Beranda / Romansa / Rahim Dua Ratus Juta / Bab 5. Tugasmu Melayaniku

Share

Bab 5. Tugasmu Melayaniku

Penulis: Syatizha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-27 10:50:36

Tubuh Sabrina bergetar dibentak dan diusir Ibu Renata. Sebulir air mata berhasil lolos dari kelopak matanya. Dalam hati, Sabrina berkata, 'Betapa hinanya aku. Andai saja ayah enggak punya utang pada mereka, aku tak sudi menyewakan rahim ini. Meski sekarang aku mulai merasa nyaman berada di dekat tuan Darren.'

"Sabrina, kamu tuli? Pergi dari sini! Kalau mau sarapan, ke belakang. Bersama pembantu kami," sambung Ibu Renata semakin tinggi intonasi suaranya. 

"Ma, Sabrina istriku. Dia berhak sarapan di sini. Oh ya, aku sampe lupa. Aku udah merobek surat perjanjian nikah kontrak kami. Aku dan Sabrina udah bukan nikah kontrak lagi, Ma, Pa." Darren begitu tenang menyampaikan perihal pernikahannya pada Ibu Renata dan Pak Sugeng. Tentu saja, kedua orang tua itu sangat terkejut, kedua mata mereka membesar. 

"Jangan g1la kamu, Darren! Kamu mau menjadikan wanita kampungan itu istri sah-mu?" Ibu Renata tak percaya dengan penjelasan Darren. Namun, lelaki yang sudah dua kali menikah itu tetap tenang. Ia justru menggenggam telapak tangan Sabrina. 

"Iya, Ma. Meskipun Sabrina wanita kampungan, tapi aku mencintainya. Aku jatuh cinta padanya saat pertama kali bertemu." Tanpa rasa malu, Darren mengungkapkan perasaannya. Sabrina menoleh, memandang wajah suaminya dengan lekat. Lelaki yang sebelumnya dia pikir, berperangai buruk ternyata mau membela dan menentang Ibu Renata. 

"Darren, Papa dan Mama menikahkanmu dengan Sabrina hanya sampai Sabrina melahirkan anakmu saja, bukan karena kami setuju kamu punya istri seperti dia, Darren. Kami hanya ingin memiliki cucu dari darah dagingmu. Hanya itu saja. Jadi, kalau Sabrina sudah melahirkan anakmu, kalian harus bercerai. Sabrina, kamu masih ingat isi perjanjian nikah kontrak 'kan?"

Pak Sugeng lebih tenang bicaranya. Tidak meledak-ledak seperti Ibu Renata walau sangat terkejut mendengar pengakuan dari anak tunggalnya. 

Sabrina merunduk, tidak memberikan jawaban berupa kata-kata atau isyarat. 

"Dasar wanita kampungan! Jadi sekarang kamu udah ngehasut Darren supaya pernikahan kalian resmi? Iya?" 

Pagi itu, di rumah keluarga Wirawan benar-benar terjadi keributan. Darren terdiam, tidak ingin menjawab pertanyaan sang ibu. 

"Darren jawab!" sentak Ibu Renata. Bukannya menjawab, Darren justru menggenggam telapak tangan Sabrina, lalu berdiri. 

"Kalau Mama enggak mau melihat Sabrina satu meja saat sarapan atau makan, aku akan membawanya pergi dari rumah ini."

Semakin terkejut kedua orang tua itu. Mulut Ibu Renata menganga lebar, begitu pula Pak Sugeng. Tidak menyangka kalau anak semata wayang mereka berani membantah dan melawan. 

"Darren, kamu mau kemana? Tunggu Darren!" Ibu Renata mengejar Darren yang menggenggam telapak tangan Sabrina. 

"Jangan pergi dari rumah ini. Kamu anak kami satu-satunya!" Ibu Renata mengiba, menatap anak dan menantunya. Sabrina bersembunyi di balik punggung Darren. Takut menghadapi Ibu Renata dan Pak Sugeng. 

"Darren, sudahlah. Jangan diperpanjang masalah ini. Kalau kamu mau Sabrina sarapan bersama kami, silakan. Ma, ayok kita sarapan!"

Pak Sugeng berusaha menengahi. Tidak ingin Darren pergi dari rumah. Ibu Renata pun pasrah, tak ingin membahas masalah menantu barunya. 

