Dalam masa dua puluh enam tahun hidupnya, Sahara tidak pernah menyangka bahwa suatu hari dia akan terlibat dengan seorang lelaki seperti Keith, dengan pernikahan dan jumlah uang miliaran rupiah di antara mereka. Sahara tidak ingin terlihat lemah, meskipun begitu dia masih tidak bisa melakukan apa pun untuk keluar dari situasi ini.
Keith masih dengan angkuh bertanya tentang bagaimana dia berencana untuk membayar uang sebanyak itu, Sahara tahu betapa konyol dia terlihat yang saat ini masih memiliki niat ingin menebus diri.“Siapa yang menyuruhmu untuk memiliki pikiran picik itu, hm? Kamu tidak benar-benar berpikir ingin membayarku kembali, kan?” Keith mendekatinya dengan tampang serupa, angkuh dan percaya diri. Melewati matanya, dia menatap Sahara seolah wanita itu adalah badut yang tidak tahu apa yang terbaik untuk dirinya sendiri.Keith menatap Sahara dengan sorot mata yang separuh tidak mengerti. “Tidakkah kamu seharusnya senang setelah menikah denganku?”Di dalam hati yang paling dalam, Sahara tahu jika sesungguhnya Tuhan yang telah menuliskan takdir ini. Dia ditakdirkan untuk menikah dan jatuh cinta pada Afkar, lalu Tuhan mengujinya dengan mengambil Afkar lebih dulu sebelum ayahnya menikahkannya dengan Keith. Namun, sebagai manusia biasa dengan hati yang lemah dan iman yang tipis, Sahara masih merasa bahwa semua yang terjadi padanya telah membuat dia menderita.Sahara ingin mengeluh, mengapa Tuhan mengirim laki-laki ini untuknya? Mengapa Tuhan menjadikan Keith sebagai suaminya? Apakah Tuhan masih belum cukup mengujinya dengan kepergian Afkar? Hikmah macam apa yang ada di balik ini semua?Sesuatu seperti menggumpal di pangkal tenggorokan dengan rasa panas yang perlahan-lahan menguasai kedua matanya. Sahara berusaha keras menahan diri, dia tidak ingin menangis di sini, air matanya hanya akan menjadi lelucon di hadapan Keith.Jika Tuhan sudah menghendaki dan memang ingin mengujinya dengan cobaan ini, Sahara hanya bisa pasrah.Keith menyadari jika Sahara telah terdiam lama dengan kelopak mata yang setengah terbuka. Keith tidak ingin mencari tahu soal apa yang sedang berkelebat dalam benak wanita itu, tapi penampilannya yang tertekan hanya membuat Keith semakin muak.Dia meraih bahu Sahara dan berkata tepat di depan wajahnya, “Baiklah, kamu hanya perlu tahu dan mengingat dua hal ini. Pertama-”Keith terlihat tidak sabar saat dia melanjutkan, “Anggap saja aku memang membelimu dengan harga 15 miliar, aku menikahimu karena ibuku yang menyuruhku dan Kayla mengizinkanku. Jadi, berhenti berpikir untuk menebus dirimu sendiri.”“Kedua-” Mengabaikan Sahara yang mulai meringis, Keith mengerahkan sedikit kekuatan dan menekan bahu wanita itu. “Cepat atau lambat kamu akan mengandung seorang anak untukku, jadi persiapkan dirimu sebaik mungkin.”Detik waktu seolah terasa berjalan sangat lambat. Bahkan ketika Keith berbalik dan meninggalkan Kamar tersebut, Sahara masih berdiri di sana dengan perasaan tercekat.Kedua tangan mencengkeram dada, persendian lututnya terasa melemah dan Sahara terduduk dengan air mata. Bahunya sangat sakit, tapi hatinya lebih sakit. Dia masih tidak bisa menahan diri, dia terlalu takut menghadapi semua ini. Sahara merasa jika dirinya terlihat tidak lebih baik dari seekor kelinci yang terperangkap di mulut serigala. Akan datang waktu ketika Serigala itu berhenti bermain dan memutuskan untuk memakannya.Saat ini, Sahara benar-benar tidak berdaya. Hidupnya bergantung di bawah tali kekang di tangan orang lain, semua perlawanan yang dilakukan tidak akan berdampak apa-apa.