Home / Romansa / Rahim Dua Ratus Juta / Bab 8A. Istri Keduaku

Share

Bab 8A. Istri Keduaku

Author: Syatizha
last update Last Updated: 2025-01-08 14:52:14

Air mata Sabrina tak dapat tertahankan. Ia menangis dibentak ibu mertua. Sorot mata Ibu Renata yang tajam membuat nyali Sabrina semakin ciut. Baru saja tadi siang hati Sabrina bahagia karena wanita tua itu menyukai masakannya. Sekarang Ibu Renata berbuat kasar, mencekal pergelangan tangan sangat kuat bahkan Darren tidak mampu melepaskan cekalan tangan wanita yang telah melahirkannya itu.

"Ma, tolong kasihani Sabrina. Dia enggak punya salah apa-apa. Kenapa Mama kasar sekali padanya?"

Baru kali ini, Darren berbicara dengan intonasi suara cukup tinggi.

Pandangan Ibu Renata beralih pada anak semata wayangnya. Dahi mengkerut, heran akan sikap Darren.

"Kamu berani membentak Mama, Darren?" Pertanyaan Ibu Renata sarat penekanan. Darren menelan saliva, menghela napas panjang agar emosinya dapat terkontrol.

"Maaf, Ma. Bukan maksudku ngebentak Mama. Tapi, Mama mau bawa kemana Sabrina? Kalau Mama mau ngajak dia pergi, silakan. Cuma jangan kasar begini, Ma. Kasihan Sabrina, dia ketakutan."

Se
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 8B. Istri Keduaku

    Tiba di halaman rumah Wirawan, Darren rupanya duduk di kursi teras, menunggu kedatangan mobil yang membawa istri dan ibunya. Melihat kendaraan mewah itu memasuki halaman rumah, Darren berdiri, berjalan cepat menghampiri. Ingin memastikan kondisi Sabrina. "Ngapain kamu, Darren?" tanya Ibu Renata saat keluar dari dalam mobil."Sabrina baik-baik saja, Ma? Mama enggak apa-apain dia kan, Ma?" Terlihat sekali kecemasan dari nada bicara anak semata wayangnya. "Bicara apa kamu? Sabrina enggak kenapa-napa. Masuk sana! Jangan ganggu Sabrina seharian ini karena dia, Mama suruh membuat cake!"Kening Darren mengkerut mendengar ucapan mamanya. Sebelumnya Darren sudah berpikiran buruk tentang Ibu Renata. "Mem-membuat cake?"Ibu Renata enggan menjawab pertanyaan Darren. Wanita itu masuk ke dalam rumah. Pandangan Darren beralih pada Sabrina yang keluar dari dalam mobil sambil membawa beberapa belanjaan bersama supir. "Sabrina! Sabrina kamu baik-baik saja?" Darren memegang kedua pundak istrinya.

    Last Updated : 2025-01-08
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 9. Dinikmati Bersama

    "Enggak ada uang, Nyonya."Ibu Renata menggelengkan kepala mendengar jawaban Sabrina. "Oh iya ya. Jangankan buat kursus, buat kamu makan juga pasti susah."Sabrina tak menimpali ucapan merendahkan Ibu Renata. Tiba-tiba Darren datang sambil berdehem. Sedari tadi lelaki itu mendengar obrolan antara Ibu Renata dan Sabrina. "Darren, ngapain kamu di dapur? Ayok sana! Ayookk!"Tangan Darren ditarik paksa Ibu Renata agar menjauh dari dapur. "Ma, jangan tarik-tarik tanganku kayak gini. Aku bukan anak kecil, Ma." protes Darren berusaha melepaskan cekalan tangan wanita yang telah melahirkannya."Kamunya ngeyel!" Ibu Renata melotot, menatap anak semata wayangnya. "Sekarang kamu masuk kamar! Inget kata Mama, seharian ini jangan ganggu Sabrina! Paham, Darren?" Lagi, kedua mata Ibu Renata seperti mau melompat. Darren tersenyum menganggukkan kepala. Perintah Ibu Renata bagianya, awal mula yang baik untuk pendekatan dengan Sabrina. Darren masuk kamar, Ibu Renata kembali ke dapur. Wanita tua itu