Usai sarapan, Sabrina membantu asisten rumah tangga membersihkan piring. Sementara Darren, diajak ngobrol Pak Sugeng di ruang kerja. Kesempatan itu dimanfaatkan Ibu Renata menegur Sabrina. Dia mengira kalau Sabrina-lah yang menghasut anaknya agar membatalkan perjanjian nikah kontrak. 

"Sabrina, sini kamu! Saya ingin bicara! Sini!" Sabrina terkejut, tangannya dicekal kuat Ibu Renata. Ibu mertuanya itu mengajak Sabrina ke belakang rumah, tidak ingin pembicaraannya nanti didengar oleh Darren. 

"Ada apa, Nyonya? Ada apa?" tanya Sabrina meringis menahan rasa sakit pada lengannya. 

"Ada apa, ada apa? Kamu kan, yang menyuruh Darren membatalkan pernikahan kontrak itu? Kamu juga yang minta Darren mengajakmu sarapan satu meja bersama kami? Ngaku!"

Tubuh Sabrina bergetar dibentak Ibu mertuanya. Kepala yang tertutup hijab itu merunduk, jari jemarinya saling mer3mas. 

"Eng-enggak, Nyonya. Sa-saya enggak minta sarapan satu meja dengan Nyonya," jawab Sabrina merunduk. Ia hanya menjawab pertanyaan kedua, tidak mau menjawab pertanyaan pertama Ibu Renata. 

"Masa? Saya gak percaya. Sabrina, pokoknya kalau kamu udah kasih anak ke Darren, kamu harus pergi dari rumah ini meskipun Darren tidak menceraikanmu, Ngerti?" Ibu Renata mendorong bahu Sabrina. Wanita itu memejamkan kedua mata, lalu menganggukkan kepala. 

"Kalau kamu sampe ingkar janji, saya enggak akan segan-segan memenjarakan ayahmu." Ancaman Ibu Renata membuat Sabrina mendongakkan kepala. Mulutnya menganga lebar dengan kening mengkerut. 

"Nyonya, jangan penjarakan ayah saya. Saya mohon."

"Makanya kamu jangan bertingkah! Jangan banyak tingkah! Kamu juga enggak boleh terlalu dekat dengan Darren. Tugasmu hanya mengandung benih Darren dan melahirkan cucu kami."

Kedua mata Sabrina terpejam, menganggukkan kepala. Tidak ada pilihan lain selain mengiyakan permintaan Ibu Renata. 

Tanpa menunggu tanggapan Sabrina, Ibu Renata meninggalkannya berdiri di belakang rumah. Tubuh Sabrina luruh ke atas lantai, menangis tersedu-sedu. Memikirkan nasib yang tengah dijalani. 

"Sabrina, kamu ngapain di sini?" Sabrina mendongak, mendengar suara Darren yang berada di sampingnya. Penuh kasih sayang, Darren berusaha membantu Sabrina berdiri namun dengan lembut, Sabrina menepis kedua tangan Darren. 

"Maaf, Tuan. Saya mau membantu si Mbok masak dulu. Permisi."

Baru saja hendak masuk ke dalam rumah, Darren menarik pinggang ramping istrinya. Lalu, menumpu dagu di atas pundak Sabrina. 

"Ngapain kamu masak? Tugasmu hanya melayaniku, Sabrina."

Bab terkait

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 6. Masakannya Lezat

    Sabrina bingung menjawab. Ia tak ingin dianggap wanita tak tahu diri di rumah ini apalagi ibu Renata sudah sangat jelas tidak menyukainya. Tidak hanya ibu Renata, Pak Sugeng dan Angelica pun tidak menyukainya. Darren merasa kasihan melihat istrinya. Merangkul pundak Sabrina dan mengecup pelipisnya mesra. "Kamu jangan takut. Di sini ada aku. Aku tau, tadi Mama menegurmu. Jangan kamu ambil hati. Mama begitu, karena belum tau siapa kamu. Aku yakin, kalau mama udah kenal baik kamu, mama akan menyukaimu," sambung Darren berkata pelan. "Kalau begitu, izinkan aku berusaha mengambil hati Nyonya Renata. Aku punya keahlian memasak. Insya Allah Nyonya akan menyukainya."Darren menghela napas berat. Berpikir sejenak lalu menganggukkan kepala. "Ya sudah kalau itu maumu."Senyum Sabrina mengembang seraya mengucapkan terima kasih. Ia sangat bahagia karena diberi kesempatan untuk mengambil hati ibu mertua. Darren duduk di kursi dapur, memerhatikan istrinya yang tengah memasak bersama beberapa as

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 7. Ikut Saya!

