“Siapa yang memberikan izin wanita ini untuk memasuki area dapur dan memasak, huh?”Kemarahan Juliet seketika membuat kedua art itu dibuat ketar-ketir. Keduanya hanya terdiam, tidak ada yang ingin bersuara untuk menanggapi kemarahan dari Juliet.“Jawab! Kenapa kalian berdua hanya diam saja?” teriak Juliet, mulai kesal karena kedua art kepercayaannya itu hanya diam saja.Sedangkan Valerie pun hanya diam di tempatnya, tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Ia tidak menduga Juliet akan berakhir semarah ini hanya karena ia memasuki area dapur dan memasak di sana. Padahal niatannya baik, hanya ingin membantu dan melakukan rutinitas paginya seperti biasanya yaitu membuat sarapan.“Baiklah, jika tidak ada yang ingin membuka suara maka kalian berdua aku pecat. Keluar dari sini sekarang juga!” teriak Juliet kembali dengan nada final.Kedua art itu seketika berubah pucat pasi, ia tidak menyangka akan dipecat seperti ini. Segera ia berseru untuk membela diri. “Jangan pecat kami, Nyonya. Kami mi
Meja makan pada akhirnya terisi pagi itu. Posisi duduk masih sama saja seperti saat makan malam semalam. Amora masih memaksa untuk duduk di samping Sean dan membuat Valerie duduk di samping Juliet.Juliet terlihat biasa-biasa saja, sama sekali tidak menunjukkan kalau tadi ia habis memarahi habis-habisan Valerie. Begitu pun dengan Valerie, dia menunjukkan raut wajah seceria mungkin meskipun hatinya masih terasa nyeri setiap mengingat kalimat Juliet yang sangat menyakiti hatinya.Valerie sama sekali tidak memberitahukan kejadian tadi pada Sean, jadi pria itu tidak tahu menahu kalau ibunya baru saja memarahi dirinya habis-habisan bahkan menghinanya. Di samping ia tidak ingin kembali menimbulkan perdebatan antara ibu dan anak, Valerie merasa tidak ada gunanya juga ia mengadukan perlakuan Juliet pada Sean.Biarlah ia menanggung semuanya seorang diri, Sean tidak perlu tahu karena ini sudah menjadi konsekuensinya menjadi istri dari seorang Sean Emilio Kyler.“Pagi ini sarapan roti saja, ya,
Dengan antusias yang besar, Juliet langsung bergerak memindahkan piring berisi nasi goreng buatan Valerie itu dari depan Rodrigo. Namun, belum sempat ia melakukan itu tangannya segera ditahan oleh suaminya.“Apa yang kau lakukan?” tanya Rodrigo semakin tidak mengerti dengan tingkah istrinya tersebut.“Tentu saja aku harus membuangnya, Sayang. Nasi goreng ini tidak enak dan kau tidak boleh melanjutkan memakannya lagi,” balas Juliet dengan penuh percaya diri, sembari kembali menarik piring itu dari tangan Rodrigo yang membuat keadaan menjadi aneh karena aktivitas tari menarik itu.Amora, Sean, serta Valerie hanya bisa terdiam melihat kedua orang tua itu yang bertingkah seperti anak kecil. Sedikit curiga dengan tingkah Juliet yang menurutnya aneh, sedangkan Valerie paham kenapa Juliet bersikeras melarang suaminya menikmati nasi goreng itu karena hasil dari masakannya.Amora dan Sean malah tidak paham kenapa Juliet kekeuh sekali ingin menjauhkan nasi goreng itu dari jangkauan Rodrigo. Sea
“Ah, tentu saja ini hasil dari masakan Valerie, Ayah.”Celetukan dari Sean sukses membuat semua pandangan mata teralihkan padanya. Semuanya memiliki arti pandangan yang berbeda-beda, Rodrigo yang menatap tak percaya sekaligus takjub, sedangkan Amora dan Juliet langsung menatap tidak suka ke arah Valerie.“Siapa bilang? Bagaimana mungkin ini hasil masakan dari Valerie. Ini pasti hasil masakan dari art di rumah ini, tidak mungkin wanita itu bisa membuat makanan yang sesuai dengan selera ayah,” ucap Amora dengan nada tidak suka, sekaligus sok tahu atas celetukan dari Sean tersebut.Sedangkan yang tengah menjadi obyek pembicaraan hanya bisa terdiam dan tidak tahu harus melakukan apa-apa. Ia tidak menyangka karena kelakuannya kembali menjadi bahan perdebatan di atas meja makan.Mendengar perkataan Amora, Sean langsung menatap tajam ke arah perempuan sok tahu itu. “Tentu saja aku mengenal baik rasa masakan Valerie, Amora. Karena dia tidak hanya memasak satu kali untukku, tetapi berkali-kali
