Darin terbaring didalam kamar VIP rumah sakit Blacktown Hospital Sydney, dengan air mata mengalir disudut matanya. Entah apa yang ia rasakan saat ini, ketika merasa linu dibagian pangkal pahanya setelah melakukan pemeriksaan. Lagi-lagi Darin terkenang sosok suami pertamanya, bergumam dalam hati, "Jika kamu masih hidup, mungkin aku tidak akan pernah menghadapi pahitnya kehidupan ini. Kenapa kecelakaan itu harus terjadi, kala kita baru saja menikah, Delon. Bahkan aku harus melakukan cara ini untuk menyelamatkan putri kesayanganku dari orang yang telah menabrak mu, sayang ..." Ya, pernikahan pertama Darin dengan Delon yang masih berusia satu hari beberapa waktu lalu, harus direnggut paksa oleh takdir setelah pemberkatan pernikahan mereka ketika ia masih berusia 20 tahun tepat dihalaman gedung gereja, ketika Bima yang tak bisa mengendalikan kecepatan kendaraannya dalam keadaan emosi serta pengaruh alkohol kala itu. Bima tidak mampu mengendalikan arah stir kemudinya, seketika langsung m
Jantung Darin berdegup lebih cepat ketika kedua netra itu lagi-lagi saling bertemu. Tampak wajah Reymond yang sangat tampan, mampu memberikan ketenangan bagi wanita kesepian sepertinya. Akan tetapi, ketika mereka akan memasuki mobil SUV milik Reymond yang sudah berada di loby, terdengar suara mantan suami Darin dari arah belakang mereka. "Reymond, Darin," sapa Bima dengan raut wajah sedikit kebingungan karena mencari keberadaan istri pria bule tersebut. Reymond yang sangat mengenal siapa Bima, menoleh kearah pria oriental itu tanpa perasaan sungkan ataupun bersalah sambil berkata dengan angkuhnya, "Hei, bukankah kau tidak akan menemui putrimu, bro? Karina ada diruangan ICU bersama istriku. Jika kau ingin bertemu dengannya, silahkan. Karena aku akan membawa Darin kekediaman ku, permisi!" Melihat Reymond akan berlalu meninggalkannya begitu saja, membuat Bima tersulut emosi karena perasaan curiga juga cemburu, "Apakah kau akan tinggal bersama mantan istriku? What the hell, Rey! Come o
Tidak mengacuhkan ucapan Darin yang tampak gugup ketika Reymond mengusap lembut serta mencium perutnya dengan penuh kasih sayang, pria gagah dan mapan itu tertawa kecil. Reymond juga tidak sungkan untuk terus mengusap lembut perut janda cantik tersebut tanpa perasaan canggung. Entahlah, kali ini Reymond hanya mengikuti saran Dokter Frans, sebagai spesialis dokter pilihannya agar memberikan kenyamanan juga kebahagiaan bagi wanita yang tengah mengandung benihnya. Kembali terdengar suara Darin yang tak mampu menahan rasa geli, karena merasa tergelitik oleh ulah Reymond, "Tu-tuan, please. Anda harus kembali ke rumah sakit, karena Nyonya Merry sedang menunggu Anda di sana. Saya harus istirahat, Tuan." Perlahan Reymond mendongakkan kepalanya, kembali mengalihkan pandangannya kearah Darin yang tak kuasa menahan malu atas perbuatan pria berstatus suami orang ini, "Maafkan aku, Darin. Mulai saat ini, kamu panggil aku Rey saja. Jangan Tuan, karena kamu bukan karyawan hotel lagi melainkan kam
Mendengar penuturan Darin yang merasa tidak yakin metode IVF mereka akan berhasil, membuat Reymond melirik kearah Merry dengan menelan ludahnya berkali-kali. Bagaimana tidak panik, mereka berdua sudah berkali-kali menggunakan berbagai macam cara untuk mendapatkan keturunan, akan tetapi tidak pernah berhasil. Reymond berusaha untuk tetap menjaga perasaan Merry agar tidak terpikir oleh sang istri, apa yang diucapkan Darin barusan. "Kita lagi berusaha, jika memang tidak berhasil, mungkin kita akan memikirkan cara yang lebih baik lagi," titahnya sambil menggenggam erat jemari Merry yang berada diatas meja makan. Akan tetapi, Merry langsung menundukkan wajahnya, tersirat kesedihan yang dalam akan ucapan yang baru keluar dari bibir Darin. "Honey, jika metode kita ini gagal, aku mengizinkan kamu untuk menikah dengan Darin. Yang penting kita harus memiliki anak, hun," tunduknya dengan mata berkaca-kaca. Darin mengerjabkan kedua bola matanya, ia tidak menyangka bahwa ucapannya terlalu menya