    "Mbok yakin? Kalau perempuan kampung itu yang masak makanan ini?" Angelica menyela. Tak percaya jika lauk pauk yang terhidang di atas meja dibantu oleh Sabrina, istri kedua suaminya. "Yakin, Nyonya."Mbok Darmi menjawab sembari merundukkan kepala. Ibu Renata menelan saliva, lalu menghela napas berat. "Sudah, kamu boleh pergi dari sini.""Baik, Nyonya besar. Permisi."Mbok Darmi pergi dari ruang makan. Keluarga itu melanjutkan suapannya. Tampak sekali Ibu Renata menikmati hasil masakan menantu barunya itu. "Angelica, harusnya kamu juga pandai memasak. Lihat si Sabrina, walaupun dia perempuan kampung, tapi bisa memasak masakan selezat ini."Ucapan yang baru saja meluncur dari mulut Ibu Renata membuat semua mata orang yang ada di ruangan itu beralih padanya. Angelica tersinggung, menghela napas berat agar emosinya tidak membuncah."Terus, aku harus bisa masak juga? Gitu maksud Mama?" "Iya dong!" Jawab Ibu Renata meletakkan alat makan di sisi kanan dan kiri piring. "Meskipun kamu wani

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 8A. Istri Keduaku

    Air mata Sabrina tak dapat tertahankan. Ia menangis dibentak ibu mertua. Sorot mata Ibu Renata yang tajam membuat nyali Sabrina semakin ciut. Baru saja tadi siang hati Sabrina bahagia karena wanita tua itu menyukai masakannya. Sekarang Ibu Renata berbuat kasar, mencekal pergelangan tangan sangat kuat bahkan Darren tidak mampu melepaskan cekalan tangan wanita yang telah melahirkannya itu. "Ma, tolong kasihani Sabrina. Dia enggak punya salah apa-apa. Kenapa Mama kasar sekali padanya?"Baru kali ini, Darren berbicara dengan intonasi suara cukup tinggi. Pandangan Ibu Renata beralih pada anak semata wayangnya. Dahi mengkerut, heran akan sikap Darren. "Kamu berani membentak Mama, Darren?" Pertanyaan Ibu Renata sarat penekanan. Darren menelan saliva, menghela napas panjang agar emosinya dapat terkontrol. "Maaf, Ma. Bukan maksudku ngebentak Mama. Tapi, Mama mau bawa kemana Sabrina? Kalau Mama mau ngajak dia pergi, silakan. Cuma jangan kasar begini, Ma. Kasihan Sabrina, dia ketakutan." Se

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 8B. Istri Keduaku

    Tiba di halaman rumah Wirawan, Darren rupanya duduk di kursi teras, menunggu kedatangan mobil yang membawa istri dan ibunya. Melihat kendaraan mewah itu memasuki halaman rumah, Darren berdiri, berjalan cepat menghampiri. Ingin memastikan kondisi Sabrina. "Ngapain kamu, Darren?" tanya Ibu Renata saat keluar dari dalam mobil."Sabrina baik-baik saja, Ma? Mama enggak apa-apain dia kan, Ma?" Terlihat sekali kecemasan dari nada bicara anak semata wayangnya. "Bicara apa kamu? Sabrina enggak kenapa-napa. Masuk sana! Jangan ganggu Sabrina seharian ini karena dia, Mama suruh membuat cake!"Kening Darren mengkerut mendengar ucapan mamanya. Sebelumnya Darren sudah berpikiran buruk tentang Ibu Renata. "Mem-membuat cake?"Ibu Renata enggan menjawab pertanyaan Darren. Wanita itu masuk ke dalam rumah. Pandangan Darren beralih pada Sabrina yang keluar dari dalam mobil sambil membawa beberapa belanjaan bersama supir. "Sabrina! Sabrina kamu baik-baik saja?" Darren memegang kedua pundak istrinya.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 9. Dinikmati Bersama

