Home / Romansa / Rahim Dua Ratus Juta / Bab 1. Rahim 200 Juta

Share

Rahim Dua Ratus Juta
Rahim Dua Ratus Juta
Author: Syatizha

Bab 1. Rahim 200 Juta

Author: Syatizha
last update Last Updated: 2024-12-27 10:48:18

"Enggak sia-sia, aku menyewa rahimmu 200 juta. Ternyata kamu masih p3r4w4n dan .... " Mata lelaki itu menelisik sekujur tubuh gadis yang malam ini telah kehilangan kegadisannya. "... Cukup memuaskan," sambungnya sambil menyeringai. 

Baru kali ini, Darren merasakan berc1nt4 dengan wanita yang masih p3r4wan. Meski terlahir dari keluarga kaya raya, lelaki itu tak suka melakukan hubungan suami istri dengan banyak wanita. Dia tidak mau mengambil resiko. Takut tertular penyakit mematikan. Darren lebih memilih nikah sirri daripada berz1n4. 

Istri pertama Darren bernama Angelica, berasal dari keluarga pengusaha sudah hilang mahkotanya ketika melakukan malam pertama dengannya. Dan sudah lima tahun pernikahan, Angelica tak juga hamil. Oleh karena itu, kedua orang tua Darren menyarankan anak semata wayangnya untuk menikah lagi. Tentunya dengan gadis baik-baik. 

Sabrina menyeka lelehan air mata. Gadis malang yang dipaksa ayahnya untuk menyewakan rahim pada Darren, tak kuasa menahan isak tangis. Masih teringat jelas, permintaan ayah kandung Darren ketika menyambangi rumah mereka. 

"Kalau kamu mau menikah dengan anak saya dan memberinya keturunan, tidak hanya utang ayahmu yang lunas tapi kami juga akan memberimu uang dua ratus juta asalkan kamu terbukti masih per4wan dan bisa memberikan keturunan. Jika salah satu atau keduanya tidak ada, maka utang kalian menjadi berlipat-lipat. Kami tidak akan segan-segan menyeret kamu dan ayahmu ke penjara," ancam Sugeng Wirawan saat pertama kali bertemu dengan Sabrina. Sabrina tidak punya pilihan lain, selain meng-iya-kan permintaan Pak Sugeng. 

"Ba-baik, Tuan. Saya mau menyewakan rahim ini." Dengan berlinang air mata, Sabrina mengambil keputusan. 

"Sekarang tanda tangani surat perjanjian itu, lalu lusa kamu harus menikah dengan Darren." Pak Sugeng memberi perintah. 

Entah berapa jumlah utang Sudarso -ayah kandung Sabrina- sehingga merelakan rahim anak semata wayangnya untuk disewakan pada anak pengusaha itu. 

Pernikahan Darren dengan Angelica belum juga dikaruniai keturunan. Hal itu yang membuat pak Sugeng rela mengeluarkan dua ratus juta untuk menyewa rahim Sabrina, gadis yang dia temui di daerah perkebunan teh Bogor. 

Dua ratus juta, bagi Sabrina uang yang sangat banyak tetapi bagi keluarga Wirawan, uang segitu tidak seberapa, mengingat Jumlah kekayaan mereka mencapai trilliun-an 

"Aku ingin main lagi. Aku mau kamu yang pegang kendali. Aku ingin segera punya anak dari rahimmu." Sabrina tergagap, mendengar suara Darren. 

Sabrina tak menanggapi ucapan Darren, hanya merunduk sembari meremas selimut dengan kuat. Percintaan yang tidak didasari cinta terasa menyakitkan. Meski perlakuan dan s3ntuhan Darren sangat lembut. Namun sungguh, Sabrina tak merasakan kenikm4tan seperti yang dirasakan lelaki itu. 

"Kamu gak denger aku, Sabrina?" 

Darren mengangkat dagu Sabrina. Menyuruh memandangnya. 

"Dengar, Tuan. Ta-tapi, itu saya masih sakit," jawab Sabrina lirih. 

Darren melepaskan cekalan pada dagu gadis yang dinikahi hanya untuk mengandung dan melahirkan anaknya saja. 

"Ya sudah, kamu sekarang tidur. Besok pagi, baru kita main lagi sebelum ke rumah utama."

