“Ah, tentu saja ini hasil dari masakan Valerie, Ayah.”Celetukan dari Sean sukses membuat semua pandangan mata teralihkan padanya. Semuanya memiliki arti pandangan yang berbeda-beda, Rodrigo yang menatap tak percaya sekaligus takjub, sedangkan Amora dan Juliet langsung menatap tidak suka ke arah Valerie.“Siapa bilang? Bagaimana mungkin ini hasil masakan dari Valerie. Ini pasti hasil masakan dari art di rumah ini, tidak mungkin wanita itu bisa membuat makanan yang sesuai dengan selera ayah,” ucap Amora dengan nada tidak suka, sekaligus sok tahu atas celetukan dari Sean tersebut.Sedangkan yang tengah menjadi obyek pembicaraan hanya bisa terdiam dan tidak tahu harus melakukan apa-apa. Ia tidak menyangka karena kelakuannya kembali menjadi bahan perdebatan di atas meja makan.Mendengar perkataan Amora, Sean langsung menatap tajam ke arah perempuan sok tahu itu. “Tentu saja aku mengenal baik rasa masakan Valerie, Amora. Karena dia tidak hanya memasak satu kali untukku, tetapi berkali-kali
Hari ini weekend, jadi setelah sarapan selesai Sean memilih bersantai di rumah sambil berenang di kolam renang yang sangat luas dan cukup dalam itu.“Kau tidak ingin gabung, Sayang?” tanya Sean kembali memastikan kepada Valerie.Sejak tadi ia sudah berusaha keras untuk membujuk Valerie berenang bersamanya, tetapi wanita itu menolak keras dan berkata ingin menemani saja.“Aku di sini saja, Sean,” jawab Valerie menggelengkan kepalanya pelan, sembari duduk di pinggir kolam dengan kedua kaki yang ia rendam ke dalam air kolam yang sangat jernih itu.Sean kembali berenang, meliuk-liukkan badanya beberapa kali, dan Valerie yang melihatnya merasa takjub akan kepiawaian pria itu dalam berenang. Beberapa kali ia berputar-putar hingga kemudian pria itu tiba-tiba muncul tepat di hadapannya.Valerie seketika terkejut luar biasa karena kemunculan pria itu yang begitu tiba-tiba, tetapi itu tidak bertahan lama karena matanya seketika membelalak sempurna menyaksikan aura Sean dengan rambut basah yang
“Apa yang kau lakukan, Sean?” teriak Valerie kaget luar biasa karena perbuatan Sean yang tiba-tiba saja mengangkat tubuhnya.Belum sempat Valerie mencerna keadaan yang terjadi, tubuhnya sudah tenggelam ke dalam dasar kolam renang itu bersama dengan tangan Sean yang masih memeluk tubuhnya di bawah air.Valerie seketika memberontak saat tak bisa bernapas dengan benar, ia dibuat panik akan hal itu. Sean yang menyadarinya segera melepaskan tubuh Valerie.“Oh Tuhan! Kau hampir saja membunuhku, Sean!” jerit Valerie kesal setelah menghirup napas berulang kali dengan benar.Sean hanya tertawa cengengesan mendapati kekesalan Valerie. “Mana mungkin aku akan membunuhmu, Sayang. Toh aku tetap memegangimu,” ucap Sean lembut, sembari mengusap rambut panjang Valerie yang sudah basah kuyup.Valerie hanya bisa meringis. “Tetapi aku benar-benar takut, Sean. Asal kau tahu, aku itu tidak pandai berenang. Dan aku tadinya sangat ketakutan, makanya aku menolak untukmu bergabung berenang.”Sean seketika mera
