Arka dan Cersey mendatangi butik ternama di kota untuk memilih gaun pengantin yang cocok dikenakan saat pernikahan rahasia mereka. Walau perut Cersey sudah membuncit, bagi keduanya tidak masalah. Toh, semua akan dilaksanakan secara rahasia. Jadi, tidak akan mencoreng nama baik keluarga Hasbyan.Satu hal yang tidak mereka ketahui adalah butik itu merupakan tempat bekerja salah satu teman dekat Dyandra yaitu Bertha. Wanita itu terbelalak ketika menuruni tangga dan melihat suami dari sahabatnya sedang bersama wanita lain dan terlihat memilih model serta bahan baju pengantin.“Jadi, itu yang namanya Cersey? Wanita brengsek! Bejat!” umpat Bertha cepat mengeluarkan ponsel sambil mulutnya komat-kamit dengan wajah memerah kesal.“Dyandra harus tahu ini! Suaminya sudah gila! Apa mereka akan menikah? Arka akan punya istri dua? Bangsat! Brengsek!” Bertha menggelengkan kepala dan terus memaki dalam pelan.Dia tidak mengirimkan foto-foto itu secara pribadi ke Dyandra, melainkan langsung mengir
Mendengar Dyandra akan menelepon Arka dan mengatakan semua yang terjadi serta meminta cerai, Drupadi langsung mengambil ponsel adiknya. Lalu, ia masukkan ponsel itu ke dalam saku celanaya dan diakhiri dengan menggelengkan kepala.“Apa kubilang tadi? Jangan membuat keputusan di saat emosi! Kamu bisa menyesal!” larangnya tegas. “Tenangkan dirimu dulu, baru berpikir dan mengambil keputusan!”“Aku tidak peduli, Dru! Aku muak dengan Arka! Aku benci dia! Aku tidak mau lagi bersamanya!” seru Dyandra dengan linang air mata kian deras. Ia berdiri, meringsek ke arah Drupadi dan memaksa untuk mengambil kembali ponselnya. “Berikan ponselku! Aku mau meneleponnya! Aku mau pergi darinya!”Namun, Drupadi terus menghalangi dan mencegah. Terlihat kakak adik itu seperti sedang terlibat percekcokan, tetapi memang ini yang terbaik untuk Dyandra. “Aku tidak tahan lagi, Dru!” jerit Dyandra melepas semua kemarahannya. Lalu, tubuh molek itu ambruk ke atas lantai dan menangis tersedu-sedu. Memukuli la
Memasuki ruang kerja sang CEO tampan, Dyandra menghempaskan tubuh ke atas sofa kulit yang empuk. Matanya nanar menatap jendela, menerawang angkasa yang mulai beralih ke sore hari. Skylar mengeluarkan botol wine dari lemari pendinginnya. Membawa dua buah gelas dan ikut duduk di sisi kekasihnya. Ia tuang minuman tersebut dan memberikan satu gelas pada Dyandra. “Minumlah, tenangkan dirimu,” ucapnya tersenyum sendu.Dyandra melakukan apa yang diminta, menyesap wine putih tersebut, dan menarik napas panjang. Isaknya masih belum berhenti. Sepanjang perjalanan satu jam lebih dia pun terus menangis dan mengeluarkan semua unek-uneknya di dalam mobil.Skylar mendengarkan semua ocehan Dyandra dengan sabar dan tidak terpancing emosi sama sekali. Walau di dalam hati ia merasa ada segores perih akibat sang kekasih yang ternyata masih menyimpan cinta begitu dalam bagi lelaki lain –suaminya.Dyandra meneggak habis satu gelas wine itu, “Tuangkan lagi,” meminta lebih.
Makan malam yang sepi, tidak ada pembicaraan sama sekali. Ada empat orang di meja makan, tetapi semua hanya terdiam dan menatap piring masing-masing. Cersey melirik pada Arka yang tidak memandangnya. Lalu, ia melihat pada Moeryati, terakhir pada Dyandra. Senyum kemenangan terlukis di wajah muda dan cantiknya. Menarik napas satu kali, bersiap untuk mengucap sesuatu. "Ehm, aku ingin meminta ijin, Mbak Dyandra.”Arka dan Dyandra langsung mendongakkan kepala dan menatap tegang. Sang suami menelan salivanya dengan susah payah. Berpikir apakah Cersey akan meminta ijin untuk menjadi istri muda? Mereka sepakat untuk tidak berkata apa-apa.Sementara sang istri, tidak bisa berpikir apa pun dan menebak-nebak ijin apa yang akan diminta. “Kenapa? Ada apa?” sahut Dyandra berhenti makan.“Itu, tiga minggu lagi saya ada acara pernikahan saudara. Saya mau minta ijin untuk keluar kota selama satu minggu.” Mengucap dengan senyum ceria dan mata yang berbinar.“Luar kota?