    Last Updated : 2025-01-08
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 10A. Calon Menantu Kesayangan

    Sabrina dan kedua asisten rumah tangga ibu Renata terkejut setengah mati mendengar penuturan wanita yang sangat disegani di rumah ini. "Ma, jangan ngomong sembarangan! Mana buktinya kalau aku seperti itu?" Bukannya merasa malu, Angelica justru menentang ibu Renata. "Eh, kamu bilang aku ngomong sembarangan? Dasar menantu enggak tau diri. Masih untung kamu enggak diceraikan Darren. Kalau diceraikan, kamu pasti jadi gembel! Pergi sana! Aku enggak mau terlalu jauh lagi membongkar aib kamu. Terserah padamu, mengaku atau tidak. Pergi sana! Muak aku lihat kamu!"Caci maki meluncur deras dari mulut Ibu Renata. Angelica menghentakkan kedua kaki. Pergi meninggalkan dapur. Berjalan cepat ke dalam kamar. Hatinya benar-benar sakit diperlakukan ibu Renata. Kalau boleh jujur, Angelica sangat malu aibnya disebarluaskan di depan Sabrina yang tak lain istri kedua suaminya. Brugh!Pintu kamar dibanting keras Angelica. Wanita itu benar-benar marah. Rasanya ingin sekali Angelica membunuh wanita tua ber

    Last Updated : 2025-01-08
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 10B. Calon Menantu Kesayangan

    Darren menghela napas berat. Ia berjongkok di samping kursi meja rias. Sabrina terkejut melihat tingkah suaminya. "Tuan, jangan jongkok di situ, kita duduk di sisi tempat tidur saja." Sabrina meraih pergelangan tangan suaminya. Ingin menuntun Darren agar berdiri, dan duduk di sisi tempat tidur. "Kalau di sini sama-sama duduk. Saya enggak enak kalau Tuan berjongkok," kata Sabrina membalas tatapan Darren. Lelaki itu kembali tersenyum, menyentuhnya lagi. "Iya, Sayang. Tadi gimana masaknya? Udah beres semua? Kamu pasti capek, Sini aku pijat tanganmu." Darren hendak meraih telapak tangan Sabrina, namun dihalau lembut oleh wanita yang telah menjadi istri kedua seorang pria bernama Darren Wirawan. "Jangan, Tuan. Saya enggak capek. Justru saya sangat senang bisa melakukan hobi saya lagi. Dan saya harap, Nyonya besar menyukai hasil masakan saya. Doain ya?" pinta Sabrina. Sikap Sabrina yang demikian membuat Darren semakin bahagia. Ia menarik tubuh Sabrina dalam dekapannya. "Iya, Sayang. Ak

    Last Updated : 2025-01-08
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 11A. I'am Strong

    Darren dan Sabrina masuk ke ruang makan. Terlihat ibu Renata dan Pak Sugeng sedang menikmati cake buatan Sabrina. "Ada apa, Ma?" Pertanyaan Darren membuat kedua orang tuanya mendongak. Menatap anak dan menantu keduanya sambil mengunyah. "Enggak ada apa-apa. Mama cuma mau nyuruh kalian makan bersama. Ayok duduk!" Ibu Renata menimpali setelah mengelap sudut bibir dengan selembar tissue. "Termasuk istri aku, Ma?" tanya Darren merangkul pundak Sabrina."Iyalah. Mama kan nyuruh kalian berdua ke sini. Emang si Mbak Tuti enggak bilang, heuh?"'Bi-bilang, Nyonya," jawab Sabrina cepat. "Ya udah, sekarang duduk, makan!"Perintah ibu Renata membuat senyum Darren mengembang. Begitu pula Sabrina, hatinya sangat bahagia karena sekarang sudah diperbolehkan makan satu meja dengan keluarga Wirawan."Heiii ... kenapa ada perempuan kam-pung di ruang makan? Astaga, bisa banyak kuman!" Suara Angelica yang menggelegar membuat orang-orang yang ada di meja makan terkejut. Mereka sontak mendongak, kecua

