Home / Romansa / Rahim Sewaan Billionaire / Memory Axel yang Bisa Membunuh

Share

Memory Axel yang Bisa Membunuh

last update Last Updated: 2023-12-16 22:53:03

“Kalau begitu ambilkan aku susu di kulkas. Biasanya juru masak selalu menyediakannya,” Axel menyuruh Kevin, agar pria itu keluar sebentar dari kamarnya. Axel perlu ruang sejenak untuk mengatur napas. Ingin sendirian, tapi, tidak mau ditinggal sepenuhnya.

Ah, mengapa dirinya bimbang begini?

Wajah Lily melintas di pikirannya, tapi, detik yang lain wajah Bree yang menderita di penjara terbayang dalam benaknya. Axel bingung dengan dirinya sendiri, mengapa, dia meratap?

Sekilas, Axel mengibaskan wajahnya, membuang pikiran dan ingatannya akan Bree. Namun beberapa detik kemudian, Axel ingat wanita itu lagi.

Lima tahun pernikahan dijalani di apartemen ini. Axel ingat betul betapa menggemaskannya Bree ditahun-tahun pertama menikah.

“Tidak, tidak, Bree selingkuh di belakangku! Bagaimana mungkin itu adalah kenangan yang indah? Itu tidak indah sama sekali!”

Kevin tergesa-gesa masuk ke dalam kamar Axel, setelah mendengar lelaki itu bicara sendiri.

“Pak, maaf, aku lama mengambilkan susu. Ini
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Rahim Sewaan Billionaire   Axel hanya Ingin Ketenangan

    “Di mana, Kev?” Napas Axel memburu, di ruangan utama banyak sekali orang berlalu lalang. Dalam keadaan tubuh belum fit, Axel merasa limbung. Wajahnya pucat pasi, keringat dingin membasahi dahi dan punggungnya. Kevin melihat ke kertas yang ada di genggamannya. “Ayo, ke sini, Pak,” dia menunjukkan kepada Axel ke mana ruangan yang dituju Lily, keduanya langsung berlari kesalah satu ruangan. Kevin berhenti ketika masuk kesalah satu ruangan itu. Axel tidak sanggup berkata-kata lagi, tubuhnya gemetar. Tapi, sebelum menemukan Lily, dia tidak akan tenang,Mata Kevin waspada melihat setiap orang yang ada dalam ruangan besar itu. “Ah, itu dia,” tunjuk Kevin kesalah satu sudut yang ada bangku tunggu besi. Axel bergerak cepat menghampiri Lily. “Lily?” sapanya dengan suara berat. Lily yang sedang memperhatikan antrian, menoleh ke arah suara. Kepalanya menengadah, “Axel?” dia bangkit dari duduknya. Tanpa disangka Axel langsung memeluk Lily dengan erat. Mata Lily membesar, ada apa? Apakah

    Last Updated : 2023-12-16
  • Rahim Sewaan Billionaire   Menjauh Demi Kebahagiaan?

    “Kalau tidak salah ingat tadi kau membuatkan sarapan untukku?” tanya Lily ketika sampai di apartemennya. Axel menoleh ke arah Lily, “Kev?” panggilnya, “Makanannya aku titip ke Kevin, aku minta dia yang mengantar,” ucap Axel sambil tersenyum. Kevin segera mengambilkan makanan yang tadi dia taruh di meja makan. Sebenarnya, Lily sedikit kecewa ketika tahu yang mengantar makanannya adalah Kevin. Padahal sepanjang perjalanan pulang Lily sudah bersemangat ingin mencoba masakan Axel. Apalagi ini yang memasak Axel, mana pernah lelaki itu memasak? Kalau perlu, makan juga disuapin!Axel yang ada di ruang televisi seperti menghindari bertatapan dengan Lily. “Kamu sedang apa?” tanya Lily, tersenyum, dia membawa kotak makanan yang disodorkan Kevin. “Tidak ada. Aku hanya mencari informasi soal orang hilang,” jawab Axel. “Aku janji, kan akan membantumu mencari kakakmu.” Lily mengangguk, sambil memakan makanan yang Axel makan. Rasanya sedikit aneh, Lily menyengir, menatap Axel. “Tidak enak?” t

