Sebuah restoran yang mereka datangi terletak di tengah kota, tetapi lokasinya cukup terpencil. Berada di sebuah loby hotel bintang tiga yang tidak terlalu terkenal hingga pengunjung pun sedikit.Meskipun demikian, Skylar menyukai suasana yang disajikan. Ada cahaya tak terlalu terang, sedikit temaram dan diiringi lagu-lagu cinta. Baginya, restoran itu cukup romantis. “Oleh-oleh untukmu,” ucapnya mengeluarkan sebuah kotak kayu.Dyandra menerima dengan hati berdebar. Ia buka kotak indah tersebut dan mendapati tiga buah bunga tulip terbuat dari bahan kristal diletakkan di sebuah ornamen berbentuk hati. Ada sebuah tulisan kecil di bagian bawah tiga bunga tersebut.“Missing you from Netherland,” gumam Dyandra meraba hiasan bunga tulip yang sangat indah tersebut. Warna merah muda serta peach mendominasi bagian kelopaknya. “Kamu suka?” tanya Skylar menatap sendu. “Karena aku benar-benar merindukanmu saat di sana. Setiap malam sebelum tidur ingin meneleponmu, tetapi ponsel barumu selalu
Sampai di klub malam yang pernah didatangi oleh Dyandra bersama Drupadi dan teman-temannya, ada rasa rikuh di hati sang wanita. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, jelas terlihat tidak nyaman.“Ada apa?” tanya Skylar segera menanggapi perilaku kekasihnya. “Sudah berapa wanita kamu ajak ke sini? Karyawanmu itu pasti berpikir aku adalah sama seperti mereka,” dengkus Dyandra melihat sekeliling. Ada beberapa karyawan sedang bekerja di sana. Tidak banyak, hanya sekitar lima orang saja.Mendengarnya, Skylar tertawa santai. “Memangnya pendapat mereka berpengaruh terhadapmu?”“Ya, aku … aku hanya tidak mau saja dipikir murahan. Apa karyawanmu tahu kalau kamu sudah beristri?”“Kalau tahu, kenapa? Coba dipikir … apa pendapat mereka berpengaruh terhadap bagaimana aku memandangmu? Atau bagaimana kamu memandangku?”Dyandra diam dan hanya menggeleng. Ya, memang tidak ada pengaruhnya. Dia hanya risih saja.“Ya, sudah. Kenapa bingung?” Skylar justru semakin merangkul pundak Dyandra, memperlihatk
Skylar merengkuh lembut leher serta tengkuk Dyandra. Menatap pada mata yang terpejam. Ia bisa mengerti kepedihan di balik wajah jelita sang wanita.Maka, ia mendekatkan bibirnya dengan satu tujuan yaitu mengecupnya. Namun, sebelum itu … ia membisikkan sesuatu yang membuat getar hebat di relung asa Dyandra.“Bertahanlah dengan semua pedih yang kamu rasakan. Aku akan ada di sini untukmu, menguatkan setiap harimu. Dan aku … aku akan menunggu hingga kamu akan menjadi milikku … hanya milikku.”Mengakhiri ucapan itu dengan mendaratkan bibir hangatnya di bibir Dyandra. Sebuah permulaan kecupan yang teramat menenangkan, indah, menjadikan tiap sisi jiwa sang wanita serasa melayang.Tubuh Dyandra seakan ringan hingga segala berat yang dipikul hilang entah ke mana. Saat ini, ia hanya merasa dunia kembali cerah walau di luar sana sedang mendung beriring rintik sendu. Skylar menekan bibir Dyandra dengan sebuah sentuhan yang teramat dalam. Bukan sebuah pagutan penuh nafsu, tetapi lebih kepada
Turun dari taksi online sambil banyak memikirkan mengenai hubungannya dengan Skylar yang dirasa salah, ternyata ada hal lain yang membuat Dyandra harus berpikir ekstra keras, yaitu menjawab pertanyaan Arka yang mendadak ada di belakang tubuhnya. “Dari mana? Kenapa naik taksi?” tanya Arka memandang tajam.“Ka-kamu sedang a-apa di sini?” Dyandra sontak gugup dan telapak tangannya menjadi dingin.Bagaimana ia tidak gugup? Di tas kerjanya masih menyimpan ponsel khusus yang ia gunakan untuk berhubungan dengan Skylar. Bagaimana kalau tiba-tiba lelaki itu menelepon? Arka akan tahu semuanya dan dia terlihat sama bersalahnya dengan sang suami. “Aku sudah sering ke sini bahkan sebelum kita menikah. Ada apa denganmu?” Kening Arka makin berkerut dan menatap curiga pada wanita yang jauh di lubuk hati masih sangat ia cintai.Dyandra menutupi semua keterkejutannya. Ia menahan engah di dada agar tidak terlihat seperti orang yang panik dan kebingungan. Akhirnya, ia membalikkan tubuh dan melangk