    Last Updated : 2025-01-09
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 11B. I'am Strong

    "Terima kasih atas masakannnya. Aku senang melihat Renata makan dengan sangat lahap. Sudah lama sekali dia tidak makan sebanyak tadi. Terima kasih," ujar Pak Sugeng yang sangat mencintai istrinya. Sabrina tersenyum tipis, menganggukkan kepala. "Sama-sama, Tuan besar."Hanya kalimat itu yang terucap dari Sabrina. Ia masih merasa canggung dan takut menghadapi Ibu Renata dan pak Sugeng. Hanya Darren yang sudah membuatnya nyaman. Sabrina menarik napas lega ketika Pak Sugeng meniggalkan ruang meja makan. Darren terkekeh melihat sikap sang istri. "Tuan, ngetawain saya?" tanya Sabrina dengan polosnya. Kekehan kecil itu terhenti melihat bibir Sabrina yang cemberut. "Kalau iya kenapa? Kamu mau menc1umku? Nih! Mau pipi kanan atau pipi kiri? Oh atau mau ini!" Darren sengaja memonyongkan bibirnya ke depan sembari memejamkan kedua mata. Sabrina terkekeh melihat raut wajah suaminya. "Hehehe ... Tuan, apa-apaan sih?" timpal Sabrina memalingkan wajah Darren ke sisi lain. Darren meraih kedua tel

    Last Updated : 2025-01-09
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 12. Berubah Masam

    Angelica menjambak rambut dengan keras. Wanita itu benar-benar frustasi menghadapi keluarga Wirawan terutama Darren. Meskipun di dalam hati Angelica sudah tidak ada lagi cinta pada Darren tetapi ia tidak terima jika suaminya menikah lagi. Angelica bangkir, keluar kamar, hendak ke ruang meja makan. Kepalanya tengok kanan dan kiri. Khawatir ada orang yang memergoki. Sebenarnya hati Angelica mengakui kalau masakan Sabrina sangat lezat. Jika tidak karena gengsi, sewaktu makan malam bersama tadi, dia pasti nambah berulang kali.Dirasa mulai aman, Angelica mengendap-endap masuk ke ruangan itu. Melihat lauk pauk yang tersaji di atas meja, ia menelan air liur. Angelica mengambil piring dengan gerakan cepat. Tidak hanya makan dengan lauk pauk. Angelica juga sempat mencicipi cake dan brownis hasil buatan Sabrina. "Nona Angelica."Sebuah suara dari arah belakang membuat Angelica berhenti mengunyah. Ragu, ia menoleh ke belakang. "Ngapain kamu malam-malam ke dapur? Mau makan lagi? Enak ya, jadi

    Last Updated : 2025-01-09
  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 13A. Istri Selamanya

    Sabrina tertunduk lesu mendengar pertanyaan suaminya. Ingin bercerita tapi takut Darren melabarak Angelica dan pada akhirnya dia sendiri yang mendapat masalah. Angelica bicaranya sangat kasar. Akan tetapi, Sabrina pun sadar diri bahwa kedatangan dirinya di rumah ini, tentu saja menyakiti hati istri pertama Darren. "Maaf, Tuan. Saya baik-baik saja. Mungkin karena seharian ini kecapekan. Maaf ya, Tuan," kilah Sabrina memaksakan bibirnya untuk tersenyum. Memang benar, seharian ini Sabrina berkutat di dapur. Belum lagi sebelumnya diajak ibu Renata ke swalayan. Mungkin benar yang dikatakan Sabrina. Wanita itu tidak punya masalah dengan siapa-siapa, tidak diganggu Angelica. Darren menarik napas panjang. Lalu, berkata, "Istirahatlah!" titah Darren. Kemudian meneguk segelas susu cokelat hangat, keluar kamar. Sabrina tak berani bertanya hendak kemana suaminya itu. Dia sudah meringkuk di atas tempat tidur. Berusaha memejamkan kedua mata. Mengingat kembali aktivitas seharian ini. Senyum Sabr