    Last Updated : 2023-12-18
  • Rahim Sewaan Billionaire   Hari Lily yang Sepi

    Ternyata hari itu adalah hari terakhir Axel menemani Lily seharian. Hari itu memang sangat berkesan untuk Lily. pagi harinya, Axel masih ada di ranjang menunggu Lily bangun, sampai membuat sarapan. Atas sikap Axel yang manis Lily mengira kalau bunga cinta sudah tumbuh di hati Axel, karena Lily merasakan kehangatan di sekujur tubuhnya. Nyatanya prasangka itu salah besar. Untuk hari selanjutnya, Axel kian menjauh. Menghindari Lily, bahkan sekadar menyapa lewat telepon atau pesan saja tidak. Pernah Axel mengiriminya pesan, memberitahukan keberadaan kakaknya yang belum bisa ditemukan setelah tiga minggu penyelidikan dan pencarian. Saat itu Lily mendengus, sambil mengusap perutnya. “Apakah papa kalian kelakuannya seperti ini? Apa yang harus aku lakukan?” Entah berapa minggu Lily tidak menghitungnya, kelakuan Axel aneh. Lily sudah tidak peduli lagi kepada kakaknya yang menghilang. Yang dia pedulikan saat ini adalah perasaannya yang seperti menghilang. Setiap pagi, Axel selalu membuatka

    Last Updated : 2023-12-18
  • Rahim Sewaan Billionaire   Campur tangan Nyonya Margot

    Nyonya Margot menarik napas, prihatin dengan anaknya yang kelihatannya masih bimbang. Karena Axel hanya mampu diam, dan mendesah, putus asa. Wajah Axel saat ini murung terlihat frustasi dan depresi. Sebagai ibu, Nyonya Margot ikut tersayat hatinya. Salah memilih pasangan bukan kemauan setiap orang. Tapi, membuat kesalahan hal yang biasa. Semua bisa salah. Sekarang, bagaimana orang itu memperbaiki kesalahannya. “Aku paham kalau kau masih bimbang. Soal hatimu, aku tidak ingin ikut campur lagi. Lily ... hanya khawatir terhadapmu. Datanglah ke apartemen Lily malam ini sekadar mengatakan kalau kau baik-baik saja. Anakmu di perutnya sudah lumayan besar, kau melewatkan jadwal pemeriksaan kandungannya kemarin.” Nyonya Margot lalu diam, melirik ke arah Meredith. “Ah, kebetulan sekali, nyonya kemarin minta hasil scan USGnya dicetak. Nyonya sampai meminta tiga cetak, jadi, yang satu sudah dibingkai dan ditaruh di nakas sisi tempat tidurnya,” jelasnya, sambil mengulurkan tangan memberikan Axe

    Last Updated : 2023-12-18
  • Rahim Sewaan Billionaire   Kunjungan ke Apartemen Lily

    Selesai rapat dan membicarakan rencana selama kepergian Axel, ternyata bisa dia lakukan di kantor. Masih sore ketika mereka selesai dengan pembahasan itu. Axel lalu memantapkan hatinya ingin menengok Lily malam ini. “Selesai?” tanya Axel kepada Kevin dan beberapa manajer. “Iya, selesai. Saya permisi dulu,” pamit salah satu manajer. Disusul yang lain keluar dari ruangan Axel.Dan Axel sendiri berdiri memakai jasnya. “Bapak akan pulang?” tanya Kevin. “Ya, saya akan menemui Lily dulu sebelum pergi ke Asia.”“Baik, kalau begitu, Pak. Jadi, saya tidak perlu memesan makanan?” “Tidak,” jawab Axel dengan tegas. Kevin hanya berharap kalau Axel segera mendapat pengganti Nyonya Bree. Karena selama beberapa minggu ini, Kevin seperti istri Axel. Jadi, setelah mendengar Axel akan mampir ke apartemen Lily, Kevin juga ingin pulang ke rumahnya. Tapi, dia ragu, akan terasa susah kalau Axel membutuhkan dirinya nanti. ***Nyonya Margot masih ada di apartemen Lily sampai sore. Mereka banyak berbi

