap Steven. “Apa yang sebaiknya kita lakukan untuk melindungi keadaan di sini. Menilik percobaan pembunuhan Lily, rasanya kalau Wanda sudah tertangkap basah, bukannya tidak mungkin dia akan melakukan hal seperti itu lagi.”“Aku akan mengawasi di sini. Aku akan minta Tom juga ada di sini untuk membantuku. Dan tadi … siapa itu,” Steven mengerutkan keningnya.“Pemuda tadi? Eric kalau tidak salah,” jawab Axel.“Dia akan menjaga rumah Nyonya Margot, bagaimana menurutmu?”“Baiklah. Kau a
Season III“Emily?”Beberapa saat Lily terpaku, tidak bergerak, menatap layar ponsel Axel menampilkan nama Emily.Namun, Axel yang masih tertidur mendengar suara Lily meski hanya berbisik. Matanya membuka, memaksa tubuhnya bangkit dari rebah dan mengambil ponsel itu dari tangan Lily.Mata Lily makin besar ketika melihat Axel merebut ponsel itu dari tangannya.“Kenapa dia meneleponmu pagi begini? Dan untuk apa pesan singkat yang bertubi-tubi yang dia kirim?” tanya Lily, suasana yang ada dalam kamar itu menjadi tegang.Axel tersenyum, “Mungkin dia hanya menanyakan keadaanku dan kamu. Aku belum memberitahu orang kantor kalau kau sudah siuman,” jelas Axel kebingungan.“Kenapa kau terlihat kebingungan?” tanya Lily. “Apa yang kau sembunyikan dariku, Axel?” pertanyaan Lily kali ini terdengar sangat mendesak Axel.“Tidak … aku hanya baru ingat hari ini ada rapat penting perusahaan. Kita akan membuka distribusi untuk Asia.”“Jadi, hari ini kau akan ke kantor?” tanya Lily penuh dengan selidik.
Season III“Tapi kau merebut ponselmu, Axel! Itu mengatakan seolah kau tidak mempercayaiku!” Mata Lily berkaca-kaca menatap Axel.Axel diam tidak bisa membalas perkataan Lily, memang seharusnya bagaimana? Axel mendumel dalam hati. “Aku hanya pikir ada telepon yang penting dari Emily. Kau tahu, kan, dia ada di kantor saat ini.”“Apa kau ….” Lily tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Jadi, lebih baik dia pergi dari hadapan Axel.Kali ini, Axel tidak mencegah Lily. Mungkin dia perlu waktu untuk sendiri, pikir Axel.Saat menjauh dari Axel, Lily pikir bertanya kepada Kate lebih baik ketimbang dengan yang lain.“Sebenarnya, berapa lama aku tidak siuman, Kate?” tanya Lily. “Apa karena aku terlalu lama tidak banun, lantas Axel bermain cinta dengan yang lain?”Kate menatap Lily, “Dengan siapa?”“Dengan asistennya, contohnya. Aku tidak percaya suamiku lagi,” keluh Lily—gelas yang berisi jus jeruk dia sedot. Rasanya sudah lama sekali tenggorokannya tidak menenggak minuman segar seperti ini.“Apa
Season III“Memangnya kenapa kalau aku mengambil ponselnya?” tanya Axel pongah.Orang tempat dia bertanya adalah Kevin yang sore itu datang ke tempat Axel. Ada beberapa dokumen untuk ditanda tangan dan Kevin melaporkan pekerjaan yang dilimpahkan kepadanya.“Mungkin masalahnya Nyonya Lily lihat itu telepon dari Emily, itu yang membuat dia kesal,” jawab Kevin, dia juga hanya bisa menebak apa yang sebenarnya terjadi.“Kesal?” ulang Axel. Dulu Bree tidak sebegininya memperlihatkan emosi yang dia punya. Paling tidak, Bree tidak mudah ngambek seperti ini. “Lalu aku harus bagaimana? Dan bagaimana keadaan Emily?”“Emily, saya sudah menyerahkan semua berkas yang berkaitan dengannya ke kepolisian, termasuk hasil tes DNA. Jadi, kita tinggal tunggu kepolisian untuk menangkapnya.”“Bagus,” jawab Axel. “Aku akan beberapa hari ada di sini, setelah itu tolong persiapkan kami untuk pulang kembali ke rumah Mama.”“Baik, Pak. Apa ada lagi yang bapak perlukan?”Axel menggeleng, “Kau boleh pulang.”Setela