Sabrina bernapas lega. Paling tidak, menjelang pagi, ia bisa beristirahat tanpa gangguan Darren. 

---

"Tuan, boleh saya bertanya?" ucap Sabrina ketika mereka berada di dalam mobil mewah yang mengantarkan ke rumah utama. 

"Boleh. Tanya saja," jawab Darren santai. Hatinya begitu bahagia. Beban di kepala seolah terlepas jika selesai meny3ntuh tubuh Sabrina. 

"Ka-kalau saya udah hamil, udah melahirkan, pernikahan ini akan berakhir?" 

Sabrina sangat berhati-hati. Dia takut pertanyaannya menyinggung perasaan Darren. 

"Menurut orang tuaku begitu. Bukannya kamu udah tanda tangani surat kontrak perjanjian?" 

Darren menoleh, menatap wanita yang telah sah menjadi istri keduanya. 

Sabrina mengangguk, "Iya." Sebulir air mata lolos membasahi wajah. 

Mereka memang belum bisa saling mencintai. 

Kesedihan Sabrina bukan karena berakhir pernikahan mereka akan tetapi Sabrina merasa berdosa sudah mempermainkan ikatan pernikahan. 

Darren merangkul pundak Sabrina. "Apa yang membuatmu menangis, Sabrina?"

Sabrina menyeka lelehan air mata. Menarik napas panjang. 

"Saya ... Saya gak mau mempermainkan pernikahan ini. Saya tau, pernikahan ini terpaksa dan dipaksa. Tapi, apa enggak bisa pernikahan ini tetap bertahan walaupun saya sudah memberimu keturunan?" 

Darren tidak langsung menjawab. Ia menelan saliva. Menghela napas berat. 

"Apa yang membuatmu ingin tetap mempertahankan pernikahan kita? Apa kamu ... kamu udah jatuh cinta padaku?" 

Darren mengerlingkan sebelah mata, senyum manis terlihat di wajah tampannya. Ia berusaha menggoda Sabrina. 

"Bukan. Bukan begitu, Tuan." Sabrina menggelengkan kepala berulang kali. 

"Lalu?" Sebelah alis Darren terangkat. 

"Saya ... saya gak mau pernikahan kontrak. Dalam keyakinan saya, pernikahan kontrak hukumnya haram. Maafkan saya, sebelumnya gak baca dulu surat perjanjian itu. Baru tadi saya membaca dengan teliti. Saya minta maaf, Tuan."

Sabrina menyeka lelehan air mata dengan ujung jilbab dikenakan. 

"Oh begitu. It's oke. Kita akan mempertahankan rumah tangga ini. Tapi bagaimana dengan dua ratus juta? Bukannya dua ratus juta itu untuk menyewa rahimmu? Apa kamu akan mengembalikan uang itu kalau pernikahan kita tetap bertahan selamanya?"

Related chapters

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 2. Perempuan Kampung

    "Kalau saya mengembalikan uang itu, apakah utang ayah saya masih ada?" Sabrina balik bertanya. Hatinya sangat takut kalau utang ayahnya belum dianggap lunas. "Aku bercanda, Sabrina. Kamu gak usah mengembalikannya. Utang ayahmu juga tetap dianggap lunas meski pernikahan kita bukan pernikahan kontrak. Kamu cukup persiapkan mental, menghadapi Angelica, istri pertamaku.""Tuan sudah menikah?" Sabrina terkejut. Kedua matanya hampir melompat. "Iya. Aku udah menikah selama 5 tahun tapi istriku belum bisa kasih keturunan. Aku juga udah gak cinta dia. Makanya orang tuaku menyarankan pernikahan ini."'Astaghfirullah, ternyata aku menikah dengan suami orang,' bathin Sabrina. Sabrina menelan saliva mendengar ucapan Darren. Pandangannya beralih keluar jendela mobil, membayangkan pertemuan pertama dengan istri pertama Darren. Sabrina memejamkan kedua mata, setetes air mata lolos membasahi wajah. Kini, tanpa ia sadari dirinya adalah seorang pel4kor. Dalam hati, Sabrina berulang kali beristighfar,

    Last Updated : 2024-12-27
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 3. Nafkah Batin

