Dyandra terkejut setengah mati melihat Skylar memiliki foto Arka sedang mencium pipinya. Dari mana kekasihnya itu bisa mendapatkannya? Dengan gugup ia membalas pesan sang lelaki.
Dyandra [Aku tidak mempermainkanmu. Aku tidak tahu dia akan mencium pipiku. Semua terjadi begitu saja tanpa aku sadari.]Skylar [Oh, begitu? Di foto itu kamu tersenyum bahagia. Senang, ya, karena Arka mesra kepadamu?]Dyandra [Tentu saja aku bahagia. Anakku baru saja lahir. Sebenarnya aku mau berbagi kebahagiaan denganmu. Tapi, sudahlah. Kamu sepertinya lebih mempermasalahkan cium pipi itu.]Dyandra [Dan kamu harus tahu kalau selama ini memang Arka selalu mesra kepadaku. Tapi aku menolaknya.]Membaca Arka selalu mesra kepada Dyandra, ada sesuatu yang menghentak kencang dalam jiwa Skylar. Perasaan tidak terima. Sebuah cemburu yang naik hingga melebihi ubun-ubun. Tidak sudi Dyandra disentuh walau satu titik saja oleh lelaki lain, meski itu suaminya sendiri.Dyandra tersenyum saat ciuman hangat mereka berhenti. Kedua mata saling menatap. Melihat semburat pelangi di netra masing-masing. Keindahan warna cinta yang sudah lama hilang dari asa. Bibir merahnya mengecup kening Skylar, turun ke hidung mancung, mengenai dua pipi kanan dan kiri, lanjut ke dagu, dan terakhir kembali berhenti di bibir. Saling mengecap, saling merasakan tubuh mereka. Lalu, bibir merah itu menuruni leher. Menyesap beberapa kali di sana, membuat geliat ringan pada tubuh gagah. Kedua tangan Skylar reflek memeluk punggung Dyandra. Tak lupa, dengan sigap melepas kaitan bra sang wanita dan meloloskannya hingga kini tak ada apa pun menutupi dada sang wanita. Skylar bisa merasakan puncak buah dada bergerak di atas pusarnya ketika Dyandra masih terus menciumi dadanya yang ditumbuhi sedikit bulu halus. “Aaahhh!” desahnya mengerang ketika lidah hangat dan basah sang wanita menyapu dua bundaran cokelat tua di dada. Setiap desahan yang terdengar dari mulu
Dengan tubuh yang masih menyatu, Dyandra mendongakkan kepala, lalu bertanya. “Ada apa, Sky? Kenapa kamu terlihat ... berbeda? Aku ada salah? Kamu masih marah denganku?”“Aku bukan marah, aku ....” Berhenti sejenak dan menarik napas dalam. “Aku hanya tidak mau kehilangan kamu. Aku juga tidak mau ada siapa pun menyentuh ini ... tubuh ini ....”Mengucap dengan mengusap punggung Dyandra dan berakhir di bibir sang wanita. “Dan bibir ini ... aku tak rela ada yang mengecupnya selain aku. Mengertikah kamu?”“Aku terlalu menggilaimu untuk mau berbagi tubuhmu meski hanya satu tapak saja, Dya.”Kalimat itu melambungkan Dyandra ke awang-awang. Hatinya membuncah dengan perasaan terharu karena begitu diinginkan, begitu diposesifi. Akan tetapi, “Aku masih harus mengurus surat-surat sebelum bisa benar-benar pergi dari Arka. Aku mohon, bersabarlah ....”Sklar mendekap erat hingga membuat wajah Dyandra kembali terbenam di antara dada dan pundak. Ia kecup pucuk kepala kekasihn
Memasrahkan urusan pembuatan akte kelahiran pada kenalan dari sahabatnya, Dyandra kini sedang mencari nama yang indah untuk bayi perempuan mungil di dalam dekapannya. “Bagaimana kalau diberi nama Hasya? Artinya keceriaan dalam bahasa Jawa. Dia menghadirkan keceriaan di wajahmu, ‘Yank,” ucap Arka duduk di hadapan istrinya.Dyandra mendongakkan wajah dan tersenyum. Ia sedang memberikan susu botol kepada sang bayi. Sejak pulang dari rumah sakit, dengan sengaja tidak mau putrinya terlalu banyak menyusu pada Cersey, sang ibu biologis. Tidurnya pun bersama di kamarnya. “Hasya nama yang bagus, aku suka itu ...,” gumamnya menatap Arka. Rasanya hampir tidak percaya momen ini datang juga. Di mana ia bisa menjadi seorang ibu meski bayi itu tidak lahir langsung dari dalam rahim. Memutar bola mata ke atas, Dyandra lanjut berucap. “Hasya Sasmita ....”“Hasya Sasmita Hasbyan Putri. Setuju?” Arka berpindah duduk ke sisi istrinya di atas ranjang. Meski sebenarnya en