    Last Updated : 2025-01-09

Latest chapter

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 72. Di Hotel

    Lelaki yang duduk di samping Angelica berbisik. Angelica terkejut, menelan saliva, menghela napas berat. Ia tak langsung menjawab, pura-pura tak mendengar. Angelica memerhatikan penampilan sendiri. Ia tak mengenakan pakaian s3ksi, pakaiannya justru tertutup dan longgar. Tapi, kenapa lelaki yang duduk di sampingnya bertanya demikian?"Jangan pura-pura enggak dengar. Aku tau, kamu wanita peliharaan Mami Veni."Sontak, Angelica mendongak, menoleh dan memicingkan kedua mata menatap lelaki yang tengah menyeringai. "Ba-bagaimana kamu tau?" tanya Angelica heran. "Aku pernah melihatmu waktu nganterin si Bos. Kata si Bos, kamu sangat lezat. Kamu tenang saja, walaupun aku anak buah si Bos. Tapi, aku sehat. Aku banyak uang. Aku bisa membayarmu lebih besar dari si Bos. Permainanku juga sangat lembut. Enggak kayak si Bos," jelas lelaki sangat pelan tapi terdengar jelas di telinga. Angelica baru ingat lelaki yang duduk di sampingnya itu. Dia adalah lelaki yang mengantar klien terakhirnya ke kama

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 71B. Tarifnya Berapa?

    Bibir Angelica tersenyum lebar. Lelaki yang pernah dirindukannya itu kini telah menghubunginya kembali. Tanpa berpikir panjang, Angelica menghubungi nomor tersebut. "Andre? Benar kamu Andre?" tanya Angelica saat sambungan telepon berlangsung. "Hai, Sayang. Benar, ini aku Andre. Bagaimana kabarmu? Apa kamu baik-baik saja?" Senyum lebar yang sebelumnya menghiasi wajah Angelica, seketika mengerucut. Ia menarik napas panjang, duduk di sisi ranjang sembari menahan rasa sakit.Angelica tak langsung menjawab, ia tak mau menceritakan tentang yang dialaminya saat ini. Andre pasti curiga kalau ia bercerita. "Hm ... tentu saja kabarku enggak baik. Aku enggak baik karena kehilanganmu, Dre. Kamu kemana aja sih, Sayang? Kenapa ninggalin aku? Kamu tau, aku sekarang udah bercerai dengan Darren. Kita bisa bersama, Sayang."Andre dan Regina yang saat ini sedang di salah satu rumah sewa daerah Jakarta tersenyum mengejek. Lelaki itu sengaja meloudspeaker obrolannya agar ibu Regina mendengar. "Iya, S

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 71A. Pesan Singkat

    "Darren!" Panggilan keras ibu Renata membuat Darren dan Sabrina terkejut setengah mati. Mereka langsung duduk berjauhan, menoleh ke belakang. Ibu Renata berdiri melipat kedua tangan di depan d4da, menatap nyalang mereka berdua. Sabrina berdiri, tubuhnya gemetar. Sementara Darren, bersikap santai meski sebelumnya terkejut. "Ma, kalau manggil jangan teriak-teriak. Lihat tuh Sabrina, dia sampe kaget. Sayang, calon anak kita enggak kaget 'kan?" tanya Darren mengelus perut istriya yang belum terlihat membuncit. "Hah? Eng-enggak, Mas." Terbata-bata menjawab pertanyaan sang suami. "Kalian ini, malah mesra-mesaraan di depan anak-anak. Enggak baik!" tandas ibu Renata mengingat tadi Darren mendekatkan bibirnya ke pipi sebelah kiri Sabrina. Dipikir, Darren akan menc1um Sabrina padahal hanya berbisik. "Mama suuzhon. Aku tadi bukan mesra-mesaraan. Aku cuma bisikin Sabrina saja.""Halah, alasan. Sekarang kita pulang! Mana Papamu?" Darren mengitari sekeliling, mencari keberadaan pak Sugeng. L