    "Enggak ada uang, Nyonya."Ibu Renata menggelengkan kepala mendengar jawaban Sabrina. "Oh iya ya. Jangankan buat kursus, buat kamu makan juga pasti susah."Sabrina tak menimpali ucapan merendahkan Ibu Renata. Tiba-tiba Darren datang sambil berdehem. Sedari tadi lelaki itu mendengar obrolan antara Ibu Renata dan Sabrina. "Darren, ngapain kamu di dapur? Ayok sana! Ayookk!"Tangan Darren ditarik paksa Ibu Renata agar menjauh dari dapur. "Ma, jangan tarik-tarik tanganku kayak gini. Aku bukan anak kecil, Ma." protes Darren berusaha melepaskan cekalan tangan wanita yang telah melahirkannya."Kamunya ngeyel!" Ibu Renata melotot, menatap anak semata wayangnya. "Sekarang kamu masuk kamar! Inget kata Mama, seharian ini jangan ganggu Sabrina! Paham, Darren?" Lagi, kedua mata Ibu Renata seperti mau melompat. Darren tersenyum menganggukkan kepala. Perintah Ibu Renata bagianya, awal mula yang baik untuk pendekatan dengan Sabrina. Darren masuk kamar, Ibu Renata kembali ke dapur. Wanita tua itu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 10A. Calon Menantu Kesayangan

    Sabrina dan kedua asisten rumah tangga ibu Renata terkejut setengah mati mendengar penuturan wanita yang sangat disegani di rumah ini. "Ma, jangan ngomong sembarangan! Mana buktinya kalau aku seperti itu?" Bukannya merasa malu, Angelica justru menentang ibu Renata. "Eh, kamu bilang aku ngomong sembarangan? Dasar menantu enggak tau diri. Masih untung kamu enggak diceraikan Darren. Kalau diceraikan, kamu pasti jadi gembel! Pergi sana! Aku enggak mau terlalu jauh lagi membongkar aib kamu. Terserah padamu, mengaku atau tidak. Pergi sana! Muak aku lihat kamu!"Caci maki meluncur deras dari mulut Ibu Renata. Angelica menghentakkan kedua kaki. Pergi meninggalkan dapur. Berjalan cepat ke dalam kamar. Hatinya benar-benar sakit diperlakukan ibu Renata. Kalau boleh jujur, Angelica sangat malu aibnya disebarluaskan di depan Sabrina yang tak lain istri kedua suaminya. Brugh!Pintu kamar dibanting keras Angelica. Wanita itu benar-benar marah. Rasanya ingin sekali Angelica membunuh wanita tua ber

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 10B. Calon Menantu Kesayangan

    Darren menghela napas berat. Ia berjongkok di samping kursi meja rias. Sabrina terkejut melihat tingkah suaminya. "Tuan, jangan jongkok di situ, kita duduk di sisi tempat tidur saja." Sabrina meraih pergelangan tangan suaminya. Ingin menuntun Darren agar berdiri, dan duduk di sisi tempat tidur. "Kalau di sini sama-sama duduk. Saya enggak enak kalau Tuan berjongkok," kata Sabrina membalas tatapan Darren. Lelaki itu kembali tersenyum, menyentuhnya lagi. "Iya, Sayang. Tadi gimana masaknya? Udah beres semua? Kamu pasti capek, Sini aku pijat tanganmu." Darren hendak meraih telapak tangan Sabrina, namun dihalau lembut oleh wanita yang telah menjadi istri kedua seorang pria bernama Darren Wirawan. "Jangan, Tuan. Saya enggak capek. Justru saya sangat senang bisa melakukan hobi saya lagi. Dan saya harap, Nyonya besar menyukai hasil masakan saya. Doain ya?" pinta Sabrina. Sikap Sabrina yang demikian membuat Darren semakin bahagia. Ia menarik tubuh Sabrina dalam dekapannya. "Iya, Sayang. Ak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 11A. I'am Strong