Suara decapan ciuman yang berasal dari Sean dan Valerie di tengah kolam renang itu terdengar sangat sensual. Mereka berdua seakan tidak ada niatan untuk menyudahi ciuman itu, saling memagut dan menghisap satu sama lain.Valerie bahkan merasa bibirnya sudah berubah membengkak akibat dari ganasnya cumbuan Sean, namun ia sama sekali tidak berniat untuk menyudahi cumbuan itu. Ia bahkan menggelayutkan kedua tangannya di leher Sean dan membalas setiap ciuman yang Sean berikan. Balas memagut, menghisap dan menjilat.“Se—sean ....” lenguh Valerie saat merasakan tangan Sean sudah bergerak ke area inti tubuhnya, menyentuhnya tepat di titik tubuhnya yang sudah mulai lembab.Tangan Sean bergerilya, menyentuh pusat tubuh Valerie yang terasa panas. Menyentuhnya dan bermain-main di sana, membuat Valerie terus melenguh akibat dari permainan tangannya.“Di sini sangat panas, Sayang,” bisik Sean, sembari menggigit mesra kuping Valerie.Karena sentuhan itu, Valerie semakin menggelinjang kegelian. Suara
Sean membawa Vanessa menuju kamarnya dengan gaya bridal style tanpa peduli tatapan para art yang kebetulan berkeliaran di area rumah tersebut.Sedangkan Valerie sudah malu luar biasa dibuatnya, ia tentu saja sudah menolak untuk tidak perlu digendong seperti ini akan tetapi Sean tetap bersikeras menggendongnya dan enggan menurunkannya.“Sean, aku malu,” cicitnya saat Sean sudah menaiki anak tangga satu persatu menuju kamar mereka.Sean menunduk dan menatap Valerie yang tengah menutupi wajahnya dengan kedua tangan. “Tidak perlu hiraukan mereka, Sayang.”“Bagaimana jika Ibu melihat kita seperti ini?” tanya Valerie kembali, merasa tidak enak hati harus saling bermesraan padahal Juliet dan Amora sangat menentang hubungan keduanya.Sean mendengkus pelan. “Memangnya kenapa? Toh, kita adalah pasangan suami istri. Jadi, tidak ada yang salah dengan kita seperti ini. Lagi pula kita harus menunjukkan kemesraan kita di depan Ibu, supaya ia tahu kalau aku sangat mencintaimu dan tidak ada lagi yang
Setelah puas menikmati dada Valerie, Sean kembali beralih mencium bibir yang sejak tadi merekah dan terus melonglongkan lenguhan penuh kenikmatan itu.Ciuman yang awalnya lembut kini berubah menjadi brutal dan menggebu-gebu dan Valerie sebisa mungkin mengimbangi cumbuan Sean yang tak berkesudahan. Tangan Valerie bermain-main di kepala Sean, mengusap dan menarik kecil rambut itu jika Sean menggigit bibirnya tanpa sengaja. Cumbuan itu akhirnya terlepas, Valerie seketika membuka kedua matanya dan menatap wajah Sean yang diterangi cahaya mentari yang menerobos melalui celah-celah gorden yang memang belum dibuka sepenuhnya.Tangan Sean bergerak membelai pipi Valerie, dan menatapnya dalam penuh cinta. “Apa kau tahu bahwa kau itu sangat cantik, Valerie?”Sean berbisik di kuping Valerie dan meninggalkan sebuah gigitan kecil di daun telinga istrinya tersebut.“Berhentilah memujiku, Sean!” balas Valerie setengah berbisik, sembari tangannya dengan berani bergerak dengan abstrak membelai permuka