    "Mama doakan saja supaya Sabrina segera hamil dan melahirkan anakku dengan selamat dan sehat," timpal Darren tidak ingin memperpanjang obrolan mereka. Darren tahu, perempuan yang berdiri di belakangnya sangat ketakutan. "Tentu saja. Aku akan mendoakan supaya dia cepat hamil, cepat melahirkan dan cepat pergi dari rumah ini." Ibu Renata melengos, pergi meninggalkan Darren dan Sabrina bersama Pak Sugeng. Sabrina menarik napas lega, walaupun ada rasa sakit di hati. Memegang dadanya yang berdebar tak karuan. "Hei, are you oke?" panggil Darren. "Hah?" Sabrina malah melongo. "Kamu takut?" Darren merundukkan sedikit kepala, ingin melihat wajah Sabrina. "I-iya. Takut banget," jawab Sabrina tersenyum miring. Darren terkekeh, meraih telapak tangan anak gadis pak Sudarso. "Enggak usah takut. Aku tadi kan udah bilang, ada aku. Apa yang mesti kamu takutin?""Huh, apaan ada aku? Buktinya waktu Mbak Lica memukul tubuhmu, kamu diam aja," cibir Sabrina, memanyunkan bibirnya. Darren mencubit gem

    Last Updated : 2024-12-27
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 4. Pergi!

    “Kamu udah keramas? Ini masih jam empat dini hari,” ucap Darren yang belum terlelap. Mereka semalaman menikm4ti kebersamaan sebagai sepasang suami istri. Pernikahan yang awalnya terpaksa dan dipaksa, kini Sabrina mulai bisa menerima Darren sebagai suaminya.“Aku mau sholat dulu,” jawab Sabrina sambil mengeringkan rambut.Mendengar jawaban Sabrina, Darren tercenung sejenak. Sudah lama sekali Darren tidak menjalankan kewajibannya.Dulu, sewaktu masih ada almarhumah neneknya dari pihak Pak Sugeng, neneknya selalu menyuruh Darren melaksanakan sholat.“Aku mau sholat Subuh juga.” Darren beranjak dari tempat tidur, berjalan cepat ke toilet, tidak menghiraukan tatapan heran Sabrina.Usai mandi besar, Darren mengenakan pakaian dan sarung untuk sholat Subuh. Sabrina sudah mengenakan mukena, duduk di atas sajadah.Hati Sabrina sangat bahagia karena Darren rupanya bisa melaksankan sholat bahkan bacaan Al-Quran-nya cukup bagus. Sabrina memanjatkan doa, mengucapkan rasa syukur. Pernikahan yang ter

    Last Updated : 2024-12-27
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 5. Tugasmu Melayaniku

    Tubuh Sabrina bergetar dibentak dan diusir Ibu Renata. Sebulir air mata berhasil lolos dari kelopak matanya. Dalam hati, Sabrina berkata, 'Betapa hinanya aku. Andai saja ayah enggak punya utang pada mereka, aku tak sudi menyewakan rahim ini. Meski sekarang aku mulai merasa nyaman berada di dekat tuan Darren.'"Sabrina, kamu tuli? Pergi dari sini! Kalau mau sarapan, ke belakang. Bersama pembantu kami," sambung Ibu Renata semakin tinggi intonasi suaranya. "Ma, Sabrina istriku. Dia berhak sarapan di sini. Oh ya, aku sampe lupa. Aku udah merobek surat perjanjian nikah kontrak kami. Aku dan Sabrina udah bukan nikah kontrak lagi, Ma, Pa." Darren begitu tenang menyampaikan perihal pernikahannya pada Ibu Renata dan Pak Sugeng. Tentu saja, kedua orang tua itu sangat terkejut, kedua mata mereka membesar. "Jangan g1la kamu, Darren! Kamu mau menjadikan wanita kampungan itu istri sah-mu?" Ibu Renata tak percaya dengan penjelasan Darren. Namun, lelaki yang sudah dua kali menikah itu tetap tenang.

