Share

Meleset

Penulis: Respaty legacy
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-01 18:01:27

“Hei!” pekik Bree mengagetkan si pembunuh bayaran itu.

“Ya?” sahutnya dia menatap wajah Bree. Mengapa tetiba dia seperti orang bodoh melamun tak karuan?

Padahal, tidak pernah sebegini melamunnya memikirkan seseorang. Apalagi, ini adalah targetnya.

“Siapa namamu?” ulang Bree bertanya dengan cepat. Alisnya dia naikkan.

“Tidak perlu tahu. Penugasan ini sudah aku terima. Tinggal tunggu hasilnya saja.” Dengan cepat orang itu bangkit dari sofa dan berjalan keluar dari apartemen.

Dadanya terasa sesak hingga napasnya tersengal. Dia ingat saat sedang menjadi prajurit. Saat di tengah medan penugasan.

Ada seorang teman yang menunjukkan foto.

Apakah ini adalah foto gadis itu? tanyanya dalam hati.

Andai saja, dia bisa bertanya, atau sekadar mengkonfirmasi foto ini adalah gadis itu.

Si pembunuh itu bernama Steven Go. Waktu wajib militernya dia adalah penembak jitu. Jadi, ini pekerjaan yang Steven lakukan setelah masa tugasnya habis.

Selain itu, Steven kadang menj
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Rahim Sewaan Billionaire   Lily yang Terpukul

    Axel memacu mobilnya dengan cepat. Sejak Meredith meneleponnya dia tidak mampu berpikir jernih.Sekarang dia memikirkan nasib Lily dan anak yang dikandungnya? Axel mendengar kalau Kate yang tertembak, tapi bukan berarti Lily juga terkena tembakan, kan? Pikiran itu dengan cepat Axel singkirkan, tidak mungkin! Tapi, mungkin saja, kalau Lily ada di dekat Kate. Axel pusing sendiri, dia mengerang. “Apa aku sudah gila?” tanyanya sendirian. Matanya tajam fokus ke jalanan yang padat. Dan etah berapa kali, Axel membunyikan klakson agar kendaraan yang dia kendarai bisa lewat dengan cepat. “Hei!” pekik Axel kesal lampu rambu lalu lintas sudah bergant jadi hijau. Tapi, mobil yang ada di depannya belum jalan juga. “Apa dia buta atau tuli? Kenapa belum jalan juga?” Axel menekan klakson. Hingga mobilnya bisa melaju lagi. Karena kecepatan penuh, dalam waktu beberapa menit, Axel sudah sampai di rumah sakit. Dia berlari begitu moblnya sudah diparkir.Kalang kabut mencari di mana Lily atau—Kate

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-03
  • Rahim Sewaan Billionaire   Keras Kepala!

    “Dok, tidak perlu banyak basa basi,” sambar Axel, menatap galak Liam. “Lebih baik Anda segera menyelesaikan pemeriksaan ini.” Lily salah tingkah ketika Axel berlaku begitu. “Tuan bisa menunggu di luar kalau mau.” “Ya, itu ide bagus,” cetus Liam sambil tersenyum ke arah Lily, lalu menatap Axel. “Saya akan menginformasikan keadaan Lily.” “Apa?” Axel dongkol. Dia disuruh tunggu di luar. Kenapa dokternya lelaki? Harus Axel akui dia risi melihat dokter lelaki memeriksa Lily. “Saya sudah terlalu lama menunggu di luar. Lagian, mana Dokter Janet?” “Dokter Janet sedang ada di luar negeri untuk seminar. Dia akan bertugas selama dua minggu. Setelah itu, Dokter Janet akan ada di Afrika untuk mengurusi masalah kelaparan pada ibu hamil. Mungkin untuk beberapa bulan.” Dokter Liam menjelaskan dengan lengkap sambil memeriksa Lily, menyuruh perawat mengambilkan peralatan. Axel mendengkus, jadi selama beberapa bulan ini dia harus melihat wajah sial Liam? Lelaki itu menggerutu. Dan keluar dari ruan