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 70B. Main Dulu

    "Apa sih kamu, Re? Udah deh, aku belum kepikiran cari suami lagi. Nanti ajalah. Aku sekarang lagi mikirin keberadaan Angelica. Entah di mana dia?" Ibu Anita masih memikirkan anak yang sudah tidak menganggapnya sebagai seorang ibu. Ibu Renata menarik napas panjang, menatap lekat ibu Anita yang duduk berhadapan dengannya. "Kamu mau ajak dia tinggal di rumahmu lagi?" telisik ibu Renata. "Enggak. Aku cuma pengen tau aja keadaannya. Sebenarnya semalam aku sempet tidur tapi cuma sebentar. Anehnya, waktu aku tidur sebentar itu, sempet-sempetnya aku mimpi." Ibu Renata yang sebelumnya agak mencondongkan tubuh ke depan, kini duduk bersandar. "Mimpi apa?""Mimpi Angelica dikerubungi buaya. Tubuhnya dilahap buaya-buaya. Dalam mimpiku, Angelica nangis sambil ketawa. Pas bangun, aku enggak bisa tidur lagi. Ya sampai sekarang, aku masih mikirin dia."Sebetulnya ibu Renata sudah dapat menerka arti mimpi ibu Anita. Mungkin arti dari mimpi itu, Angelica kembali menju4l diri lagi. Ibu Renata menye

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 70A. Dijodohin

    "Enggak," jawab ibu Anita tegas. Kepalanya menoleh, menatap pak Adyatama yang tampak terkejut mendengar jawaban ibu kandung Angelica. "Aku enggak mau jadi istrimu lagi. Aku enggak mau berumah tangga denganmu lagi. Ya, aku akui masih ada cinta dihatiku untukmu tapi maaf, untuk menjadikanmu suamiku lagi, aku enggak bisa. Aku bukan wanita bodoh seperti sebelumnya. Yang terlalu diperbudak perasaan. Aku ingin masa tuaku dipenuhi kebahagiaan dan kehidupan yang tenang," sambung ibu Anita masih menatap lelaki yang tenggorokannya seketika tersentak. Pak Adyatama pikir, ibu Anita mau diajak berumah tangga lagi dengan ucapan-ucapan manisnya. Ternyata tidak. Namun, pak Adyatama tidak menyalahkan keputusan ibu Anita. Sewajarnya jika ia tak mau berumah tangga dengannya lagi. Prilaku pak Adyatama sebelumnya sangat menyebalkan dan sering membuat ibu Anita kecewa. Perselingkuhan berulang kali, penggelapan uang perusahaan, utang di mana-mana sampai akhirnya perusahaan dan rumah miliknya diambil alih k

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 69B. Ingin Rujuk

    "Anita, aku sangat menyesal. Tolong maafkan aku. Aku janji, enggak akan selingkuh lagi. Enggak akan menikah lagi. Aku janji," bujuk pak Adyatama pada wanita yang kini duduk di kursi teras panti asuhan.Niat ibu Anita datang ke panti asuhan ini, ingin menghibur diri bertemu dengan anak-anak. Yang terjadi justru bertemu dengan lelaki yang semalam ia rindukan sekaligus lelaki yang telah membuatnya kecewa. Entah mesti bahagia atau marah bertemu dengan lelaki yang tega mengkhianati cintanya berulang kali. "Angelica di mana? Apa dia bersamamu?" Ibu Anita mengabaikan permohonan maaf dan janji yang diucapkan Adyatama. Ia justru teringat anak semata wayangnya. Meski Angelica sering menyakiti hati tapi sebagai seorang ibu, Anita selalu merindukan. "Angelica? Dia enggak ikut bersamaku. Aku enggak tau dia ada di mana." Jawaban Adyatama membuat ibu Anita terkejut. Dia pikir Angelica bersama Adyatama selama ini. Ibu Anita menoleh, dahinya melipat, kedua mata memicing. "Lho, bukannya dia bersama