    Last Updated : 2024-12-27
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 6. Masakannya Lezat

    Sabrina bingung menjawab. Ia tak ingin dianggap wanita tak tahu diri di rumah ini apalagi ibu Renata sudah sangat jelas tidak menyukainya. Tidak hanya ibu Renata, Pak Sugeng dan Angelica pun tidak menyukainya. Darren merasa kasihan melihat istrinya. Merangkul pundak Sabrina dan mengecup pelipisnya mesra. "Kamu jangan takut. Di sini ada aku. Aku tau, tadi Mama menegurmu. Jangan kamu ambil hati. Mama begitu, karena belum tau siapa kamu. Aku yakin, kalau mama udah kenal baik kamu, mama akan menyukaimu," sambung Darren berkata pelan. "Kalau begitu, izinkan aku berusaha mengambil hati Nyonya Renata. Aku punya keahlian memasak. Insya Allah Nyonya akan menyukainya."Darren menghela napas berat. Berpikir sejenak lalu menganggukkan kepala. "Ya sudah kalau itu maumu."Senyum Sabrina mengembang seraya mengucapkan terima kasih. Ia sangat bahagia karena diberi kesempatan untuk mengambil hati ibu mertua. Darren duduk di kursi dapur, memerhatikan istrinya yang tengah memasak bersama beberapa as

    Last Updated : 2024-12-27
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 7. Ikut Saya!

    "Mbok yakin? Kalau perempuan kampung itu yang masak makanan ini?" Angelica menyela. Tak percaya jika lauk pauk yang terhidang di atas meja dibantu oleh Sabrina, istri kedua suaminya. "Yakin, Nyonya."Mbok Darmi menjawab sembari merundukkan kepala. Ibu Renata menelan saliva, lalu menghela napas berat. "Sudah, kamu boleh pergi dari sini.""Baik, Nyonya besar. Permisi."Mbok Darmi pergi dari ruang makan. Keluarga itu melanjutkan suapannya. Tampak sekali Ibu Renata menikmati hasil masakan menantu barunya itu. "Angelica, harusnya kamu juga pandai memasak. Lihat si Sabrina, walaupun dia perempuan kampung, tapi bisa memasak masakan selezat ini."Ucapan yang baru saja meluncur dari mulut Ibu Renata membuat semua mata orang yang ada di ruangan itu beralih padanya. Angelica tersinggung, menghela napas berat agar emosinya tidak membuncah."Terus, aku harus bisa masak juga? Gitu maksud Mama?" "Iya dong!" Jawab Ibu Renata meletakkan alat makan di sisi kanan dan kiri piring. "Meskipun kamu wani

    Last Updated : 2024-12-27
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 8A. Istri Keduaku

    Air mata Sabrina tak dapat tertahankan. Ia menangis dibentak ibu mertua. Sorot mata Ibu Renata yang tajam membuat nyali Sabrina semakin ciut. Baru saja tadi siang hati Sabrina bahagia karena wanita tua itu menyukai masakannya. Sekarang Ibu Renata berbuat kasar, mencekal pergelangan tangan sangat kuat bahkan Darren tidak mampu melepaskan cekalan tangan wanita yang telah melahirkannya itu. "Ma, tolong kasihani Sabrina. Dia enggak punya salah apa-apa. Kenapa Mama kasar sekali padanya?"Baru kali ini, Darren berbicara dengan intonasi suara cukup tinggi. Pandangan Ibu Renata beralih pada anak semata wayangnya. Dahi mengkerut, heran akan sikap Darren. "Kamu berani membentak Mama, Darren?" Pertanyaan Ibu Renata sarat penekanan. Darren menelan saliva, menghela napas panjang agar emosinya dapat terkontrol. "Maaf, Ma. Bukan maksudku ngebentak Mama. Tapi, Mama mau bawa kemana Sabrina? Kalau Mama mau ngajak dia pergi, silakan. Cuma jangan kasar begini, Ma. Kasihan Sabrina, dia ketakutan." Se

    Last Updated : 2025-01-08
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 8B. Istri Keduaku