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-06
  • Rahim Sewaan Billionaire   Pencarian Steven

    Tatapan mata Bree beubah jadi galak. “Apa maksudmu memindahkan barang? Apa Axel akan meninggalkan rumah ini?” desisnya.Pelayan yang ada di hadapannya tidak mampu menjawab. Gelagapan. “Um ... Tuan ...”Bree mendengkus, langsung ke kamar mereka, “dasar, pelayan bodoh!” umpatnya. Dia langsung melihat ke dalam lemar. Baju Axel masih ada. Ada beberapa barang yang tidak ada di sana.“Awas saja, kau Lily!” ancam Bree. Namun, Bree ingat misi kecilnya. Mungkin saat ini gadis dungu itu sudah pergi ke neraka!Tidak lama ponsel Bree bergetar, “Ah, ini pasti kabar buruknya,” ucap Bree dengan senang. Namun, yang dia lihat di layar ponselnya, nama Diego yang muncul.“Ada apa dengan orang dungu yang satu ini?” Tapi Bree menggeser tombol hikau untuk menerima panggilan itu.“Ada apa?” tanya Bree langsung tanpa basa-basi.“Si pembunuh itu mengembalikan uangnya. Dia bilang misinya gagal.”“APA!?” Bree tidak tahan dengan semua ini. Bayangan keindahan tentang kematian Lily semuanya hilang. Dan Axel ...Br

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-07
  • Rahim Sewaan Billionaire   Pengawal Pribadi

    Satu hari sebelumnya, Nyonya Margot sangat prihatin dengan keadaan Lily, yang terlalu bersedih dengan keadaan Kate. Sudah beberapa hari Kate belum sadar paska operasi. Walau operasinya berhasil, tapi Lily tidak percaya kalau Kate akan baik-baik saja. Karena sahabatnya itu belum bangun juga. “Apa sudah ada kabar dari kepolisian?” tanya Nyonya Margot di ruang perawatan, tempat mereka biasa berkumpul, paling tidak untuk beberapa hari ini. “Belum ada, mereka masih menyelidiki siapa dalang di balik semua ini. Dan apa motifnya. Kalau dari laporan sementara, tampaknya pelaku adalah profesional. Jadi, jejak mesiunya tidak terlihat di sekitaran TKP.” Nyonya Margot manggut-manggut, ada Axel yang duduk di sofa, sambil mengerjakan beberapa pekerjaan. Nyonya Margot memperhatikan Lily yang sedang ada di sisi ranjang pasien, menggenggam jemari Kate. Sudah berhari-hari seperti ini. Meski tidak berpengaruh ke kandungannya, tapi Nyonya Margot tetap saja khawatir. “Dia harus pulang,” kata Margot.

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-08
  • Rahim Sewaan Billionaire   Apollo Satu!

    Atasan Steven, Ares, seperti dewa perang. Tapi, dia tidak mau diidentifikasi sebagai dewa peperangan. Agensinya adalah penyedia personal bodyguard. Semata-mata ingin membantu orang agar merasa lebih aman. “Pak, Pak Ares ada di mobil,” kata seorang sopir yang datang ke Steven. Lelaki itu baru saja akan menukar identitas agar bisa naik ke lantai tempat Ares bekerja. Steven menuruti apa yang dikatakan orang itu. Dia yakin itu adalah suruhan Ares. “Mau ke mana?” tanya Steven kepada sopir itu. “Langsung ke klien yang nanti Anda akan tangani.” “Oke,” jawab Steve dengan tegas, dia masuk ke dalam mobil di jok belakang. Sudah ada Ares di situ. Ares diam, dia bukan orang yang banyak basa basi. “Katakan, berapa yang kau mau?” “Perbulan, sepuluh ribu dolar. Pengusaha itu akan sulit dilindungi. Banyak wartawan yang nanti akan mengawasinya. Aku pikir itu jumlah yang wajar.” “Kau tidak melindungi pengusaha itu, tapi kau akan melindungi istrinya,” jelas Ares. Steven kaget sendiri dia tidak m

