Happy Reading Semuanya!“Padahal buah yang tadi segar tahu Ma,” Ungkap Irene sembari menggandeng tangan sang ibu dan merapatkan jaketnya karena dinginnya udara.“Tapi rasanya enggak manis Irene, Mama tahu kalau kamu enggak suka buah yang hambar. Segar sih segar tapi rasanya hambar? Percuma juga beli,” sahut Ira sembari berjalan menuju pintu keluar pasar sembari menggenggam erat tangan sang anak di sebelahnya.“Permisi,” Pandangan keduanya berdalih pada lelaki di hadapannya tampak memasang wajah canggung, mata Irene berkedip lucu saat tatapannya bertemu. Irene tidak ingin terkena amukan dari sang suami yang saat ini masih terlelap tidur di kamar tamu rumah sang ibu.“Apakah kalian mengemudi? Mau saya antar?” tawar lelaki di depannya itu.Irene menatap sang ibu dan mendekat ke arah sang ibu saat ingin mengatakan sesuatu pada dirinya, “Kamu atau Mama? Mau bertaruh?” tanya sang ibu.“Kalau aku bertaruh nanti yang di rumah ngamuk Ma, amukan dia melebihi singa.”“Sekarang kan enggak ada s
Happy Reading Semuanya!Ini adalah sebuah pikiran kotor bagi Irene dan bisa saja membuat Rangga bahagia. Tatapan mata Irene mengarah pada jakun sang suami yang tampak naik turun di depannya itu, ini benar-benar sangat gila bagi Irene bahkan sudah tidak waras lagi. Beberapa waktu lalu sang suami yang sudah tidak waras lagi dan menginginkan tubuhnya, sekarang tidak mungkin dirinya menginginkan sesuatu yang lebih itu kan? Mati saja lah dirinya.Irene menelan salivanya sulit, matanya dengan cepat terpejam dan menggigit bibirnya sendiri. Ia tidak mau mengakuinya kalau dirinya ingin.“Pasti ini karena faktor kehamilan. Jadi karena kehamilan ini bisa meningkatkan esterogen dan meningkatkan nafsu hubungan suami istri, pasti begitu. Ya—benar begitu,” gumam Irene sembari bangkit dari kursinya dan meninggalkan Rangga yang hanya memandangnya bingung.Langkah kaki Irene berjalan menuju taman belakang rumahnya dan duduk di kursi kosong untuk menetralkan pikirannya saat ini. Perempuan yang tengah me
Happy Reading Semuanya!Irene sibuk menepuk kepalanya kasar mengingat betapa bodohnya dirinya, ia tergoda dengan sentuhan lebih dari sang suami. Irene malu dan enggak tahu bagaimana caranya menanggapi apa mau dari sang suami tadi, ia tahu Rangga menginginkan lebih.Langkahnya berjalan memasuki toko sang ibu dan memperhatikan penjaga toko yang dulu pernah menjadi rekannya bermain itu.“Irene, bagaimana kabarnya?” tanya Nike sembari menatapnya dengan tatapan rindu.“Ya—beginilah, Mama mana?” tanya Irene“Lagi buat kue di dapur, over pesanan. Mau bantu tapi yang ada bukan bagus malah semakin berantakan, mau makan apa?” Irene memperhatikan cake di depannya itu, kue buatan sang ibu memang sangat meyakinkan dan menggugah selera.“Nanti saja aku ambil kue sendiri,” sahut Irene Pandangan Irene berdalih pada perempuan yang ada di pojok ruangan dan membuat Nike menarik tangan dirinya untuk menghampiri perempuan di depannya itu. Nike benar-benar humble pada siapa saja dan berbeda dengan diriny
Happy Reading Semuanya!Semua orang yang berada di dalam ruangan tampak menatap layar di depannya dimana memperhatikan sebuah rekaman video berasal dari CCTV yang menampilkan mobil hitam yang dikendarai oleh Mira terdahulu tampak menabrak seorang perempuan sampai orang tersebut jatuh. Semua terekam dengan sangat jelas bahkan dimana Irene terjatuh dan wajah panik dari Rangga terlihat dengan sangat jelas.“Bagaimana bisa dia melakukan itu ke adiknya sendiri?""Ada orang yang seperti ini?" Irene yang berada di ruangan itu hanya menunduk menatap lantai di bawahnya, mungkin sebagian orang ini adalah sesuatu hal yang bodoh ia lakukan. Irene hanya tidak ingin kakaknya berada di penjara lebih lama, ia yakin kakaknya adalah orang baik dan melakukan itu secara tidak sengaja. Lelaki di sebelahnya tampak mengusap bahunya lembut. Suaminya akan selalu berpihak pada Irene.“Jika dilihat dari barang bukti yang ada, tersangka akan dijatuhi hukuman pada Pasal 310 Ayat 2 yang menjelaskan bahwa setiap