    Last Updated : 2023-12-18
  • Rahim Sewaan Billionaire   Maaf yang Tertunda

    Axel tersenyum simpul begitu masuk ke apartemen Lily, bunga yang dia pesan ada di mana-mana, tertata rapi sepanjang ruang tamu hingga kamar Lily. “Tunggu saja, Li, tunggu sampai semua proses perceraian ini selesai,” gumam Axel pelan. Saat ini lelaki itu hanya ingin menyelamatkan dirinya dan Lily, juga calon anak-anaknya. Hanya itu yang bisa Axel lakukan. Lily membeku begitu membuka pintu kamarnya. “Apa kau tahu ke mana perginya orang-orang? Kenapa cepat sekali mereka pergi?” tanya Lily dengan polos.Axel menoleh ke belakang, lalu tersenyum ke arah Lily. “Mereka memang tidak ada, sejak aku datang.”Alis Lily naik menatap Axel yang ada di depannya. “Apa kau lapar? Aku sudah meminta juru masak untuk membuatkan makanan,” Axel tidak mengerti apa yang dirasakan oleh Lily. Mungkinkah wanita ini masih kesal karena Axel menghilang begitu lama.Lily menautkan tangannya, gelisah, seperti ada yang dia tunggu. Bibir bawahnya dia gigit sekuat mungkin. Kalau memang sedang bermimpi, Lily harap se

    Last Updated : 2023-12-19
  • Rahim Sewaan Billionaire   Karma yang Datang

    “Kau lapar? Mau temani aku makan?” tawar Axel kepada Lily. “Aku kelaparan sejak siang tidak makan.” Tangan Axel engan lembut menarik Lily ke meja makan. Lalu menarikkan kursi untuk wanita itu. “Silakan duduk,” katanya. “Terima kasih,” ucap Lily, sekarang wajahnya tidak bisa tidak tersenyum. “Kau tidak makan sejak siang?” Axel menatap makanan yang disajikan malam ini, ikan tuna. “Tidak ada yang menyiapkan, ya?” tanya Lily penasaran. “Bagaimana kalau besok aku bawakan? Jadi, kau bisa makan di kantor,” tawar Lily, dia melihat kalau Axel makin kurus saja. “Bukan. Tadi Kevin sudah membelikan aku makanan, tapi, tetiba ada pekerjaan yang tidak bisa ditunda. Kevin juga belum makan sejak siang, karena mendampingiku.”“Begitu?” tanya Lily, ternyata Axel sangat sibuk dengan dunianya. Apa dia akan selalu begini? “Ya, jangan khawatir, aku sudah terbiasa dengan keadaan begini.” Lily mengangguk, bingung apa yang bisa dia lakukan saat ini. “Mama tadi bilang, kalau bayinya sudah bisa menendang?

    Last Updated : 2023-12-19
  • Rahim Sewaan Billionaire   Kunjungan Mengejutkan

    Ruang penjara yang lembab dan pengap sekarang sudah biasa. Bree tidak lagi mengeluh panjang lebar soal keadaan di penjara ini. Diaz yang banyak mengajarinya bertahan hidup di penjara. Setelah mencoba menelepon, Bree diam duduk di samping Diaz. Meski penampilannya buruk, Bree anggap ada di dekat Diaz membuat dia tenang. Paling tidak, Bree tidak menjadi incaran rundungan atau risak tahanan yang lain. “Sial sekali! Mengapa dia tidak memedulikan aku?” omel Bree tidak terima. “Aku baru tahu dia brengsek! Ah, rasanya ingin teriak.” “Sudah berapa kali kau coba minggu ini?” tanya Diaz, yang tahu Bree mencoba menelepon Axel. “Mungkin ratusan kali,” ucap Bree, sambil meratapi nasibnya sekarang. “Dulu dia sangat manis, sekarang aku ada di sini, dia seperti menghilang begitu saja. Sudah beberapa bulan aku di sini dia bahkan tidak menjengukku! Aku kesulitan hidup di sini. Bahkan, aku mencoba hubungi dia melalui pengacaraku tidak bisa!” “Anggap saja itu segala hukuman darinya,” jawab Diaz. “K