••••Tiga hari sudah berlalu semenjak Sahara tiba, dia tidak pernah melihat kehadiran Keith sejak hari itu. Sahara juga tidak pernah keluar kamar, dan hanya tahu dari Naina saat gadis itu memberitahunya bahwa Keith pulang ke rumah utama.Sahara menduga jika Keith pasti pulang untuk Kayla, mungkin laki-laki itu sedang membujuk Kayla dengan berbagai cara, mengatakan bahwa Keith hanya terpaksa menikahinya tanpa didasari perasaan apa-apa.“Nyonya, Anda jangan bersedih, tuan Keith akan kembali malam ini.” Naina yang datang sambil membawa nampan makan siang menatap ke arah Sahara dengan prihatin.Sahara selalu merasa aneh dengan tingkah Naina, gadis itu memperlakukannya dengan baik, terlalu baik sehingga melewati batas wajar. Bagaimanapun, dia telah mengambil tempat paling hina di sini. Dia menikah dengan Keith dan menjadi istri simpanannya, tapi di mana rasa marah Naina untuk seorang penyusup seperti dia?Setelah beberapa lama jeda, Sahara akhirnya menanggapi, “Aku sedih?” Sahara menoleh sedikit dari melihat keluar. Rambutnya tinggal sebahu, sekarang terlihat sedikit kusut setelah dia begitu lama bersandar di ambang jendela.Naina selesai meletakkan nampan di atas meja sebelum berdiri di ujung kaki tempat tidur, melihat dengan tatapan ingin tahu ke arah Sahara. “Hm, apakah Nyonya tidak merindukan tuan?”Sahara mengabaikan sorot Naina yang ingin menyelidiki . Dia tidak mengerti apa yang dipikirkan Naina, dari sudut mana dia terlihat seperti seorang istri penurut yang merindukan suaminya pulang dari rumah istri pertama? Sahara bahkan lebih senang jika Keith menetap lebih lama di tempat Kayla.“Setelah tuan pergi, saya selalu melihat Nyonya duduk di sana sambil menatap ke luar. Memangnya apa lagi jika Nyonya tidak sedang bersedih dan menunggu tuan pulang?” Naina tersenyum, tampak bersemangat. Gadis itu terlihat baru berusia belasan tahun, yang hanya memiliki hal-hal manis di kepalanya.Sahara mengabaikan sesuatu yang mengganjal di dalam hati, mengingat kepribadian Keith, bagaimana laki-laki itu akan melepaskan gadis seperi Naina? Apakah aku salah menduga?Meskipun Sahara tahu jika apa yang dikatakan Naina sama sekali tidak ada hubungan dengannya, dia masih sedikit terhibur dengan kepribadiannya yang ceria.“Kamu hanya seorang gadis yang belum menikah, tahu apa.” Mengatakannya seperti itu, Sahara tersenyum kecil.Di mata Naina, senyum Sahara berarti jika wanita itu setuju dengan perkataannya. Karena itu, dia dengan senang hati kembali berkicau, “Nyonya, karena Anda tidak memiliki sesuatu untuk dilakukan, setelah makan bagaimana jika saya mengajak Anda ke suatu tempat?”Sahara melirik tak berminat ke arah nampan. Mendengar perkataan Naina, bukannya dia tidak merasa tertarik, hanya saja dia masih enggan untuk berkeliling di rumah ini jika tidak berkepentingan. Namun, mendapati gadis pelayan itu yang menatap penuh harap, Sahara menelan kembali gagasan untuk menolak.“Ke mana kamu ingin membawaku?” Sahara menyelesaikan makan siangnya sebagian dan selebihnya tidak memiliki selera yang baik. Dia bangkit berdiri dan ingin mengikuti.“Halaman belakang rumah, di sana Nyonya dapat melihat bunga di rumah kaca dan ikan di dalam kolam.” Naina yang dalam suasana hati yang baik karena Sahara mau keluar dari tempat persembunyiannya tidak berhenti berceloteh. Sahara bahkan ragu apakah gadis itu tahu untuk bernapas dan mengambil jeda? Dari segi mana pun, dapat dilihat jika Naina jelas lebih antusias darinya.