Happy Reading Semuanya!Mira membanting ponselnya saat sang adik tampak menolak panggilannya barusan, ia berharap kalau Irene akan menjawabnya dan kembali ke rumah. Ia sendirian di sini dan ia begitu merindukan suaminya yang sudah tidak ia temui selama beberapa minggu ini.“Mas, kenapa kamu enggak pulang ke rumah Mami!”Pandangannya berdalih pada mobil hitam milik sang suami. Tubuhnya dengan cepat bangkit dan menghampiri sang suami tengah menggendong sang adik di pelukkannya dan terlelap tidur, Mira tidak pernah merasakan hal yang sama. Rangga tidak pernah melakukan ini untuknya.“Mas kamu enggak rindu sama aku?” tanya Mira“Apakah saya punya alasan untuk rindu dengan Anda? Hubungan kita enggak seperti dulu,”“Mas!” teriak Mira“Kamu mengganggu istri saya yang sedang hamil untuk tidur!” “Aku juga istri kamu Mas!” “Bukan, saya sudah menjatuhkan talak pada kamu.” Mira menatap sang suami tengah menurunkan Irene diatas ranjangnya. Sebegitukah sang suami mencintai adiknya, perempuan muda
Happy Reading Semuanya!Mobilnya melaju menuju rumah sakit kecantikan di mana rekannya itu semua berkumpul, pasti ada masalah yang serius lainnya. Ia tidak tahu kapan ia akan terbebas dari segala kasus yang harus di tangani, suruh siapa juga ia harus menetap di tempat yang seperti ini.“Dimana limbah dari rumah sakit kecantikan itu?” tanya Risky sembari memperhatikan rekannya yang berdiri menatapnya canggung.Ibnu menarik tangan Risky dan membawanya menuju gudang belakang di mana ada jenazah bunuh diri dan beberapa obat di sekitarnya, Risky mengepalkan tangannya melihat pemandangan di depannya. rasa mual sudah menjadi hal yang lumrah untuk ia rasakan.“Kasus yang kemarin di pending dulu dan kita urus masalah ini, karena—“ Risky menatap rekannya itu tampak menggantungkan kalimatnya sekarang ini.“Karena apa?”“Sebenarnya tidak dipending hanya saja kita harus membongkar banyak puzzle, lihat! Ini tanda yang sama dengan mayat Joshua.” Risky mendekat dan memperhatikan jenazah di depan
Happy Reading Semuanya! Gedoran pintu rumahnya membuat Irene yang sibuk menonton drama hanya menghela nafasnya pelan, entah siapa yang pagi-pagi buta begini mengganggu kehidupan damainya. Langkahnya berjalan pelan dan memasang wajah kecut melihat tetangga depannya tampak sudah menenteng mangkuk untuk meminta sesuatu.Tetangganya yang satu itu tidak pernah ada rasa malunya karena meminta pada tetangganya sendiri. Sudah seharusnya ia berani melawan tetanggany sendiri, kan.“Haduh itu perut makin besar saja! Makanya jadi perempuan harus bisa jaga body biar makin menggairahkan kalau dilihat,” Irene hanya mengekor mengikuti perempuan yang sudah masuk seperti rumahnya sendiri.“Namanya juga lagi hamil masa enggak boleh perutnya besar sih?! Tante sendiri kenapa ada di sini? Ini rumah saya bukan rumah nenek moyang Tante. Enggak sopan tahu masuk ke rumah sembarangan tanpa permisi!”“Kamu kok sama tetangga sendiri pelit, saya di rumah belum masak. Saya tahu kalau suami kamu memasak opor ayam,
Happy Reading Semuanya!Kemarahannya sudah pudar setelah kemarin hampir ribut berat dengan suami tampannya itu. Dan sekarang ia kembali menikmati kebersamaannya dengan Rangga, selamanya akan begitu.“Irene,”Panggilan dari Rangga membuat Irene yang hanya duduk di kloset menatap pintunya yang tertutup, tangannya masih berada di posisi nyaman untuk mengusap perutnya. Kenapa suaminya itu memanggil namanya. Apakah makanan pesanannya sudah datang atau suaminya itu juga sedang menahan ingin buang air?“Apa? Kenapa?” tanya Irene“Jangan lama-lama di dalam kamar mandi! Kamu sudah satu jam di dalam sana, bilang sama Mas kalau kamu merasakan sesuatu. Jangan di sembunyikan Irene,”“Maaf,” ungkap Irene“Kamu baik-baik saja, ‘kan? Kamu tadi wajahnya pucat Irene sebelum masuk ke toilet,”“Iya, saya baik-baik saja. Saya akan keluar sebentar lagi Mas.”Terdengar helaan nafas di sana, “Baiklah,” sahut Rangga Irene melangkahkan kakinya menuju sang suami yang hanya menatapnya khawatir. Perempuan it