    Last Updated : 2023-12-19

Latest chapter

  • Rahim Sewaan Billionaire   Terima Kasih Pembaca

    Terima kasihku kepada para pembaca setia yang sudah mengikuti cerita: "Rahim Sewaan Billionanaire." Semoga part akhir Lily dan Axel membuat kalian happy dan memenuhi harapan kalian. Jangan lupa, baca juga karyaku: "Istri Kedua Tuan Stefan." Dan sayangi Andini dan Stefan seperti kalian menyayangi Lily dan Axel. Hehehe....Silakan dicek sekarang, "Istri Kedua Tuan Stefan."

  • Rahim Sewaan Billionaire   Season III: Kembali Bersama (Tamat)

    Namun, Axel menurut, dia menunggu Lily di hotel. Beberapa jam berlalu, hingga malam menjelang Lily belum terlihat. Ponsel masih dia matikan.“Haruskah kita lampor polisi?” tanya Kevin tak kalah cemas.Axel mengangguk, “Bagaimana?” tanyanya mengkonfirmasi menatap Tom.“Kita bisa coba,” jawabnya, lalu melihat jam tangan. “Ayo, kita pergi ke sana. Mungkin setelah itu, kita bisa keliling kota untuk mencarinya. Karena sebentar lagi malam, jadi, mungkin saja bisa berhasil.”“Baiklah, ayo,” Axel ingi putus asa tetapi, dia tahu kalau hidup istrinya bergantung kepada kegigihan usaha untuk mencarinya. “Kevin kau di sini saja, berjaga-jaga kalau Lily kembali ke hotel.”Kevin mengangguk, wajahnya masih murung.Axel baru saja melangkah ke pintu hotel dengan Tom, tapi langkahnya berhenti.“Lily?” Axel memicing, tidak percaya.“Itu istrimu,” kata Tom melihat Lily di depan teras lobi hotel berjalan ke arah dalam hotel.Axel dengan cepat menghampiri istrinya, yang pergi entah ke mana seharian ini.“Li?

  • Rahim Sewaan Billionaire   Season III: Berbaikan atau Tidak?

    Dengan berpakaian serba tertutup, Lily memerhatikan setiap orang yang berlalu lalang. Duduk di antara pengunjung kafe siang itu—dia tidak menemui Naomi.Ke mana sebenarnya perempuan itu? Batin Lily bertanya. Padahal sejak pagi Lily sudah susah payah menyingkirkan pengganggu.Mengapa Naomi jarang terlihat, apalagi Axel. Hari pertama Lily tiba di negara itu, seluruh hotel yang ada di sekitar kafe dia datangi untuk menanyakan keberadaan Axel. Namun, nihil setiap hotel yang didatangi tidak ada nama Axel!“Huh!” geram Lily, sudah berapa hari di Kanada tidak menemukan apa-apa. Kesal sendiri, apa lagi yang harus dia lakukan di negara antah berantah ini?Ponsel Axel masih tidak bisa dihubungi. Lily kesal, entah berapa kali dia membanting ponselnya hingga rusak dan menggantinya dengan ponsel baru.Axel mengandalkan nalurinya untuk mencari istrinya di negara itu. Di kafe yang Naomi pernah sebutkan.Mata tajam Axel memindai setiap orang yang lalu lalang di sekitar kafe itu. Dia duduk di pojokan