“Baiklah, kalau begitu bawa aku ke sana.”Akan tetapi, Naina tiba-tiba berhenti di ambang pintu dan menatap ragu-ragu ke arah Sahara. Mengingat pesan teks yang dia terima pagi tadi. Kamu harus pastikan Keith dan istrinya tidur di kamar yang sama malam ini.“Ada apa?”“Saya lupa mengatakannya pada Nyonya, tuan berpesan jika nanti malam nyonya diminta untuk menunggu tuan Keith di lantai atas.”“Di ruangan mana?”Naina menyembunyikan kegelisahan dalam dalam nada suaranya. “Di dalam kamar tuan Keith.”“Masih marah padaku?” Duduk di ruang baca dan separuh merebahkan diri di atas sofa, adalah seorang wanita berambut panjang berwarna keemasan, dengan kontur wajah lembut dan lipstik yang merah menyala. Gaunnya menyebar menyentuh lantai, suasana di sekitarnya tampak malas dan santai. Dia memegang sebuah novel bersampul tebal dengan warna cerah, judul berbahasa inggris dicetak tebal dan tegak hingga Keith sulit untuk mengabaikannya. The Love Story, Alana Grey—begitu yang tertulis di sana, membuat Keith terpaksa memejam mata sejenak dan menghela napas panjang. “Kayla, aku sedang bertanya padamu.” Keith mengambil beberapa langkah maju, tetap meninggalkan jarak sekiranya Kayla yang duduk di sana tidak merasa kesal karena diganggu. Sama sekali tidak ada jejak ketidaksabaran dalam vokalnya yang berat, hanya suara bernada rendah yang sarat akan rindu. Kelopak matanya yang kerap setengah terangkat kini menatap terang-terangan ke arah Kayla, menantikan saat wanita itu mendongak dan tersenyum
“Lepaskan aku!” Sahara berteriak dan berusaha menarik tangannya agar lepas. Keith mencengkeram erat sekali, membuat Sahara yakin jika dia nekat menarik lebih keras maka pergelangan tangannya akan terkilir atau bahkan lepas. Keith tahu jika Sahara kesakitan, tapi dia tidak peduli. Melihat Sahara berani mengabaikan apa yang telah dia katakan, Keith marah dan ingin memberinya pelajaran.“Kamu berani berkeliling dan menunjukkan wajahmu di depanku bahkan setelah kuberi peringatan.” Keith menatap dengan berbahaya. Pergelangan tangan wanita itu terlalu tipis, akan patah jika dia mengerahkan sedikit lagi kekuatan untuk menyakitinya.“Aku tidak!” Sahara menyalak sambil melotot penuh permusuhan. Dengan mata memerah, dia ingin beringsut menjauh dari hadapan Keith, tatapan laki-laki itu yang menusuk membuat Sahara tak bisa berkutik. “Tanganku sakit, Keith ….” rintihnya.“Sakit, huh?” Keith menjebak Sahara diantara pintu kamar yang sudah dikunci. Lengannya mengapit wanita itu tanpa menyisakan jara
Seolah-olah seseorang baru saja membubuhkan kotoran tepat ke wajahnya, Sahara hanya ingin berlari ke kamar mandi dan membasuh diri saking merasa ternoda oleh pertanyaan sekaligus perbuatan Keith yang seolah buta pada penolakannya.. “Apakah kamu anjing?!” Tanpa sadar nada suaranya naik beberapa oktaf dengan kata-kata kasar yang keluar diluar kendali, Sahara menatap horor pada Keith yang mendorongnya semakin ke tepi. Dia lupa jika yang berada di atasnya adalah seorang pria dengan status suami, Keith bisa menunaikan haknya, sedangkan Sahara yang berusaha menolak dan merasa jijik justru akan menjadi orang yang berdosa. Sahara hanya merasa seolah-olah dia perempuan macam apa, yang begitu hina dan dihinakan dengan perlakukan semacam ini. “Dari awal aku sudah bilang jangan muncul di mana pun saat aku sedang di rumah, tapi kamu berlaku seolah perkataanku bukan apa-apa. Jadi, apakah kamu berharap aku akan menyentuhmu? Ingin aku membasuh dahagamu seperti ini?” Sahara sudah tidak bisa diam