    Tiba di halaman rumah Wirawan, Darren rupanya duduk di kursi teras, menunggu kedatangan mobil yang membawa istri dan ibunya. Melihat kendaraan mewah itu memasuki halaman rumah, Darren berdiri, berjalan cepat menghampiri. Ingin memastikan kondisi Sabrina. "Ngapain kamu, Darren?" tanya Ibu Renata saat keluar dari dalam mobil."Sabrina baik-baik saja, Ma? Mama enggak apa-apain dia kan, Ma?" Terlihat sekali kecemasan dari nada bicara anak semata wayangnya. "Bicara apa kamu? Sabrina enggak kenapa-napa. Masuk sana! Jangan ganggu Sabrina seharian ini karena dia, Mama suruh membuat cake!"Kening Darren mengkerut mendengar ucapan mamanya. Sebelumnya Darren sudah berpikiran buruk tentang Ibu Renata. "Mem-membuat cake?"Ibu Renata enggan menjawab pertanyaan Darren. Wanita itu masuk ke dalam rumah. Pandangan Darren beralih pada Sabrina yang keluar dari dalam mobil sambil membawa beberapa belanjaan bersama supir. "Sabrina! Sabrina kamu baik-baik saja?" Darren memegang kedua pundak istrinya.

    Last Updated : 2025-01-08

Latest chapter

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 72. Di Hotel

    Lelaki yang duduk di samping Angelica berbisik. Angelica terkejut, menelan saliva, menghela napas berat. Ia tak langsung menjawab, pura-pura tak mendengar. Angelica memerhatikan penampilan sendiri. Ia tak mengenakan pakaian s3ksi, pakaiannya justru tertutup dan longgar. Tapi, kenapa lelaki yang duduk di sampingnya bertanya demikian?"Jangan pura-pura enggak dengar. Aku tau, kamu wanita peliharaan Mami Veni."Sontak, Angelica mendongak, menoleh dan memicingkan kedua mata menatap lelaki yang tengah menyeringai. "Ba-bagaimana kamu tau?" tanya Angelica heran. "Aku pernah melihatmu waktu nganterin si Bos. Kata si Bos, kamu sangat lezat. Kamu tenang saja, walaupun aku anak buah si Bos. Tapi, aku sehat. Aku banyak uang. Aku bisa membayarmu lebih besar dari si Bos. Permainanku juga sangat lembut. Enggak kayak si Bos," jelas lelaki sangat pelan tapi terdengar jelas di telinga. Angelica baru ingat lelaki yang duduk di sampingnya itu. Dia adalah lelaki yang mengantar klien terakhirnya ke kama

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 71B. Tarifnya Berapa?

    Bibir Angelica tersenyum lebar. Lelaki yang pernah dirindukannya itu kini telah menghubunginya kembali. Tanpa berpikir panjang, Angelica menghubungi nomor tersebut. "Andre? Benar kamu Andre?" tanya Angelica saat sambungan telepon berlangsung. "Hai, Sayang. Benar, ini aku Andre. Bagaimana kabarmu? Apa kamu baik-baik saja?" Senyum lebar yang sebelumnya menghiasi wajah Angelica, seketika mengerucut. Ia menarik napas panjang, duduk di sisi ranjang sembari menahan rasa sakit.Angelica tak langsung menjawab, ia tak mau menceritakan tentang yang dialaminya saat ini. Andre pasti curiga kalau ia bercerita. "Hm ... tentu saja kabarku enggak baik. Aku enggak baik karena kehilanganmu, Dre. Kamu kemana aja sih, Sayang? Kenapa ninggalin aku? Kamu tau, aku sekarang udah bercerai dengan Darren. Kita bisa bersama, Sayang."Andre dan Regina yang saat ini sedang di salah satu rumah sewa daerah Jakarta tersenyum mengejek. Lelaki itu sengaja meloudspeaker obrolannya agar ibu Regina mendengar. "Iya, S

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 71A. Pesan Singkat

    "Darren!" Panggilan keras ibu Renata membuat Darren dan Sabrina terkejut setengah mati. Mereka langsung duduk berjauhan, menoleh ke belakang. Ibu Renata berdiri melipat kedua tangan di depan d4da, menatap nyalang mereka berdua. Sabrina berdiri, tubuhnya gemetar. Sementara Darren, bersikap santai meski sebelumnya terkejut. "Ma, kalau manggil jangan teriak-teriak. Lihat tuh Sabrina, dia sampe kaget. Sayang, calon anak kita enggak kaget 'kan?" tanya Darren mengelus perut istriya yang belum terlihat membuncit. "Hah? Eng-enggak, Mas." Terbata-bata menjawab pertanyaan sang suami. "Kalian ini, malah mesra-mesaraan di depan anak-anak. Enggak baik!" tandas ibu Renata mengingat tadi Darren mendekatkan bibirnya ke pipi sebelah kiri Sabrina. Dipikir, Darren akan menc1um Sabrina padahal hanya berbisik. "Mama suuzhon. Aku tadi bukan mesra-mesaraan. Aku cuma bisikin Sabrina saja.""Halah, alasan. Sekarang kita pulang! Mana Papamu?" Darren mengitari sekeliling, mencari keberadaan pak Sugeng. L