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-09
  • Rahim Sewaan Billionaire   Godaan Bree

    Steven bimbang, apa iya harus sekarang?“Soal pakaian jangan khawatir, akan kami sediakan di ruangan untukmu,” kata Meredith lagi.Steven melongo, tidak percaya dengan apa yang diucapkan Meredith. Apa iya?Ares menunggu respon dari Steven. Dia menatap lelaki itu.“Baik kalau begitu,” jawab Steven dengan tegas.Ares masih menatap Steven, yang tampaknya bukan seperti Steven, biasanya dia akan mempersiapkan diri, mempelajari siapa klien yang akan dia dampingi.Steven membalas tatapan itu acuh tak acuh.“Kalau begitu, bagaimana kalau kita bahas kontraknya?” usul Meredith. “Apakah ada isi kontrak tambahan. Rasanya aku masih punya draf perjanjian yang terdahulu.”“Bisa kau pakai, jika ada tambahan, bisa informasi lewat email seperti biasa.” Ares, berdiri. “Kalau begitu aku pamit, dan aku tinggalkan Apollo di sini,” tambahnya.Lily diam, tidak menjawab apa-apa. “Kalau begitu, aku akan mengantar Lily dan Apollo ke apartemen, atau kau mau di rumah Nyonya Margo

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-10
  • Rahim Sewaan Billionaire   Axel yang Malu

    Bree menggoda Axel, menggelayut lengan lelaki itu. Setelah menaruh cokelat panas yang sudah diracik. Agar Axel lebih bernafsu, tidak bisa menahan lagi birahinya. Bree memasukkan obat perangsang. “Aku bawakan kau cokelat panas favoritmu,” kata Bree dengan suara yang seksi bermaksud menggoda Axel. Namun, lelaki itu masih saja menatap laptop. Tidak terdistraksi sama sekali oleh kehadiran Bree. “Aku merindukanmu, Sayang,” goda Bree berbisik di telinga Axel. Dengan Bree bicara begitu, dia menoleh ke arah Bree lalu menatapnya dalam. “Kau tidak marah atau tersinggung dengan perkataanku tadi?” Bree terpaksa menjatuhkan harga dirinya di depan Axel. “Tidak sama sekali. Aku tahu aku salah tidak pernah melihat keadaan Lily, padahal dia juga sudah membantuku.” Suara Bree merajuk, agar Axel luluh. Axel melihat kalau Bree menyadari kesalahannya. Jadi, dia meminum cokelat panas yang Bree bawakan. Dan tidak merespon perkataan Bree. “Besok, tengoklah Lily di rumah sakit. Kamu bisa menganggap dia

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-12
  • Rahim Sewaan Billionaire   Melihat Axel yang Aneh

    Sebenarnya, Axel khawatir dengan apa yang terjadi pada Lily. Apalagi ketika ingat kalau Lily lemas sekali setelah muntah-muntah, kalau begitu Lily bisa sakit nanti. Dan bisa berakibat buruk ke anak yang ada di kandungannya.Jadi, waktu mendengar Lily muntah, Axel buru-buru ke kamar Lily. Axel juga lupa kalau dia habis mandi dan belum pakai baju. Hanya handuk yang melilit bagian bawahnya saja. Lily terus terang kaget ketika melihat Axel tiba-tiba berdiri di ambang pintu toilet. Dia berteriak. “Aargh!” Mata Axel membesar, “Apa?” Mendengar teriakan, Apollo Satu yang sedang berjaga di ruang tengah, berlari ke arah suara. Dia merangsek masuk tanpa bersuara, siap menolong Lily. Tapi, yang dia lihat sungguh membuat dia kaget sendiri. Axel dan Lily ada di kamar mandi? Apalagi melihat Axel yang bertelanjang dada. Mata Apollo Satu memelotot, tubuhnya membeku tidak mampu bergerak. Lily pun membeku begitu melihat Apollo Satu ada di kamarnya. “Ada apa kamu ke sini?” tanya Axel langsung. “S