Arka mengerutkan kening. Detik itu ia hampir yakin kalau Dyandra mengetahui hubungannya dengan Cersey. Akan tetapi, kembali berpikir .... Kalau memang istrinya tahu, kenapa diam saja? Wanita mana pun pasti akan menggila kalau tahu suaminya selingkuh. Seharusnya Dyandra marah, bukan?‘Hmm, mungkin dia hanya menggertak saja?’ batin Arka menyimpulkan sendiri. Menarik napas panjang, ia bertanya, “Memangnya aku menyebunyikan apa?”Dyandra ingin sekali berteriak dan mengatakan semua yang dipendam selama ini. Bagaimana dia tahu dengan mata kepala dan telinga sendiri bagaimana suami dan wanita penyedia rahim sewaan itu bercinta sekian bulan lalu di lantai satu. Akan tetapi, ia masih bisa menahan semuanya. Sudah berada sangat dekat dengan garis finish, maka tidak akan mengacaukan segala sesuatunya. Mengatur embusan napas, mencoba menenangkan diri, Dyandra hanya menggeleng. “Tidak ada, Mas. Aku hanya kelewat emosi. Sungguh, perutku sakit dan aku tidak mau diguncang meski
Setelah tahu Dyandra akan meminta Cersey pergi dari rumah, Arka segera membawa istri keduanya itu berkeliling mencari apartemen untuk disewa sementara ia belum membelikan rumah. “Lebih baik begini, Mas. Kalau aku di rumahmu terus juga nanti lama-lama Mbak Dyandra curiga. Aku pun sudah lelah berpura-pura,” ucap Cersey menenangkan suaminya yang sepanjang jalan terlihat emosi. “Aku yakin Dyandra berselingkuh. Hanya saja, aku tidak tahu dengan siapa!” dengkus Arka mengerucutkan bibir ke depan.Cersey tahu kalau ia harus bisa bersikap lembut dan menghibur walau pun dalam hati kesal karena suaminya sedemikian mencintai Dyandra. Akan tetapi, demi mempertahankan pernikahan mereka yang baru seumur jagung, ia mengalah. “Sudah, Mas, yang sabar. Nanti kalau memang Mbak Dyandra berselingkuh, pasti akan ketahuan. Sekarang, kamu jangan emosi terus, ya? Tenangkan dirimu. Yakinlah, kalau memang Mbak Dyandra macam-macam, dia yang rugi.” Cersey membelai dada bidang sang suami sa
Sepasang suami istri dengan kekasih rahasia mereka masing-masing. Yang satu berada di dalam lift, yang satu berada di luar lift. Tanpa tahu kalau mereka ada di gedung yang sama. Tanpa ragu mengamit genggaman kekasih masing-masing. Skylar memperhatikan angka di layar monitor atas lift. Kurang dua lantai lagi akan sampai di tempatnya berdiri. Sesekali tatapnya melihat ke arah Dyandra yang dirasa makin cantik setiap harinya. Ia tidak sabar menanti hari di mana bisa memiliki wanita itu secara utuh. “Sky, naik lift yang ini saja,” ucap Dyandra menarik tangan lelaki tampan di sebelahnya. Menuju sebuah lift yang telah terbuka. “Oke,” angguk Skylar. Keduanya melangkah kecil menuju kotak besi yang akan membawa ke lantai atas. Berdiri di depan pintunya dan menunggu beberapa orang di dalamnya keluar. Ada sekitar lima orang di dalam sana yang kemudian melangkah pergi.Arka di dalam lift bersama Cersey dan mereka sudah mencapai lantai utama yaitu
Arka telah sampai ke rumah dari perjalanan pulang kantor yang cukup panjang karena melewati kemacetan akibat kecelakaan di jalan tol. Turun dari mobil, keningnya berkerut melihat mobil sang istri ada di depan teras. “Mau pergi ke mana, Dyandra? Kenapa mobilnya tidak di garasi?” gumamnya meluncur begitu saja.“Mungkin mau pergi dengan teman-teman, Tuan?” sahut Pak Gito membawakan tas kerja Arka dan mengekor di belakang sang majikan. Arka mengangguk, tidak terlalu mendengar apa yang diucap sopirnya itu. Lebih fokus kepada siapa yang sedang ada dan duduk di ruang tamu. Membuat keningnya semakin mengernyit. Hati kian bergemuruh dan perasaan langsung mengatakan ada sesuatu yang salah. Sepuluh tahun menikah, bisa dihitung berapa kali Drupadi datang ke rumahnya. Sang kakak ipar yang sejak dulu tidak pernah akur dan diketahui tidak menyukai ibunya itu hampir tidak pernah datang kecuali ada sesuatu yang penting. Pak Gito meletakkan tas kerja m
Dyandra telah mengucapkan selamat tinggal untuk selamanya kepada sang suami. Ia masih menggenggam erat jemari kakaknya. Mencari kekuatan dan perlindungan di sana karena saat ini merasa sangat lemah, juga ringkih. Ia berdiri berbarengan dengan Drupadi dan bersiap untuk pergi, melangkah menuju pintu keluar. “Selamat tinggal, Mas. Sepuluh tahun kita sangat indah dan maaf harus berakhir seperti ini. Mungkin memang kita tidak berjodoh.”“Dya ... Dya, jangan begitu, ayolah ... jangan pergi!” Arka berseru kencang dan ia ikut berdiri. Mengekor langkah istrinya dengan perasaan tidak karuan. Berharap ini hanya mimpi buruk, walau tahu dia sendiri yang menciptakan semuanya. “Sampaikan salamku pada Cersey. Katakan kepadanya mulai sekarang dia bisa bebas memilikimu tanpa perlu ditutup-tutupi lagi. Dan ... oh, ya, katakan pada Ibumu bahwa menantu yang ia benci ini tidak akan menginjakkan kakinya lagi di sini sampai kapan pun.”Arka menggeleng, “Tidak! Aku tida