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 70B. Main Dulu

    "Apa sih kamu, Re? Udah deh, aku belum kepikiran cari suami lagi. Nanti ajalah. Aku sekarang lagi mikirin keberadaan Angelica. Entah di mana dia?" Ibu Anita masih memikirkan anak yang sudah tidak menganggapnya sebagai seorang ibu. Ibu Renata menarik napas panjang, menatap lekat ibu Anita yang duduk berhadapan dengannya. "Kamu mau ajak dia tinggal di rumahmu lagi?" telisik ibu Renata. "Enggak. Aku cuma pengen tau aja keadaannya. Sebenarnya semalam aku sempet tidur tapi cuma sebentar. Anehnya, waktu aku tidur sebentar itu, sempet-sempetnya aku mimpi." Ibu Renata yang sebelumnya agak mencondongkan tubuh ke depan, kini duduk bersandar. "Mimpi apa?""Mimpi Angelica dikerubungi buaya. Tubuhnya dilahap buaya-buaya. Dalam mimpiku, Angelica nangis sambil ketawa. Pas bangun, aku enggak bisa tidur lagi. Ya sampai sekarang, aku masih mikirin dia."Sebetulnya ibu Renata sudah dapat menerka arti mimpi ibu Anita. Mungkin arti dari mimpi itu, Angelica kembali menju4l diri lagi. Ibu Renata menye

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 70A. Dijodohin

    "Enggak," jawab ibu Anita tegas. Kepalanya menoleh, menatap pak Adyatama yang tampak terkejut mendengar jawaban ibu kandung Angelica. "Aku enggak mau jadi istrimu lagi. Aku enggak mau berumah tangga denganmu lagi. Ya, aku akui masih ada cinta dihatiku untukmu tapi maaf, untuk menjadikanmu suamiku lagi, aku enggak bisa. Aku bukan wanita bodoh seperti sebelumnya. Yang terlalu diperbudak perasaan. Aku ingin masa tuaku dipenuhi kebahagiaan dan kehidupan yang tenang," sambung ibu Anita masih menatap lelaki yang tenggorokannya seketika tersentak. Pak Adyatama pikir, ibu Anita mau diajak berumah tangga lagi dengan ucapan-ucapan manisnya. Ternyata tidak. Namun, pak Adyatama tidak menyalahkan keputusan ibu Anita. Sewajarnya jika ia tak mau berumah tangga dengannya lagi. Prilaku pak Adyatama sebelumnya sangat menyebalkan dan sering membuat ibu Anita kecewa. Perselingkuhan berulang kali, penggelapan uang perusahaan, utang di mana-mana sampai akhirnya perusahaan dan rumah miliknya diambil alih k

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 69B. Ingin Rujuk

    "Anita, aku sangat menyesal. Tolong maafkan aku. Aku janji, enggak akan selingkuh lagi. Enggak akan menikah lagi. Aku janji," bujuk pak Adyatama pada wanita yang kini duduk di kursi teras panti asuhan.Niat ibu Anita datang ke panti asuhan ini, ingin menghibur diri bertemu dengan anak-anak. Yang terjadi justru bertemu dengan lelaki yang semalam ia rindukan sekaligus lelaki yang telah membuatnya kecewa. Entah mesti bahagia atau marah bertemu dengan lelaki yang tega mengkhianati cintanya berulang kali. "Angelica di mana? Apa dia bersamamu?" Ibu Anita mengabaikan permohonan maaf dan janji yang diucapkan Adyatama. Ia justru teringat anak semata wayangnya. Meski Angelica sering menyakiti hati tapi sebagai seorang ibu, Anita selalu merindukan. "Angelica? Dia enggak ikut bersamaku. Aku enggak tau dia ada di mana." Jawaban Adyatama membuat ibu Anita terkejut. Dia pikir Angelica bersama Adyatama selama ini. Ibu Anita menoleh, dahinya melipat, kedua mata memicing. "Lho, bukannya dia bersama