    Darren dan Sabrina masuk ke ruang makan. Terlihat ibu Renata dan Pak Sugeng sedang menikmati cake buatan Sabrina. "Ada apa, Ma?" Pertanyaan Darren membuat kedua orang tuanya mendongak. Menatap anak dan menantu keduanya sambil mengunyah. "Enggak ada apa-apa. Mama cuma mau nyuruh kalian makan bersama. Ayok duduk!" Ibu Renata menimpali setelah mengelap sudut bibir dengan selembar tissue. "Termasuk istri aku, Ma?" tanya Darren merangkul pundak Sabrina."Iyalah. Mama kan nyuruh kalian berdua ke sini. Emang si Mbak Tuti enggak bilang, heuh?"'Bi-bilang, Nyonya," jawab Sabrina cepat. "Ya udah, sekarang duduk, makan!"Perintah ibu Renata membuat senyum Darren mengembang. Begitu pula Sabrina, hatinya sangat bahagia karena sekarang sudah diperbolehkan makan satu meja dengan keluarga Wirawan."Heiii ... kenapa ada perempuan kam-pung di ruang makan? Astaga, bisa banyak kuman!" Suara Angelica yang menggelegar membuat orang-orang yang ada di meja makan terkejut. Mereka sontak mendongak, kecua

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09

Bab terbaru

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 14. Tampan

    Menurut Mbok Darmi, meskipun Sabrina hanya dinikahi secara kontrak tetapi wanita itu tetaplah majikannya. Mbok Darmi dan Mbak Tuti terkadang merasa tak enak hati jika Sabrina ikut berkutat di dapur. "Enggak apa-apa, Mbok. Saya kan di sini cuma istri sewaan. Kalau nanti saya udah hamil, udah melahirkan, mungkin Tuan Darren akan menceraikan saya.""Enggak akan!" Sebuah suara menyentak tiga wanita yang duduk di atas kursi itu. Mereka menoleh, lalu berdiri setengah membungkuk. Rupanya Darren berdiri di dekat pintu masuk dapur."Aku sudah katakan padamu berulang kali, kamu akan menjadi istriku selamanya." Sangat tegas, Darren mengungkapkan kalimat itu. Sabrina mengangguk sembari menimpali, "Iya, Tuan."Dua kata itu terdengar meragukan. Namun, Darren tidak mau memperpanjang ketegasannya. Ia berlalu, meninggalkan dapur. Kedua asisten rumah tangga Wirawan menghela napas. Sebelah tangan Mbok Darmi menyentuh pundak Sabrina. "Kamu enggak boleh mengatakan itu lagi, Nduk. Mungkin Tuan Darren b

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 13B. Istri Selamanya

    "Pers3tan! Aku enggak peduli!" sela Darren sengit. "Aku heran sama Mama. Harusnya Mama lebih malu punya menantu yang suka s3lingkuh! Kalau aku dan Angelica bercerai, berarti ada yang salah dalam diri wanita itu! Aku juga punya beberapa bukti berupa rekaman video pers3lingkuhan Angel! Mama enggak usah khawatir nama baik keluarga Wirawan akan buruk kalau aku ceraikan dia!" Darren tak mau kalah. Menimpali terus ucapan mamanya. Mereka berdebat menjelang tengah malam. Kedua tangan ibu Renata mengepal. Napasnya turun naik menahan emosi yang ingin meluap. Jika tidak ingat Darren bukan anak tunggalnya, mungkin malam ini juga Darren akan diusir dari rumah. "Mama enggak setuju kalau kamu ceraikan si Angelica dan pertahankan Sabrina! Titik!" Sorot mata Ibu Renata begitu tajam. Tanpa menunggu tanggapan Darren, Ibu Renata pergi meninggalkan lelaki itu. Darren mengacak rambut kesal. Pandangannya lurus ke depan. Ia tak mungkin terus-menerus mengikuti kemauan mamanya. Darren harus mengambil sikap.