“Apakah kamu tahu apa yang akan terjadi jika Keith tidak mengikat pergelangan tanganmu?”Pertanyaan pertama yang didengar Sahara setelah beberapa saat dia sadar dari pingsan datang dari seorang wanita berjas putih yang duduk di samping tempat tidurnya. Sahara tidak menjawab, tapi diamnya sudah cukup untuk membuat orang lain mengerti.“Aku adalah dokter pribadi yang bekerja untuk tuan Keith. Namaku Eveline, panggil saja aku Eve.” Eve adalah seorang dokter yang biasanya tidak terlalu suka menjaga formalitasnya, bahkan setelah bertahun-tahun bekerja di bawah naungan Keith, meskipun begitu dia tidak pernah mengatakan sesuatu yang melewati batasnya.Ada berbagai macam situasi yang selama ini dia jumpai dalam keluarga tersebut, dan biasanya tidak pernah separah ini. Paling banter adalah Kayla yang saat itu katanya salah mengira pil kontrasepsi sebagai obat kesuburan. Keith tersulut emosi dan terlanjur menampar istrinya tersebut hingga kepala Kayla terdorong ke samping dan membentur kisi je
“Kayla tidak mungkin melakukan hal bodoh itu, jangan mencoba menipuku!” Satu langkah mendekat yang diambil Keith membuat Naina gemetar tanpa sadar, wajahnya pucat dengan keringat dingin yang mengalir deras. “Apakah ibu? Ibuku yang menyuruhmu menuntunnya ke sana?!” Pertantaan Keith bergema lantang, membuat Naina berjengit sembari mengangguk-anggukan kepalanya dengan kuat.“Benar, Tuan! Nyonya besar yang menyuruhku, nyonya besar yang mengirimiku pesan untuk membuat nyonya Sahara dan Tuan tidur bersama.” Naina tidak berani lagi berbohong. Dia lelah diancam di sana-sini, belum lagi jika tuan besar sendiri yang memberi perintah, rasanya Naina ingin berhenti bekerja saat itu juga.Keith menarik kembali auranya yang berbahaya, dan mengusir Naina keluar dengan gigi terkatup. •••“Di mana menantu ibu? Keith, cepat panggil istrimu kemari.” Keith tidak terkejut dengan kedatangan ibunya pagi ini. Namun, dia terkejut dengan barang bawaan yang lumayan banyak, di saat sebelumnya ibunya hanya mem
Sahara menyingkirkan kantong kertas yang berisi segala macam obat herbal pendukung kesuburan yang dibawakan Raina untuknya. Ada juga beberapa helai jubah tidur berbahan sutera, Sahara bahkan tidak berani melirik untuk kali kedua, apalagi untuk memakainya.“Nyonya, nyonya besar menyuruh saya untuk membuatkan obat herbal dan meminta Nyonya agar meminumnya satu kali sehari, apakah tidak apa-apa?” Sahara menoleh saat Naina berdiri di depan pintu kamarnya. Dia membiarkan gadis pelayan itu menyimpan obat-obat tersebut di ruang dapur, dan menyimpan yang lain di dalam kamarnya. “Aku tidak akan meminum obat pahit itu lagi.” Sahara mengernyit, masih tertinggal rasa pahit dan asam yang beberapa saat lalu bersentuhan dengan lidahnya. Sahara memperhatikan saat Naina tampak ragu-ragu ingin mengatakan sesuatu. Dia meletakan bingkisan terakhir ke dalam lemari sebelum menoleh ke arah Naina sekali lagi.“Apa ada hal lain yang ingin kamu katakan?”Sahara tidak bisa tidak mengingat apa yang terjadi ke