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 69A. Babon

    Ibu Anita turun dari mobil. Begitu ibu Anita menoleh ke belakang, kedua matanya membeliak. Sebelumnya ia tak membayangkan dapat bertemu dengan pak Adyatama. Terkejut, melihat pak Adyatama tengah berdiri di samping pak Sugeng. Debaran jantungnya begitu cepat. Keringat dingin membasahi kedua tangan. Ibu Anita menelisik penampilan suaminya dari ujung kepala hingga ujung kaki. 'Kenapa dia ada di sini? apa Renata yang menyuruhnya datang?'Ibu Renata melenggang, menghampiri sahabatnya yang masih mematung di depan pintu mobil. Dia tahu kalau ibu Anita pasti tak menyangka ada pak Adyatama di panti itu. "Anita, bukan aku yang nyuruh dia datang ke sini. Sebelum aku datang, dia sudah ada di sini. Katanya, dia tersesat."Seolah mendengar pikiran ibu Anita, ibu Renata berbisik tepat di depan telinga sahabatnya itu. Ibu Anita menghela napas berat. "Jangan berdiri di sini, kita ke sana. Aku juga enggak tau gimana ceritanya dia sampai tersesat. Entahlah, aku gak terlalu percaya sama si Ady. Tadi d

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 68B. Melarang

    Kendaraan yang ditumpangi keluarga Wirawan dan mobil box memasuki halaman panti asuhan. Anak-anak panti sudah berbaris rapi di depan teras, menyambut kedatangan keluarga pemilik panti ini.Dulu, panti asuhan itu berada di gedung yang di dalam hutan. Namun, gedung itu disuruh dikosongkan karena tanah tersebut masih sengketa. Oleh pak Sugeng dipindahalihkan ke gedung yang sekarang yang dahulunya milik keluarga berasal dari Belanda."Selamat datang, Pak Sugeng, Ibu Renata, dan Pak Darren," sapa pak Soleh ketika keluarga Wirawan turun dari mobil. "Pak Soleh, ini menantu kami. Namanya Sabrina." Ibu Renata menunjuk Sabrina. Anak pak Sudarso itu melipat kedua telapak tangan di depan d4d4. "Saya Sabrina.""Solehudin. Selamat datang, Mbak Sabrina.""Terima kasih, Pak."Pak Soleh bahagia melihat menantu ibu Renata yang sekarang. Lebih terlihat sopan dan ramah. Tidak seperti menantu sebelumnya. Datang ke panti hanya sebentar saja dan pulang lebih dulu dari pada mereka. "Silakan masuk. Acarany

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 68A. Terhibur

    Dua mobil telah keluarga dari kediaman keluarga Wirawan. Satu mobil ditumpangi keluarga tersebut. Satu mobil lagi, berupa mobil box yang isinya bingkisan untuk anak-anak panti dan pengurusnya. Sepanjang jalan menuju panti asuhan, Sabrina hanya diam saja. Wajahnya terlihat bersedih. “Sabrina?” panggil ibu Renata yang duduk di jok penumpang bersama pak Sugeng.Sabrina yang duduk di samping Darren, menoleh.“Iya, Ma?” Darren yang mengemudi pun melihat mamanya dari kaca spion depan. “Apa yang kamu pikirkan, Sabrina? Apa kamu lagi mikirin Bapakmu?” tanya ibu Renata yang mencemaskan keadaan menantunya. Ibu Renata tidak ingin Sabrina terlalu banyak pikiran sebab sedang mengandung cucu keluarga Wirawan. “Enggak, Ma. Saya enggak mikirin apa-apa.”Sabrina berusaha menutupi yang dipikirkannya. Andai mereka tahu, Sabrina saat ini ingin sekali bertemu dengan Jessica. Biar bagaimana pun, Jessica adalah saudara Sabrina satu-satunya. “Sukurlah. Mama harap, kamu enggak lupa kalau di dalam rahim

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status