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 69A. Babon

    Ibu Anita turun dari mobil. Begitu ibu Anita menoleh ke belakang, kedua matanya membeliak. Sebelumnya ia tak membayangkan dapat bertemu dengan pak Adyatama. Terkejut, melihat pak Adyatama tengah berdiri di samping pak Sugeng. Debaran jantungnya begitu cepat. Keringat dingin membasahi kedua tangan. Ibu Anita menelisik penampilan suaminya dari ujung kepala hingga ujung kaki. 'Kenapa dia ada di sini? apa Renata yang menyuruhnya datang?'Ibu Renata melenggang, menghampiri sahabatnya yang masih mematung di depan pintu mobil. Dia tahu kalau ibu Anita pasti tak menyangka ada pak Adyatama di panti itu. "Anita, bukan aku yang nyuruh dia datang ke sini. Sebelum aku datang, dia sudah ada di sini. Katanya, dia tersesat."Seolah mendengar pikiran ibu Anita, ibu Renata berbisik tepat di depan telinga sahabatnya itu. Ibu Anita menghela napas berat. "Jangan berdiri di sini, kita ke sana. Aku juga enggak tau gimana ceritanya dia sampai tersesat. Entahlah, aku gak terlalu percaya sama si Ady. Tadi d

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 68B. Melarang

    Kendaraan yang ditumpangi keluarga Wirawan dan mobil box memasuki halaman panti asuhan. Anak-anak panti sudah berbaris rapi di depan teras, menyambut kedatangan keluarga pemilik panti ini.Dulu, panti asuhan itu berada di gedung yang di dalam hutan. Namun, gedung itu disuruh dikosongkan karena tanah tersebut masih sengketa. Oleh pak Sugeng dipindahalihkan ke gedung yang sekarang yang dahulunya milik keluarga berasal dari Belanda."Selamat datang, Pak Sugeng, Ibu Renata, dan Pak Darren," sapa pak Soleh ketika keluarga Wirawan turun dari mobil. "Pak Soleh, ini menantu kami. Namanya Sabrina." Ibu Renata menunjuk Sabrina. Anak pak Sudarso itu melipat kedua telapak tangan di depan d4d4. "Saya Sabrina.""Solehudin. Selamat datang, Mbak Sabrina.""Terima kasih, Pak."Pak Soleh bahagia melihat menantu ibu Renata yang sekarang. Lebih terlihat sopan dan ramah. Tidak seperti menantu sebelumnya. Datang ke panti hanya sebentar saja dan pulang lebih dulu dari pada mereka. "Silakan masuk. Acarany

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 68A. Terhibur

    Dua mobil telah keluarga dari kediaman keluarga Wirawan. Satu mobil ditumpangi keluarga tersebut. Satu mobil lagi, berupa mobil box yang isinya bingkisan untuk anak-anak panti dan pengurusnya. Sepanjang jalan menuju panti asuhan, Sabrina hanya diam saja. Wajahnya terlihat bersedih. “Sabrina?” panggil ibu Renata yang duduk di jok penumpang bersama pak Sugeng.Sabrina yang duduk di samping Darren, menoleh.“Iya, Ma?” Darren yang mengemudi pun melihat mamanya dari kaca spion depan. “Apa yang kamu pikirkan, Sabrina? Apa kamu lagi mikirin Bapakmu?” tanya ibu Renata yang mencemaskan keadaan menantunya. Ibu Renata tidak ingin Sabrina terlalu banyak pikiran sebab sedang mengandung cucu keluarga Wirawan. “Enggak, Ma. Saya enggak mikirin apa-apa.”Sabrina berusaha menutupi yang dipikirkannya. Andai mereka tahu, Sabrina saat ini ingin sekali bertemu dengan Jessica. Biar bagaimana pun, Jessica adalah saudara Sabrina satu-satunya. “Sukurlah. Mama harap, kamu enggak lupa kalau di dalam rahim

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status