“Berpakaian begitu tertutup, apakah kamu takut aku akan memakanmu?”Keith yang baru saja keluar dari kamar mandi, tersenyum miring pada Sahara yang berdiri kaku di depan pintu kamarnya.“Di mana aku harus tidur?” tanya Sahara, mengalihkan pandangan ke arah lain dari setengah tubuh Keith yang terbuka. Setelah kejadian tempo hari, Sahara telah kehilangan satu perempat bagian rasa gugupnya saat berhadapan dengan Keith. Namun, dia tetap akan rakut jika pria itu mulai mendekat dan mengintimidasinya dengan sentuhan.Keith melangkah ke arah ruang ganti, melepaskan handuknya begitu saja, dan dengan santai memilih piama untuk dikenakan. Tatapannya tertuju pada selimut yang terlipat rapi di kolong paling bawah, memikirkan sesuatu, tapi tidak memutuskan apa-apa.“Tidur saja di atas tempat tidurku, kecuali jika kamu ingin tidur di sofa atau bahkan di lantai dingin itu.” Keith menunjuk kedua tempat tersebut dengan ujung matanya, dia sendiri berjalan menuju tempat tidur dan duduk bersandar di sana
Hingga terdengar debuman pintu kamar mandi yang dibanting tertutup, baru saat itulah Sahara berani membuka mata dan perlahan-lahan bangkit berdiri dengan gemetar. Sahara merasa jijik luar biasa, dia berlari keluar kamar dan kembali ke lantai utama menuju kamarnya. Di sana, dia tidak sengaja berpapasan dengan Naina, Sahara bahkan tidak ingin tahu apa yang membuat gadis itu bangun pagi-pagi buta.Sahara bahkan membuang jilbabnya sembarangan ke tempat sampah. Tiba di kamar mandi, hal pertama yang dilakukan adalah mengisi penuh bak mandi dengan air dingin, lalu mencelupkan seluruh kepalanya ke dalamnya.Menjijikkan!Keith sangat menjijikkan!Dengan semua kebencian yang bergumul di dalam dada, Sahara mengabaikan rasa sakit di kulit kepala saat berusaha mengenyahkan semua bekasan milik Keith yang membuat seluruh tubuhnya mati rasa.Sahara melupakan peringatan Eve soal bekas luka di pergelangan tangannya yang tidak diperbolehkan menyentuh air. Saat ini, di balik lengan panjang sweater yang
Jam digital di atas meja sudah menunjukkan pukul 12 malam, Sahara tidak bisa tertidur bahkan ketika matanya telah lelah terpejam.Kamar yang dia tempati masih bisa menembus segala sesuatu yang terjadi di luar. Melalui denting gelas dan gelas, juga bincang yang disertai tawa.Kedua mata Sahara terbuka menatap langit-langit dalam keremangan, dia mulai jarang keluar setelah seminggu sejak kedatangan Farhan.Sahara masih terlalu takut untuk bertemu langsung dengan Keith, setelah apa yang laki-laki itu lakukan. Keningnya akan otomatis mengernyit dengan bibir yang digigit saat kilas balik tentang hari itu kembali terbayang.Tidak bisa dia enyahkan rasa jijik juga takut dari telapak tangan Keith yang membelainya di sembarang tempat, panas suhu tubuhnya, gigitan yang menyisakan memar di perpotongan lehernya, akan lebih baik jika Sahara bisa mengikis tempat yang terkena.Denting gelas yang samar-samar terdengar menyadarkan Sahara, jika di luar sana Keith tidak sedang sendiri. Entah siapa yang
“Sudah dua minggu Keith tidak pulang, dan kalian berdua sepertinya juga berhenti saling berhubungan. Kayla, apakah kamu sedang bertengkar dengannya?”Uap dari secangkir teh chamomile panas tampak mengepul mengeluarkan asap, Kayla tidak jadi meraih gelas itu tatkata suara Raina menggema di belakangnya.Kayla menoleh tanpa tersenyum pada ibu mertuanya tersebut, dengan santai menjawab, “Tidak. Hubungan kami baik-baik saja, sama seperti biasa.”“Begitukah? Baguslah.”“Kenapa Ibu bertanya? Tidak sabar ingin melihat aku dan Keith berpisah?” Rambut kuning keeamasannya sedikit bergoyang saat dia membenahi duduk, kini menghadap ke arah Raina yang berdiri di meja pantri dengan wajah masam.Kekeh menghina diiringi senyum merendahkan tersemat di bibir yang lebih tua, Raina sudah lama tidak suka dengan cara Kayla yang selalu bersikap berani dan kurang sopan padanya.Mengingat dulu bagaimana dia sendiri yang memberi restu kepada Keith yang ingin menikahi wanita keturunan Inggris-Asia tersebut, seka