“Apa kau menyukainya?” tanya Valerie dengan nada polosnya atas apa yang ia lakukan kepada pusat tubuh Sean yang sudah membengkak.Dengan mata berbinar karena rasa nikmat yang menderanya, ia menatap Valerie dengan penuh ketulusan. “Ini benar-benar nikmat, Sayang. Aku tidak menduga kau sangat ahli,” ucapnya dengan nada menggoda.Wajah Valerie langsung bersemu kemerahan, ia pun tidak menyangka mendapat keberanian dari mana sampai ia berinisiatif sendiri untuk melakukannya tanpa diminta terlebih dahulu oleh Sean.“Jangan menggodaku terus menerus, Sean. Aku sangat-sangat malu,” bisik Valerie tidak suka harus selalu digoda seperti ini, karena ia pun malu sendiri karena perbuatan beraninya.Sean hanya menanggapinya dengan sebuah kekehan. “Siap ke permainan selanjutnya?”Valerie mengangguk malu-malu.Tanpa membuang waktu, Sean kemudian sudah bersiap memasuki tubuh Valerie yang sudah basah kuyup karena sudah dipermainkan sejak tadi.“Kalau kau merasa kesakitan katakan, Sayang!”Valerie hanya d
Juliet yang tengah bersantai di ruang tengah sembari membaca majalah tiba-tiba dikejutkan dengan kedatangan Amora, dan tidak sampai di sana rasa terkejutnya ia malah dibuat panik karena wanita itu datang dengan bersimbah air mata.Amora yang selama ini begitu anggun dan begitu memperhatikan penampilannya kini sangat berbeda. Keadaannya begitu kacau dan tampak acak-acakan, wajahnya dipenuhi air mata dan terlihat sangat kacau.Dengan panik ia menatap Amora dengan penuh kekhawatiran. “Amora, ada apa? Kenapa menangis?”Amora menutupi wajahnya dengan kedua tangan dan menangis tersedu-sedu di sana. Melihat hal itu, Juliet semakin dilanda rasa khawatir, ia tidak tahu apa yang membuat Amora sampai seperti ini. Padahal seharian ini dia ada di rumah dan setahunya tidak ada masalah yang terjadi.Jadi, apa yang sampai membuat Amora menangis tersedu-sedu seperti ini?“Apa yang terjadi, Amora? Kenapa kau menangis seperti itu?” ulang Juliet bertanya, penasaran dengan apa yang membuat Amora sampai me
“Kalian berdua berciuman! Kau membiarkan pria lain mencium dan menyentuh tubuh yang sudah menjadi milikku. Kau sangat-sangat menjijikkan di mataku!”Napas Sean berubah terengah-engah, dengan kasar ia lalu mendorong Valerie ke belakang dan membuatnya terbanting di kasur.Valerie masih berusaha menghindar, berusaha melepaskan diri dari tindihan tubuh Sean yang keras dan berat. Berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Sean yang kuat dan tanpa ampun. Tetapi pria itu terlalu kuat, terlalu marah. Bahkan Sean sama sekali tidak menyadari kalau perbuatannya yang begitu kasar sudah melukai dan menyakiti tubuh Valerie yang rapuh.Pria itu seperti kerasukan setan. Matanya menyala penuh kebencian ketika menatap ke arah Valerie. Dengan ketakutan yang amat sangat, Valerie masih berusaha memberontak dan turun dari ranjang. Tetapi Sean berhasil menangkapnya dan kembali membantingnya di ranjang dengan kasar, lalu menindihnya sekuat tenaga.Valerie mengernyit merasakan cengkeraman tangan Sean yang kas
“Wanita murahan harus diperlakukan selayaknya wanita murahan pada umumnya!”Kata-kata Sean yang diucapkan dengan nada dingin dan ketenangan menakutkan itu seolah-olah bergaung di ruangan yang hening itu.Pria itu sudah berhasil melepaskan kemejanya dan membuka ikat pinggang celananya, lalu meletakkannya di atas nakas ujung ranjang. Ekspresi wajahnya tenang, namun kedua bola matanya memancar begitu dingin. Dan ketenangan pria itulah yang malah membuat Valerie gemetar takut.“P—please ... dengarkan aku dulu, Sean! Kau harus mendengarkan semuanya ....”Valerie masih mencoba membujuk pria itu agar mendengar penjelasannya, bukannya langsung menuduhnya seperti yang dia lihat. Namun, mendapati ekspresi wajah Sean, ia tahu semua usahanya tidak akan pernah berhasil.Sean terlalu marah, pria itu telah dibutakan oleh kemurkaannya.“Lepaskan kemeja yang kau kenakan, Valerie!” perintah Sean dengan nada datar.Wajah Valerie langsung berubah pucat pasi mendengar perintah yang dilontarkan oleh Sean d