  • Rahim Sewaan Billionaire   Season III: Steven Kembali

    Pandangan Steven tidak lepas dari Axel. “Apa maksudnya? Maafkan, ada di sini selama berbulan-bulan, membuat pikiranku tidak ….” Dia menatap foto yang Axel berikan. “Apa ini?”“Itu bayimu, Meredith sedang mengandung, tapi dia sulit sekali memberitahumu,” omel Axel.“Apa?” mata Steven membesar, kontrak dan pekerjaannya hampir selesai. “Aku …. Akan ….” Serba salah dia berlari ke arah posko.Axel dan Mike saling menatap, “Apa yang dia lakukan?” tanya Mike. “Aku tidak ingin kita ambil resiko kalau-kalau dia mengadukan kita.”“Kita tunggu dulu saja sebentar, mungkin dia ingin mengambil sesuatu,” cetus Axel menatap Tom dan Mike bergantian. “Hampir lima bulan, Steven tidak pulang atau memberi kabar, apakah dia bisa izin dari komandannya?”Mike mengedikkan bahu, “Semoga saja.”Beberapa menit yang lama, Steven akhirnya kembali duduk bersama Axel, Tom dan Mike.“Aku dapat izin pulang hari ini. Sebenarna aku sengaja tidak ambil libur selama tiga bulan,” kata Steven, napasnya terengah-engah tapi a

  • Rahim Sewaan Billionaire   Season III: Lily yang Membuat Gempar

    Kedua pengasuh itu mengangguk, matanya berkaca-kaca, “Nyonya apa tidak seharusnya kita beritahu Nyonya besar dulu soal keberangkatan nyonya?”Lily menggeleng sambil tersenyum pahit, “Akan terlambat kalau nyonya sampai tahu. Dia pasti akan mengkhawatikan diriku,” ucap Lily. “Jadi, aku akan memberitahu mereka jika sudah sampai di negara tujuan.”Pengasuh itu lalu menangguk, tampaknya tidak ada yang bisa menahan majikannya.Lily lantas pergi, tidak juga diantar sopir yang ada di rumah Nyonya Margot.Sesampainya di bandara, Lily langsung memesan tiket ke Kanada. Dia masih memegang ponsel, mencari tahu seperti apa negara itu.“Tampak sama saja seperti Napa,” katanya pelan. Dengan percaya diri dia masuk ke garbarata.***“Ajak Lily makan bersama, Kate,” kata Nyonya Margot menjelang makan malam. “Kasihan dia sendirian, setelah makan siang, aku tidak melihatnya.”Kate yang sedang menyiapkan makanan untuk Nyonya Margot baru ingat, “Aku juga ….” Dia tidak melanjutkan kalimatnya. Tidak mau membu

  • Rahim Sewaan Billionaire   Season III: Mencari Jejak Steven dan Axel

    Sesampainya di negara tujuan, Tom langsung mendapatkan di mana Steven berada.“Aku sudah sewa mobil selama kita di sini,” kata Tom. “Dan pemandu, karena tidk mungkin kita sendirian mencarinya.”Axel menatap Tom tidak percaya, “Kau gila, tidak mengatakan padaku kalau ini daerah konflik?”“Tapi aku sudah sewa pemandu,” Tom ngotot, “Kita akan selamat, lagi pula. Kita tidak akan mendekati daerah konflik. Steven tidak ada di sana. Tenang saja dulu. Lagi pula, tidak ada tantangannya kalau hanya di daerah biasa saja. Ya, kan?”Axel mendengus, apa Tom tahu Axel hanya memikirkan Lily, kapan akan bertemu lagi. Tapi apa yang Tom katakana benar juga. Jadi, Axel mengikuti saja semua usul Tom.Cuaca panas menyelimuti negara itu.Pemandu yang mengemudi, bicara dengan Tom.“Kemarin malam, saya membuntuti orang yang kau maksud. Saya pikir tidak ada masalah kita bisa bicara dengannya.”Axel mendengarkan dengan seksama, lalu mendengus. Mana tantangannya kalau begini?Namun, pikiran itu hanya datang sesa

  • Rahim Sewaan Billionaire   Season III: Axel Selingkuh?