Kehadiran Arka mendadak di kantor Dyandra membuat sang wanita pucat pasi. Ditanya secara tajam dari mana, dengan siapa, dan kenapa berduaan dengan Skylar membuat jantungnya seakan berhenti berdetak. Kaki terasa lemas, hingga napas pun seakan sulit. “Jawab! Kamu dari mana dan siapa dia!” bentak Arka pada istrinya.“Tidak perlu kasar kepada Dyandra!” balas Skylar meninggikan suara dan menatap marah pada Arka.“Heh! Siapa kamu? Sedang apa kamu berduaan dengan istriku? Kalian dari mana!” teriak Arka semakin lupa diri. Tidak peduli dia berada di lobby dengan beberapa karyawan lalu lalang di sana.Pihak security terlihat bingung. Apa yang harus dilakukan? Melerai, menahan Arka yang berteriak-teriak, tetapi itu suami bos mereka. Akhirnya semua hanya diam dan menonton. Namun, salah satu dari mereka menelepon seseorang. “Kamu tidak perlu berteriak kepadaku!” Skylar mulai maju dan tangannya mengepal di samping tubuh. Sering mendengar bagaimana lelaki ini menyakiti D
Bentakan Arka yang menuduh Skylar berselingkuh dengan istrinya di kamar hotel dibareangi dengan sebuah bogem mentah ke arah lelaki tersebut. Ia sudah kehilangan akal sehat.Jeritan Dyandra terdengar nyaring ketika sekian detik kemudian baik Arka maupun Skylar telah saling mencengkeram kerah baju satu sama lain dan berusaha memukuli wajah musuh. Pukulan pertama dari Tuan Hasbyan berhasil dihindari oleh Tuan Kiersten. Kini, lelaki blasteran itu hendak balas memukul Arka, tetapi suami Dyandra tersebut sukses menghindar. Keduanya gagal menghantam wajah satu sama lain. Akhirnya, mereka saling mencekik kerah baju berbalut dasi. Mengguncang tubuh sama gagah. Kini, bahkan mereka sudah mulai saling menendangi kaki satu sama lain.“HENTIKAAAN!” Drupadi berteriak menggelegar. Ia yang dikabari oleh pihak security kini telah hadir di antara dua lelaki saling unjuk kekuatan dan kemarahan. Namun, baik Arka maupun Skylar tidak ada niatan untuk melepaskan cengkerama
Dalam kepanikan, emosi serta harga diri yang runtuh karena ribut dengan Arka di depan umum, Dyandra mengirim pesan kepada Skylar tanpa pikir panjang. Menginginkan agar mereka berdua berhenti berhubungan. Akan tetapi, sang lelaki menanggapinya dingin.Bunyi satu notifikasi terdengar dari ponselnya. Skylar membalas detik itu juga.[Kalau kamu ijinkan, detik itu juga akan kubawa kamu pergi dari suamimu. Tapi bukankah ada bayi yang kamu tunggu? Kalau memang kamu ingin kita berakhir, katakan langsung kepadaku di saat sudah tidak ada lagi emosi dan air mata di wajahmu.]Dyandra makin sesak membaca itu semua. Skylar tidak ingin berpisah dengannya? Lalu, bagaimana dengan ini semua? Ah, kepala Dyandra rasanya makin berat dan ia tidak ingin memikirkan hal ini lagi.Dengan cepat mematikan ponsel, lalu menaruhnya di dalam lemari pembersih seperti yang pernah ia lakukan sebelumnya. Setelah itu, kaki mulus yang dibalut rok span sepanjang lutut segera berlari menuju ruang kanto
Keesokan hari, Dyandra menelepon sebuah nama yang kemarin sempat ingin ia jauhi. Akan tetapi, tidak lagi. “Ya?” jawab Skylar datar. Lelaki itu semalaman tidak bisa tidur sama sekali. Tangannya sudah gatal ingin menghubungi Dyandra di nomor asli sang wanita, tetapi selalu menahan niat tersebut. Tidak mau membuat keadaan semakin rumit bagi kekasih gelapnya. “Maafkan aku, Sky ….”“Maaf kenapa?” Skylar menahan napas. Apakah Dyandra benar-benar ingin berpisah dengannya? Sampai sini sajakah hubungan mereka?“Maaf karena kemarin terlampau emosi dan menginginkan hubungan kita berakhir,” ucap Dyandra terdengar menyesal.Helaan napas lega terdengar dari bibir kemerahan alami sang lelaki. “Kamu tidak ingin kita berakhir?” Memastikan sekali lagi.“Ya, aku tidak ingin kita berakhir. Kemarin aku sangat takut dan merasa terintimidasi oleh Arka. Maafkan aku, ya?” “Tidak perlu minta maaf, aku tidak marah. Aku memahami semuanya. Kamu baik-baik saja? Kalian