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-13

Bab terbaru

  • Rahim Sewaan Billionaire   Terima Kasih Pembaca

    Terima kasihku kepada para pembaca setia yang sudah mengikuti cerita: "Rahim Sewaan Billionanaire." Semoga part akhir Lily dan Axel membuat kalian happy dan memenuhi harapan kalian. Jangan lupa, baca juga karyaku: "Istri Kedua Tuan Stefan." Dan sayangi Andini dan Stefan seperti kalian menyayangi Lily dan Axel. Hehehe....Silakan dicek sekarang, "Istri Kedua Tuan Stefan."

  • Rahim Sewaan Billionaire   Season III: Kembali Bersama (Tamat)

    Namun, Axel menurut, dia menunggu Lily di hotel. Beberapa jam berlalu, hingga malam menjelang Lily belum terlihat. Ponsel masih dia matikan.“Haruskah kita lampor polisi?” tanya Kevin tak kalah cemas.Axel mengangguk, “Bagaimana?” tanyanya mengkonfirmasi menatap Tom.“Kita bisa coba,” jawabnya, lalu melihat jam tangan. “Ayo, kita pergi ke sana. Mungkin setelah itu, kita bisa keliling kota untuk mencarinya. Karena sebentar lagi malam, jadi, mungkin saja bisa berhasil.”“Baiklah, ayo,” Axel ingi putus asa tetapi, dia tahu kalau hidup istrinya bergantung kepada kegigihan usaha untuk mencarinya. “Kevin kau di sini saja, berjaga-jaga kalau Lily kembali ke hotel.”Kevin mengangguk, wajahnya masih murung.Axel baru saja melangkah ke pintu hotel dengan Tom, tapi langkahnya berhenti.“Lily?” Axel memicing, tidak percaya.“Itu istrimu,” kata Tom melihat Lily di depan teras lobi hotel berjalan ke arah dalam hotel.Axel dengan cepat menghampiri istrinya, yang pergi entah ke mana seharian ini.“Li?

  • Rahim Sewaan Billionaire   Season III: Berbaikan atau Tidak?

    Dengan berpakaian serba tertutup, Lily memerhatikan setiap orang yang berlalu lalang. Duduk di antara pengunjung kafe siang itu—dia tidak menemui Naomi.Ke mana sebenarnya perempuan itu? Batin Lily bertanya. Padahal sejak pagi Lily sudah susah payah menyingkirkan pengganggu.Mengapa Naomi jarang terlihat, apalagi Axel. Hari pertama Lily tiba di negara itu, seluruh hotel yang ada di sekitar kafe dia datangi untuk menanyakan keberadaan Axel. Namun, nihil setiap hotel yang didatangi tidak ada nama Axel!“Huh!” geram Lily, sudah berapa hari di Kanada tidak menemukan apa-apa. Kesal sendiri, apa lagi yang harus dia lakukan di negara antah berantah ini?Ponsel Axel masih tidak bisa dihubungi. Lily kesal, entah berapa kali dia membanting ponselnya hingga rusak dan menggantinya dengan ponsel baru.Axel mengandalkan nalurinya untuk mencari istrinya di negara itu. Di kafe yang Naomi pernah sebutkan.Mata tajam Axel memindai setiap orang yang lalu lalang di sekitar kafe itu. Dia duduk di pojokan