Hari ini weekend, jadi setelah sarapan selesai Sean memilih bersantai di rumah sambil berenang di kolam renang yang sangat luas dan cukup dalam itu.“Kau tidak ingin gabung, Sayang?” tanya Sean kembali memastikan kepada Valerie.Sejak tadi ia sudah berusaha keras untuk membujuk Valerie berenang bersamanya, tetapi wanita itu menolak keras dan berkata ingin menemani saja.“Aku di sini saja, Sean,” jawab Valerie menggelengkan kepalanya pelan, sembari duduk di pinggir kolam dengan kedua kaki yang ia rendam ke dalam air kolam yang sangat jernih itu.Sean kembali berenang, meliuk-liukkan badanya beberapa kali, dan Valerie yang melihatnya merasa takjub akan kepiawaian pria itu dalam berenang. Beberapa kali ia berputar-putar hingga kemudian pria itu tiba-tiba muncul tepat di hadapannya.Valerie seketika terkejut luar biasa karena kemunculan pria itu yang begitu tiba-tiba, tetapi itu tidak bertahan lama karena matanya seketika membelalak sempurna menyaksikan aura Sean dengan rambut basah yang
“Apa yang kau lakukan, Sean?” teriak Valerie kaget luar biasa karena perbuatan Sean yang tiba-tiba saja mengangkat tubuhnya.Belum sempat Valerie mencerna keadaan yang terjadi, tubuhnya sudah tenggelam ke dalam dasar kolam renang itu bersama dengan tangan Sean yang masih memeluk tubuhnya di bawah air.Valerie seketika memberontak saat tak bisa bernapas dengan benar, ia dibuat panik akan hal itu. Sean yang menyadarinya segera melepaskan tubuh Valerie.“Oh Tuhan! Kau hampir saja membunuhku, Sean!” jerit Valerie kesal setelah menghirup napas berulang kali dengan benar.Sean hanya tertawa cengengesan mendapati kekesalan Valerie. “Mana mungkin aku akan membunuhmu, Sayang. Toh aku tetap memegangimu,” ucap Sean lembut, sembari mengusap rambut panjang Valerie yang sudah basah kuyup.Valerie hanya bisa meringis. “Tetapi aku benar-benar takut, Sean. Asal kau tahu, aku itu tidak pandai berenang. Dan aku tadinya sangat ketakutan, makanya aku menolak untukmu bergabung berenang.”Sean seketika mera
Suara decapan ciuman yang berasal dari Sean dan Valerie di tengah kolam renang itu terdengar sangat sensual. Mereka berdua seakan tidak ada niatan untuk menyudahi ciuman itu, saling memagut dan menghisap satu sama lain.Valerie bahkan merasa bibirnya sudah berubah membengkak akibat dari ganasnya cumbuan Sean, namun ia sama sekali tidak berniat untuk menyudahi cumbuan itu. Ia bahkan menggelayutkan kedua tangannya di leher Sean dan membalas setiap ciuman yang Sean berikan. Balas memagut, menghisap dan menjilat.“Se—sean ....” lenguh Valerie saat merasakan tangan Sean sudah bergerak ke area inti tubuhnya, menyentuhnya tepat di titik tubuhnya yang sudah mulai lembab.Tangan Sean bergerilya, menyentuh pusat tubuh Valerie yang terasa panas. Menyentuhnya dan bermain-main di sana, membuat Valerie terus melenguh akibat dari permainan tangannya.“Di sini sangat panas, Sayang,” bisik Sean, sembari menggigit mesra kuping Valerie.Karena sentuhan itu, Valerie semakin menggelinjang kegelian. Suara
Sean membawa Vanessa menuju kamarnya dengan gaya bridal style tanpa peduli tatapan para art yang kebetulan berkeliaran di area rumah tersebut.Sedangkan Valerie sudah malu luar biasa dibuatnya, ia tentu saja sudah menolak untuk tidak perlu digendong seperti ini akan tetapi Sean tetap bersikeras menggendongnya dan enggan menurunkannya.“Sean, aku malu,” cicitnya saat Sean sudah menaiki anak tangga satu persatu menuju kamar mereka.Sean menunduk dan menatap Valerie yang tengah menutupi wajahnya dengan kedua tangan. “Tidak perlu hiraukan mereka, Sayang.”“Bagaimana jika Ibu melihat kita seperti ini?” tanya Valerie kembali, merasa tidak enak hati harus saling bermesraan padahal Juliet dan Amora sangat menentang hubungan keduanya.Sean mendengkus pelan. “Memangnya kenapa? Toh, kita adalah pasangan suami istri. Jadi, tidak ada yang salah dengan kita seperti ini. Lagi pula kita harus menunjukkan kemesraan kita di depan Ibu, supaya ia tahu kalau aku sangat mencintaimu dan tidak ada lagi yang