    “Ayolah, malam ini hari ulang tahunku,” rajuk Axel kepada Lily—yang sedang tajam menatapnya.Lily pada akhirnya memaklumi kalau Axel nongkrong dengan para sahabatnya sampai tengah malam begini. “Yah, aku tidak akan marah lagi. Tapi kau tidur saja di sofa.”“Apa?” Dahi Axel mengerut, setengah kesadarannya hilang. Jadi dia tidak terlalu memahami apa yang Lily katakan.“Malam ini kau tidur di sofa,” ujar Lily galak. Dia lantas meninggalkan Axel sendirian berdiri terhuyung. Lalu merangkak ke sofa yang ada di kamar itu.Tidak lama, Axel pulas tertidur, meski di sofa, meringkuk tidak ada bantal atau selimut.Lily melihat kelakuan suaminya itu hanya mendecak dan geleng-geleng. “Apa kau masih berusia sebelas tahun? Lagi pula, siapa perempuan tadi yang ngobrol denganmu? Dasar centil!”Alam bawah sadarnya, Axel ingat kalau lusa dia harus bertemu dengan Naomi untuk membicarakan bisnis. “Naomi,” racau Axel tanpa sadar, dan juga dia tidak tahu kalau Lily mendengar racauannya.“Oh, jadi, nama perem

  • Rahim Sewaan Billionaire   Season III: Godaan Wanita Lain

    “Apa aku bisa sekolah lagi?” tanya Lily lugu.Lagu kesukaan Axel masih mengalun, penyanyi di panggung membawakannya dengan sangat indah. Suaranya merdu.“Bisa, asal dari rumah,” jawab Axel.“Ah, itu tidak seru. Aku tidak bisa bertemu dengan teman baru atau juga dosen baru. Aku terus akan ada di rumah. Membosankan!” protes Lily.Axel mencari cara agar tidak ada yang melihat istrinya, “Kau bisa minta temani Kate, agar dia bila belajar bersamamu. Soal biaya jangan khawatir, aku akan membicarakannya dengan Mama.”Lily melepas pelukan Axel, menjauh, “Kau ini bisanya apa-apa sama mamamu, bisa tidak kau pecahkan semua masalahmu sendiri.”Axel menatap Lily dengan mata yang membesar, “Apa? Apa dia benar-benar marah.” Lelaki itu lantas mengejar istrinya yang berjalan cepat ke dalam rumah.Namun, langkah Axel terhenti.“Axel?!”Dan Axel hapal betul suara itu, “Naomi?” dahinya mengerut, wanita itu tersenyum menyambut Axel, membuka kedua tangan. Axel tidak mau dianggap sombong karena tidak menerim

  • Rahim Sewaan Billionaire   Season III: Kebahagiaan Axel

    “Ada lagi yang bisa saya bantu, Pak Axel?”“Tidak ada. Kamu bisa pergi,” suruh Axel suaranya ketus dan kasar. Dan Kevin tahu sekali semua itu karena apa.Selesai jam kantor, Axel meninggalkan ruangannya. Namun, sekali lagi geram melihat ruangan kerja kosong.“Apa ini sudah jam pulang kantor?” batinnya berkata, celingukan, tidak ada siapa pun di sini.Axel makin kesal, meninju udara, mengerang dan menggeretakkan gigi sudah dia lakukan. Tidak ada yang ingat hari ini ulang tahunnya. Karyawannya satu pun tidak ada yang mengucapkan. Dan sekarang mereka seenak-enaknya pulang lebih awal?Lily istrinya dihubungi saja sulit. Mungkin dia sedang asyik dengan dosennya, pikir Axel.Meninggalkan gedung kantornya, Axel menyusun rencana untuk merayakan hari ulang tahunnya. Menghubungi beberapa teman-temannya agar bisa mengadakan pesta di bar.“Ya, ya, kita berkumpul dan minum. Aku akan ganti baju dulu di rumah, lalu akan segera ke klub,” ucap Axel, ingin menumpahkan kekesalannya.“Ah, baiklah. Kami a

DMCA.com Protection Status