  • Rahim Sewaan Billionaire   Season III: Steven Kembali

    Pandangan Steven tidak lepas dari Axel. “Apa maksudnya? Maafkan, ada di sini selama berbulan-bulan, membuat pikiranku tidak ….” Dia menatap foto yang Axel berikan. “Apa ini?”“Itu bayimu, Meredith sedang mengandung, tapi dia sulit sekali memberitahumu,” omel Axel.“Apa?” mata Steven membesar, kontrak dan pekerjaannya hampir selesai. “Aku …. Akan ….” Serba salah dia berlari ke arah posko.Axel dan Mike saling menatap, “Apa yang dia lakukan?” tanya Mike. “Aku tidak ingin kita ambil resiko kalau-kalau dia mengadukan kita.”“Kita tunggu dulu saja sebentar, mungkin dia ingin mengambil sesuatu,” cetus Axel menatap Tom dan Mike bergantian. “Hampir lima bulan, Steven tidak pulang atau memberi kabar, apakah dia bisa izin dari komandannya?”Mike mengedikkan bahu, “Semoga saja.”Beberapa menit yang lama, Steven akhirnya kembali duduk bersama Axel, Tom dan Mike.“Aku dapat izin pulang hari ini. Sebenarna aku sengaja tidak ambil libur selama tiga bulan,” kata Steven, napasnya terengah-engah tapi a

  • Rahim Sewaan Billionaire   Season III: Lily yang Membuat Gempar

    Kedua pengasuh itu mengangguk, matanya berkaca-kaca, “Nyonya apa tidak seharusnya kita beritahu Nyonya besar dulu soal keberangkatan nyonya?”Lily menggeleng sambil tersenyum pahit, “Akan terlambat kalau nyonya sampai tahu. Dia pasti akan mengkhawatikan diriku,” ucap Lily. “Jadi, aku akan memberitahu mereka jika sudah sampai di negara tujuan.”Pengasuh itu lalu menangguk, tampaknya tidak ada yang bisa menahan majikannya.Lily lantas pergi, tidak juga diantar sopir yang ada di rumah Nyonya Margot.Sesampainya di bandara, Lily langsung memesan tiket ke Kanada. Dia masih memegang ponsel, mencari tahu seperti apa negara itu.“Tampak sama saja seperti Napa,” katanya pelan. Dengan percaya diri dia masuk ke garbarata.***“Ajak Lily makan bersama, Kate,” kata Nyonya Margot menjelang makan malam. “Kasihan dia sendirian, setelah makan siang, aku tidak melihatnya.”Kate yang sedang menyiapkan makanan untuk Nyonya Margot baru ingat, “Aku juga ….” Dia tidak melanjutkan kalimatnya. Tidak mau membu

  • Rahim Sewaan Billionaire   Season III: Mencari Jejak Steven dan Axel

    Sesampainya di negara tujuan, Tom langsung mendapatkan di mana Steven berada.“Aku sudah sewa mobil selama kita di sini,” kata Tom. “Dan pemandu, karena tidk mungkin kita sendirian mencarinya.”Axel menatap Tom tidak percaya, “Kau gila, tidak mengatakan padaku kalau ini daerah konflik?”“Tapi aku sudah sewa pemandu,” Tom ngotot, “Kita akan selamat, lagi pula. Kita tidak akan mendekati daerah konflik. Steven tidak ada di sana. Tenang saja dulu. Lagi pula, tidak ada tantangannya kalau hanya di daerah biasa saja. Ya, kan?”Axel mendengus, apa Tom tahu Axel hanya memikirkan Lily, kapan akan bertemu lagi. Tapi apa yang Tom katakana benar juga. Jadi, Axel mengikuti saja semua usul Tom.Cuaca panas menyelimuti negara itu.Pemandu yang mengemudi, bicara dengan Tom.“Kemarin malam, saya membuntuti orang yang kau maksud. Saya pikir tidak ada masalah kita bisa bicara dengannya.”Axel mendengarkan dengan seksama, lalu mendengus. Mana tantangannya kalau begini?Namun, pikiran itu hanya datang sesa

  • Rahim Sewaan Billionaire   Season III: Axel Selingkuh?