Sampai di restoran Italia yang dimaksud oleh Arka, keduanya lalu duduk di bagian outdoor dan menikmati angin sejuk kala hujan telah reda. Bau segar dari tanah yang basah memang selalu disukai oleh Dyandra dan sang suami selalu mengingatnya. “Aku dulu memintamu untuk jadi pacarku di pojok sana, ingat?” gumam Arka menunjuk sebuah meja di area pojok restoran, dekat dengan sebuah air mancur mini.Dyandra tertawa lirih. “Ya, katamu kalau aku menolak maka kamu akan terjun ke dalam air mancur tersebut. sehingga, aku tidak ada pilihan selain menerimamu,” gelaknya dengan sebuah rasa sakit di dalam dada.Arka ikut tertawa dan matanya beradu pandang dengan Dyandra. Berani bersumpah, ia masih menemukan binar-binar cinta di dalam sorot sang istri. Akan tetapi, ia juga menemukan keengganan yang besar untuknya.“Masa-masa terindah, bukan, Dya?” gumamnya merengkuh jemari lentik. Mengusap cincin pernikahan mereka dengan ibu jari dan terus memandangi dengan lekat.Mengangguk, Dyandra menahan omba
Arka dan Cersey mendatangi butik ternama di kota untuk memilih gaun pengantin yang cocok dikenakan saat pernikahan rahasia mereka. Walau perut Cersey sudah membuncit, bagi keduanya tidak masalah. Toh, semua akan dilaksanakan secara rahasia. Jadi, tidak akan mencoreng nama baik keluarga Hasbyan.Satu hal yang tidak mereka ketahui adalah butik itu merupakan tempat bekerja salah satu teman dekat Dyandra yaitu Bertha. Wanita itu terbelalak ketika menuruni tangga dan melihat suami dari sahabatnya sedang bersama wanita lain dan terlihat memilih model serta bahan baju pengantin.“Jadi, itu yang namanya Cersey? Wanita brengsek! Bejat!” umpat Bertha cepat mengeluarkan ponsel sambil mulutnya komat-kamit dengan wajah memerah kesal.“Dyandra harus tahu ini! Suaminya sudah gila! Apa mereka akan menikah? Arka akan punya istri dua? Bangsat! Brengsek!” Bertha menggelengkan kepala dan terus memaki dalam pelan.Dia tidak mengirimkan foto-foto itu secara pribadi ke Dyandra, melainkan langsung mengir
Mendengar Dyandra akan menelepon Arka dan mengatakan semua yang terjadi serta meminta cerai, Drupadi langsung mengambil ponsel adiknya. Lalu, ia masukkan ponsel itu ke dalam saku celanaya dan diakhiri dengan menggelengkan kepala.“Apa kubilang tadi? Jangan membuat keputusan di saat emosi! Kamu bisa menyesal!” larangnya tegas. “Tenangkan dirimu dulu, baru berpikir dan mengambil keputusan!”“Aku tidak peduli, Dru! Aku muak dengan Arka! Aku benci dia! Aku tidak mau lagi bersamanya!” seru Dyandra dengan linang air mata kian deras. Ia berdiri, meringsek ke arah Drupadi dan memaksa untuk mengambil kembali ponselnya. “Berikan ponselku! Aku mau meneleponnya! Aku mau pergi darinya!”Namun, Drupadi terus menghalangi dan mencegah. Terlihat kakak adik itu seperti sedang terlibat percekcokan, tetapi memang ini yang terbaik untuk Dyandra. “Aku tidak tahan lagi, Dru!” jerit Dyandra melepas semua kemarahannya. Lalu, tubuh molek itu ambruk ke atas lantai dan menangis tersedu-sedu. Memukuli la
Memasuki ruang kerja sang CEO tampan, Dyandra menghempaskan tubuh ke atas sofa kulit yang empuk. Matanya nanar menatap jendela, menerawang angkasa yang mulai beralih ke sore hari. Skylar mengeluarkan botol wine dari lemari pendinginnya. Membawa dua buah gelas dan ikut duduk di sisi kekasihnya. Ia tuang minuman tersebut dan memberikan satu gelas pada Dyandra. “Minumlah, tenangkan dirimu,” ucapnya tersenyum sendu.Dyandra melakukan apa yang diminta, menyesap wine putih tersebut, dan menarik napas panjang. Isaknya masih belum berhenti. Sepanjang perjalanan satu jam lebih dia pun terus menangis dan mengeluarkan semua unek-uneknya di dalam mobil.Skylar mendengarkan semua ocehan Dyandra dengan sabar dan tidak terpancing emosi sama sekali. Walau di dalam hati ia merasa ada segores perih akibat sang kekasih yang ternyata masih menyimpan cinta begitu dalam bagi lelaki lain –suaminya.Dyandra meneggak habis satu gelas wine itu, “Tuangkan lagi,” meminta lebih.