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 13A. Istri Selamanya

    Sabrina tertunduk lesu mendengar pertanyaan suaminya. Ingin bercerita tapi takut Darren melabarak Angelica dan pada akhirnya dia sendiri yang mendapat masalah. Angelica bicaranya sangat kasar. Akan tetapi, Sabrina pun sadar diri bahwa kedatangan dirinya di rumah ini, tentu saja menyakiti hati istri pertama Darren. "Maaf, Tuan. Saya baik-baik saja. Mungkin karena seharian ini kecapekan. Maaf ya, Tuan," kilah Sabrina memaksakan bibirnya untuk tersenyum. Memang benar, seharian ini Sabrina berkutat di dapur. Belum lagi sebelumnya diajak ibu Renata ke swalayan. Mungkin benar yang dikatakan Sabrina. Wanita itu tidak punya masalah dengan siapa-siapa, tidak diganggu Angelica. Darren menarik napas panjang. Lalu, berkata, "Istirahatlah!" titah Darren. Kemudian meneguk segelas susu cokelat hangat, keluar kamar. Sabrina tak berani bertanya hendak kemana suaminya itu. Dia sudah meringkuk di atas tempat tidur. Berusaha memejamkan kedua mata. Mengingat kembali aktivitas seharian ini. Senyum Sabr

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 12. Berubah Masam

    Angelica menjambak rambut dengan keras. Wanita itu benar-benar frustasi menghadapi keluarga Wirawan terutama Darren. Meskipun di dalam hati Angelica sudah tidak ada lagi cinta pada Darren tetapi ia tidak terima jika suaminya menikah lagi. Angelica bangkir, keluar kamar, hendak ke ruang meja makan. Kepalanya tengok kanan dan kiri. Khawatir ada orang yang memergoki. Sebenarnya hati Angelica mengakui kalau masakan Sabrina sangat lezat. Jika tidak karena gengsi, sewaktu makan malam bersama tadi, dia pasti nambah berulang kali.Dirasa mulai aman, Angelica mengendap-endap masuk ke ruangan itu. Melihat lauk pauk yang tersaji di atas meja, ia menelan air liur. Angelica mengambil piring dengan gerakan cepat. Tidak hanya makan dengan lauk pauk. Angelica juga sempat mencicipi cake dan brownis hasil buatan Sabrina. "Nona Angelica."Sebuah suara dari arah belakang membuat Angelica berhenti mengunyah. Ragu, ia menoleh ke belakang. "Ngapain kamu malam-malam ke dapur? Mau makan lagi? Enak ya, jadi

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 11B. I'am Strong

    "Terima kasih atas masakannnya. Aku senang melihat Renata makan dengan sangat lahap. Sudah lama sekali dia tidak makan sebanyak tadi. Terima kasih," ujar Pak Sugeng yang sangat mencintai istrinya. Sabrina tersenyum tipis, menganggukkan kepala. "Sama-sama, Tuan besar."Hanya kalimat itu yang terucap dari Sabrina. Ia masih merasa canggung dan takut menghadapi Ibu Renata dan pak Sugeng. Hanya Darren yang sudah membuatnya nyaman. Sabrina menarik napas lega ketika Pak Sugeng meniggalkan ruang meja makan. Darren terkekeh melihat sikap sang istri. "Tuan, ngetawain saya?" tanya Sabrina dengan polosnya. Kekehan kecil itu terhenti melihat bibir Sabrina yang cemberut. "Kalau iya kenapa? Kamu mau menc1umku? Nih! Mau pipi kanan atau pipi kiri? Oh atau mau ini!" Darren sengaja memonyongkan bibirnya ke depan sembari memejamkan kedua mata. Sabrina terkekeh melihat raut wajah suaminya. "Hehehe ... Tuan, apa-apaan sih?" timpal Sabrina memalingkan wajah Darren ke sisi lain. Darren meraih kedua tel

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 11A. I'am Strong

    Darren dan Sabrina masuk ke ruang makan. Terlihat ibu Renata dan Pak Sugeng sedang menikmati cake buatan Sabrina. "Ada apa, Ma?" Pertanyaan Darren membuat kedua orang tuanya mendongak. Menatap anak dan menantu keduanya sambil mengunyah. "Enggak ada apa-apa. Mama cuma mau nyuruh kalian makan bersama. Ayok duduk!" Ibu Renata menimpali setelah mengelap sudut bibir dengan selembar tissue. "Termasuk istri aku, Ma?" tanya Darren merangkul pundak Sabrina."Iyalah. Mama kan nyuruh kalian berdua ke sini. Emang si Mbak Tuti enggak bilang, heuh?"'Bi-bilang, Nyonya," jawab Sabrina cepat. "Ya udah, sekarang duduk, makan!"Perintah ibu Renata membuat senyum Darren mengembang. Begitu pula Sabrina, hatinya sangat bahagia karena sekarang sudah diperbolehkan makan satu meja dengan keluarga Wirawan."Heiii ... kenapa ada perempuan kam-pung di ruang makan? Astaga, bisa banyak kuman!" Suara Angelica yang menggelegar membuat orang-orang yang ada di meja makan terkejut. Mereka sontak mendongak, kecua