    “Ayolah, malam ini hari ulang tahunku,” rajuk Axel kepada Lily—yang sedang tajam menatapnya.Lily pada akhirnya memaklumi kalau Axel nongkrong dengan para sahabatnya sampai tengah malam begini. “Yah, aku tidak akan marah lagi. Tapi kau tidur saja di sofa.”“Apa?” Dahi Axel mengerut, setengah kesadarannya hilang. Jadi dia tidak terlalu memahami apa yang Lily katakan.“Malam ini kau tidur di sofa,” ujar Lily galak. Dia lantas meninggalkan Axel sendirian berdiri terhuyung. Lalu merangkak ke sofa yang ada di kamar itu.Tidak lama, Axel pulas tertidur, meski di sofa, meringkuk tidak ada bantal atau selimut.Lily melihat kelakuan suaminya itu hanya mendecak dan geleng-geleng. “Apa kau masih berusia sebelas tahun? Lagi pula, siapa perempuan tadi yang ngobrol denganmu? Dasar centil!”Alam bawah sadarnya, Axel ingat kalau lusa dia harus bertemu dengan Naomi untuk membicarakan bisnis. “Naomi,” racau Axel tanpa sadar, dan juga dia tidak tahu kalau Lily mendengar racauannya.“Oh, jadi, nama perem

  • Rahim Sewaan Billionaire   Season III: Godaan Wanita Lain

    “Apa aku bisa sekolah lagi?” tanya Lily lugu.Lagu kesukaan Axel masih mengalun, penyanyi di panggung membawakannya dengan sangat indah. Suaranya merdu.“Bisa, asal dari rumah,” jawab Axel.“Ah, itu tidak seru. Aku tidak bisa bertemu dengan teman baru atau juga dosen baru. Aku terus akan ada di rumah. Membosankan!” protes Lily.Axel mencari cara agar tidak ada yang melihat istrinya, “Kau bisa minta temani Kate, agar dia bila belajar bersamamu. Soal biaya jangan khawatir, aku akan membicarakannya dengan Mama.”Lily melepas pelukan Axel, menjauh, “Kau ini bisanya apa-apa sama mamamu, bisa tidak kau pecahkan semua masalahmu sendiri.”Axel menatap Lily dengan mata yang membesar, “Apa? Apa dia benar-benar marah.” Lelaki itu lantas mengejar istrinya yang berjalan cepat ke dalam rumah.Namun, langkah Axel terhenti.“Axel?!”Dan Axel hapal betul suara itu, “Naomi?” dahinya mengerut, wanita itu tersenyum menyambut Axel, membuka kedua tangan. Axel tidak mau dianggap sombong karena tidak menerim

  • Rahim Sewaan Billionaire   Season III: Kebahagiaan Axel

    “Ada lagi yang bisa saya bantu, Pak Axel?”“Tidak ada. Kamu bisa pergi,” suruh Axel suaranya ketus dan kasar. Dan Kevin tahu sekali semua itu karena apa.Selesai jam kantor, Axel meninggalkan ruangannya. Namun, sekali lagi geram melihat ruangan kerja kosong.“Apa ini sudah jam pulang kantor?” batinnya berkata, celingukan, tidak ada siapa pun di sini.Axel makin kesal, meninju udara, mengerang dan menggeretakkan gigi sudah dia lakukan. Tidak ada yang ingat hari ini ulang tahunnya. Karyawannya satu pun tidak ada yang mengucapkan. Dan sekarang mereka seenak-enaknya pulang lebih awal?Lily istrinya dihubungi saja sulit. Mungkin dia sedang asyik dengan dosennya, pikir Axel.Meninggalkan gedung kantornya, Axel menyusun rencana untuk merayakan hari ulang tahunnya. Menghubungi beberapa teman-temannya agar bisa mengadakan pesta di bar.“Ya, ya, kita berkumpul dan minum. Aku akan ganti baju dulu di rumah, lalu akan segera ke klub,” ucap Axel, ingin menumpahkan kekesalannya.“Ah, baiklah. Kami a

DMCA.com Protection Status