Wajah Darin sedikit meringis, menahan rasa ngilu yang semakin menyesakkan dibawah sana, ketika Dokter Frans melakukan tindakannya dengan sangat hati-hati. Akan tetapi, Reymond masih berdiri disisinya membuat ia hanya bisa mencium aroma wangi parfum mewah yang menguar menusuk hidungnya. Sehingga melupakan rasa ngilu yang semakin kuat mengacak-acak bagian intinya. Darin menghela nafas dalam, "Hufhh ..." Lagi-lagi ia meringis, membuat Reymond langsung mendekatkan wajahnya kearah janda beranak satu tersebut. Reymond berbisik ketelinga Darin, "Maafkan aku, Darin. Aku akan terus mendampingi mu," tuturnya untuk memberikan kekuatan membuat janda satu anak itu semakin gelisah, serta melirik kearah Merry yang berada dibalik tirai penghalang ruangan Dokter Frans agar tidak terlihat dari arah luar. Entah mengapa, ada perasaan cemburu dalam hati Merry, ketika menyaksikan sang suami begitu dekat dengan Darin. Dadanya seakan-akan bergemuruh, jantungnya berdegup kencang, bahkan kepalanya semakin
Matahari bersinar terang, menyapa penthouse yang sedikit berbeda diarea Blacktown Hospital Sydney. Tidak ada suara orang berbicara, tak ada tanda-tanda bahwa suasana tengah berada di sebuah rumah sakit. Yang kini hanya terasa bentuk kemewahan dan kenyamanan tak mampu diungkapkan dengan kata-kata. Sejak bertemu dengan Bima dan Sandra satu minggu yang lalu, membuat Darin semakin tampak tengah menelan satu kekecewaan. Bagaimana tidak, pria yang belum menggugatnya selama dua tahun perpisahan mereka, harus membawa sang kekasih menemui Dokter Frans ketika mereka telah selesai melakukan pemeriksaan. Hancur, sakit, ketika Darin berpapasan dengan Bima membawa Sandra dengan wajah yang tampak serba salah. Begitu banyak pertanyaan-pertanyaan yang menari-nari dalam benak mereka berdua, ketika saling berpapasan. Tidak ada senyuman, ataupun tegur sapa yang berarti kala itu. Hanya pikiran-pikiran negatif yang ada dalam benak Bima untuk sang mantan istri, begitu juga sebaliknya. Darin mengerjabkan
Mendengar suara Dokter Frans dan kepanikan beberapa suster dari dalam kamar, Merry berjalan tertatih berusaha keluar dari kamar miliknya, hanya untuk memastikan kondisi penthouse yang berada dilantai 20 Blacktown Hospital Sydney baik-baik saja. "Ada apa ini, kenapa semua terdengar seperti tengah panik ..." Merry berjalan menuju pintu kamar, kemudian membuka kenop pintu, dan melongokkan wajahnya keluar kamar dengan nafas sedikit berat, "Honey, honey!" Ia terus mencari keberadaan Reymond yang tidak tampak puncak hidungnya. Salah seorang pelayan menghampiri Merry, seraya bertanya, "Nyonya Merry, apakah Anda akan berjalan menuju kamar, Nyonya Darin? Karena hmm ... eee ... Nyonya Darin mengalami pendarahan. Saat ini tengah dilakukan tindakan." Mendengar penjelasan tentang Darin mengalami pendarahan, jantung Merry berdebar kencang. Ia takut, jika janda cantik yang tengah mengandung anaknya tersebut mengalami keguguran seperti kebanyakan ibu-ibu mengandung pada trimester pertama. Tangan M
Dengan cepat Reymond menggelengkan kepalanya, mengelak pikiran Darin tentang Merry, "Kamu bisa menanyakan pada pihak rumah sakit ini riwayat Merry Claire Jones. Karena tidak mungkin aku membuat cerita tentang sakit yang hingga saat ini tidak ada obatnya, Darin."Lagi-lagi Darin hanya menundukkan wajahnya, ia tidak menyangka wanita kuat yang selama ini mandampingi sang suami selama berada dikantor ataupun hotel tempat tinggal mereka, memiliki riwayat kesehatan yang tak kalah menyedihkan. Kembali Reymond menceritakan semua kisah masa lalunya bersama Merry setelah pernikahan mereka yang kala itu baru memasuki tahun kedua. Ketidaksukaan Keluarga Reymond terhadap Merry, membuat pria bule itu lebih memilih meninggalkan Perth Australia dan merintis karirnya sebagai seorang pengusaha muda. Benar saja, diusia 30 tahun pria bule itu berhasil mengumpulkan pundi-pundi uang untuk memiliki sebuah restoran juga hotel di Kota Sydney. Tidak mudah baginya untuk memulai, akan tetapi Merry selalu mensu