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 10B. Calon Menantu Kesayangan

    Darren menghela napas berat. Ia berjongkok di samping kursi meja rias. Sabrina terkejut melihat tingkah suaminya. "Tuan, jangan jongkok di situ, kita duduk di sisi tempat tidur saja." Sabrina meraih pergelangan tangan suaminya. Ingin menuntun Darren agar berdiri, dan duduk di sisi tempat tidur. "Kalau di sini sama-sama duduk. Saya enggak enak kalau Tuan berjongkok," kata Sabrina membalas tatapan Darren. Lelaki itu kembali tersenyum, menyentuhnya lagi. "Iya, Sayang. Tadi gimana masaknya? Udah beres semua? Kamu pasti capek, Sini aku pijat tanganmu." Darren hendak meraih telapak tangan Sabrina, namun dihalau lembut oleh wanita yang telah menjadi istri kedua seorang pria bernama Darren Wirawan. "Jangan, Tuan. Saya enggak capek. Justru saya sangat senang bisa melakukan hobi saya lagi. Dan saya harap, Nyonya besar menyukai hasil masakan saya. Doain ya?" pinta Sabrina. Sikap Sabrina yang demikian membuat Darren semakin bahagia. Ia menarik tubuh Sabrina dalam dekapannya. "Iya, Sayang. Ak

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 10A. Calon Menantu Kesayangan

    Sabrina dan kedua asisten rumah tangga ibu Renata terkejut setengah mati mendengar penuturan wanita yang sangat disegani di rumah ini. "Ma, jangan ngomong sembarangan! Mana buktinya kalau aku seperti itu?" Bukannya merasa malu, Angelica justru menentang ibu Renata. "Eh, kamu bilang aku ngomong sembarangan? Dasar menantu enggak tau diri. Masih untung kamu enggak diceraikan Darren. Kalau diceraikan, kamu pasti jadi gembel! Pergi sana! Aku enggak mau terlalu jauh lagi membongkar aib kamu. Terserah padamu, mengaku atau tidak. Pergi sana! Muak aku lihat kamu!"Caci maki meluncur deras dari mulut Ibu Renata. Angelica menghentakkan kedua kaki. Pergi meninggalkan dapur. Berjalan cepat ke dalam kamar. Hatinya benar-benar sakit diperlakukan ibu Renata. Kalau boleh jujur, Angelica sangat malu aibnya disebarluaskan di depan Sabrina yang tak lain istri kedua suaminya. Brugh!Pintu kamar dibanting keras Angelica. Wanita itu benar-benar marah. Rasanya ingin sekali Angelica membunuh wanita tua ber

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 9. Dinikmati Bersama

    "Enggak ada uang, Nyonya."Ibu Renata menggelengkan kepala mendengar jawaban Sabrina. "Oh iya ya. Jangankan buat kursus, buat kamu makan juga pasti susah."Sabrina tak menimpali ucapan merendahkan Ibu Renata. Tiba-tiba Darren datang sambil berdehem. Sedari tadi lelaki itu mendengar obrolan antara Ibu Renata dan Sabrina. "Darren, ngapain kamu di dapur? Ayok sana! Ayookk!"Tangan Darren ditarik paksa Ibu Renata agar menjauh dari dapur. "Ma, jangan tarik-tarik tanganku kayak gini. Aku bukan anak kecil, Ma." protes Darren berusaha melepaskan cekalan tangan wanita yang telah melahirkannya."Kamunya ngeyel!" Ibu Renata melotot, menatap anak semata wayangnya. "Sekarang kamu masuk kamar! Inget kata Mama, seharian ini jangan ganggu Sabrina! Paham, Darren?" Lagi, kedua mata Ibu Renata seperti mau melompat. Darren tersenyum menganggukkan kepala. Perintah Ibu Renata bagianya, awal mula yang baik untuk pendekatan dengan Sabrina. Darren masuk kamar, Ibu Renata kembali ke dapur. Wanita tua itu

DMCA.com Protection Status