Kemarahan Farhan memuncak saat ia menghadapi Keith, kata-katanya penuh dengan ketidakpercayaan terhadap situasi tersebut, tidak bisa membayangkan bagaimana Keith bisa menyiksa Sahara sampai seperti ini.Keith melangkah maju dengan raut wajah kaku dan berkata dengan dingin, “Sahara adalah istriku, orang luar seharusnya tahu tempat dan tidak ikut campur dalam keluarga kami.”Farhan berusaha menahan amarah yang sudah berkumpul di ubun-ubun, dan tatapannya tajam menghunus langsung ke arah Keith dengan sorot penuh peringatan. “Apakah sebagai seorang suami, kamu harus menyiksa Sahara hingga seperti ini?! Kamu pikir aku tidak punya keberanian dan akan duduk diam melihat adikku menderita di tanganmu?!”Sahara menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri sendiri meskipun gemetar oleh ketegangan yang tersebar di sekitarnya. Dia tidak ingin konflik di antara kakaknya dan Keith semakin diperbesar.Mengingat betapa banyak kekayaan dan seberapa besar kekuasaan yang dimiliki Keith, bukan tid
Suara dingin Keith menembus gemerisik kain di bawah tubuh mereka saat pria itu berkata, "Menidurimu? Tentu saja akan kulakukan." Mengatakan kalimat tersebut, Keith menghilangkan seringainya dan hanya memperlihatkan raut wajah kaku tanpa ekspresi.Jika beberapa waktu yang lalu dia masih punya akal untuk menghentikan semua perlakuannya terhadap Sahara, mengingatkan diri agar tidak memaksa, saat ini Keith melemparkan semua hal itu ke belakang kepala."Sia-sia aku menikahimu dengan uang 15 miliar jika aku tidak melakukan apa-apa," lanjutnya.Sahara bernapas nyaris satu-satu, semua rambut di tubuhnya berdiri tegak menghadapi kengerian yang akan terjadi."Apakah Afkar tidak pernah menyentuhmu seperti ini?"Sahara sontak menahan napas dalam setiap kata yang diucapkan, tubuhnya tegang dengan antisipasi atas apa yang akan terjadi. Nama Afkar yang disebut kontan membuat bulu kuduknya merinding, iris matanya bergetar dengan campuran rasa takut dan juga sakit.“Keith, tolong ….” suaranya hampir
Sahara menangis hingga suaranya berubah serak, sementara Keith menyaksikan semua itu dengan ketidakpedulian. Meskipun Sahara sudah berjuang melepaskan diri dengan sekuat tenaga, tapi berhadapan langsung dengan kekuatan Keith yang luar biasa, tentu saja perjuangannya hanya berakhir sia-sia.Seluruh tubuh Sahara basah oleh keringat dingin yang mengalir deras, dia sangat ketakutan hingga detak jantungnya terasa nyeri.Tempat di mana telapak tangan Keith jatuh, seolah-olah ada ular berbisa yang sedang merayap di atasnya, membuat Sahara tanpa sadar menahan napas, sementara air matanya terus mengalir tanpa bisa ditahan."Jangan, tolong, jangan perlakukan aku seperti ini, Keith. Kumohon ... jangan seperti ini." Sahara merintih, menangis dengan sedih.Keith terlanjur dikuasai emosi dan juga nafsu yang membumbung tinggi. Kulit yang dia sentuh terasa panas dan dingin di saat yang bersamaan, begitu halus di bawah telapak tangannya yang kasar, begitu mudah meninggalkan jejak merah yang samar.“A
“Namun, aku tetap tidak akan pernah menyerah begitu saja. Ayah ada dipihakku, tak mungkin kulepaskan kesempatan itu begitu saja,” lanjut Nathan.Keith menatap ke arah saudaranya dengan tatapan tajam menusuk, ada juga sekelumit perasaan menghina. Kedua tangan tergenggam erat, memendam niat membunuh yang tidak berusaha disembunyikan.Di sisi lain, Sahara terjepit di antara pertarungan mereka, napasnya tersengal dengan cemas memikirkan cara untuk menjauh dari sana.Seolah Keith mampu mendengar apa yang terbesit dalam benaknya, lengannya sekali lagi dicengkeram, tubuhnya ditarik agar berdiri lebih dekat tanpa tempat untuk melarikan diri, sementara atensinya masih terarah pada sosok Nathan.“Kamu menganggap ayah akan selalu berada di sisimu, Nathan? Kamu pikir hal itu tidak akan membuatmu terkalahkan?” ujar Keith dengan nada yang penuh kebencian.Dia mengencangkan rahangnya dengan kedua alis bertaut saat dia melanjutkan dengan geram, “Kamu han
Sahara ingat jaraknya dengan sofa yang terletak di tengah ruang tamu tidak sedekat ini sebelumnya. Namun, dia terus melangkah mundur saat Keith berusaha mendekatinya.Wanita yang baru saja keluar dari rumah sakit tersebut tampak semakin pucat saat jarak keduanya semakin dekat.Sahara terkepung dalam situasi yang mencekam, merasa denyut panik memenuhi setiap serat tubuhnya ketika berhadapan dengan niat Keith yang semakin jelas.Raut wajahnya tegang saat dia mengangkat tangan dan menahan tubuh besar Keith yang terus mengimpitnya demi pertahanan diri.“Jangan dekati aku, Keith!” teriak Sahara dengan suara yang gemetar. Dia ketakutan setengah mati.Naina selalu menghilang di saat-saat seperti ini, entah gadis itu sengaja bersembunyi. Tuhan tahu betapa kalutnya jantung Sahara kini berdetak dengan keringat yang mengalir di dahinya.Namun, se
“Halo, Sahara, bukan?” Pria itu menjulurkan tangannya, tersenyum dengan kecerobohan yang jelas terdengar dalam nada suaranya. Dia bahkan terkekeh ringan usai menyebut nama Sahara dengan pelafalan yang tepat.“Aku Nathan, kakak laki-laki Keith,” lanjutnya.Sahara sejenak tertegun, tidak tahu bagaimana harus menanggapi. Satu hal yang pasti, dia mengabaikan uluran tangan Nathan dan tetap berdiri di sana tanpa bergerak.Tidak terlihat kecanggungan saat Nathan menarik kembali tangannya dan kini dimasukkan ke dalam saku.“Aku mengerti,” ucap Nathan di antara suasana yang tidak pasti. Matanya melirik ke arah Naina sekilas, tapi segera berpusat kembali pada Sahara.“Maaf, kamu tidak ingin bersentuhan denganku pasti karena khawatir membuat Keith marah,” sambung Nathan masih dengan tawa kecil di ujung kalimatnya. “Aku tahu dia ada
“Aku benar-benar tidak terkejut saat mengetahui jika kamu akhirnya berakhir di tempat ini.”Raina mencibir dengan sudut bibir terangkat. Kedua alisnya naik saat menatap wanita yang duduk di atas ranjang rumah sakit dengan sorot ketidakpedulian.Sementara Sahara terduduk kaku dengan raut wajah yang menegang.“Sahara, tampaknya aku terlalu meremehkanmu saat berpikir kamu dapat setuju dan dengan patuh akan memberiku cucu tanpa menciptakan masalah yang tidak perlu,” lanjut Raina dengan mata menyipit tidak suka ke arah Sahara.“Dan kamu pasti juga meremehkanku, tidak tahu bahwa aku dapat melakukan sesuatu yang membuatmu tetap tunduk dan rela melakukan segala yang kuperintahkan.” Dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada, Raina berbalik dan pergi ke arah sofa, mendudukkan dirinya di sana. Meskipun ruangan tempat Sahara dirawat merupakan ruang khusus VIP, tapi Raina masih mengerutkan hidungnya dengan jijik. Bagaimanapun bersihnya, bau disinfektan tetap tidak bisa dipisahkan dengan te