“Sa—sakit ...” rintih Bara mengernyit ketika Amora mengusap luka di sudut bibirnya dengan kapas.“Sebenarnya apa yang kau lakukan? Kenapa Sean bisa semarah itu?” tanya Amora yang sejak tadi penasaran hal apa yang Bara lakukan sampai menyulut amarah Sean. Mereka berdua baru saja pulang dari rumah sakit setelah mengelabui Andre dan Shela untuk diberikan kepercayaan mengurus pria ini. Dan luka-luka yang ada di tubuh Bara akibat pukulan dari Sean sangat-sangat fatal, hidungnya patah dan tiga tulang rusuknya retak sehingga harus ditahan dengan sebuah perban. Belum lagi ditambah dengan luka lebam di seluruh tubuh dan wajah Bara yang membuatnya benar-benar terlihat memprihatinkan.Mata Bara bahkan sudah mulai membengkak membiru. Pukulan demi pukulan yang Sean layangkan benar-benar brutal.“Aku mencium wanita itu di hadapan Sean!” jawab Bara tanpa rasa bersalah sedikit pun, bahkan ia melontarkan kalimat itu dengan penuh kebanggaan.Bola mata Amora langsung melebar sempurna mendengar pengakua
“Sean, apa yang dikatakan pria itu semuanya bohong. Bahkan aku tidak mengenalnya dan dia pria gila!” Valerie berusaha menjelaskan ketika mereka sudah sampai di penthouse dan Sean masih menyeretnya dengan kasar memasuki kamar tidur mereka. Dan setelah membuka pintu, Sean langsung menghempaskan tubuh Valerie kasar ke tengah ranjang. “Dia berbohong, Sean!” Napas Valerie berubah tersengal putus asa mencoba meyakinkan Sean.Ingin rasanya Sean mempercayai perkataan Valerie bahwa Bara lah yang tengah berbohong. Hanya saja, bagaimana mungkin Bara bisa tahu siapa itu Valerie sehingga sengaja melakukan hal tersebut untuk mempengaruhinya. Jadi, justru Bara yang berkata benar dan Valerie berbohong.“Dia sama sekali tidak mengenalmu dan apa hubungan kita. Jadi, bagaimana mungkin dia berbohong?” tanya Sean datar, dengan tangannya yang bergerak membuka kancing kemejanya satu persatu.“Dia berbohong, percayalah padaku! Kami tidak berpapasan di luar seperti perkataannya, justru dialah yang masuk ke
“Apa yang kau lakukan pada istriku, sialan?” teriak Sean dengan amarah yang menggebu-gebu.Sean sengaja memberitahukan kepada Bara siapa sebenarnya Valerie. Dia bukan karyawan biasa di perusahaan ini, melainkan wanita itu sudah menjadi istrinya. Jadi, bagaimana mungkin Bara berani melakukan hal tak senonoh seperti apa yang dilihatnya barusan pada Valerie.Untuk melampiaskan amarahnya yang begitu menggebu-gebu, Sean terus menyarangkan pukulan demi pukulan yang membuat Bara kewalahan dibuatnya.“Mana aku tahu, Sean! Perempuan ini sendiri yang menawarkan diri padaku. Jadi, kenapa aku harus menolaknya?” balas Bara dengan nada terbata-bata, merasa kesakitan dan nyeri di seluruh tubuhnya akibat pukulan Sean yang tidak main-main.Meskipun kemarahan Sean sudah meluap-luap padanya, tetapi tetap saja Bara memancing amarah pria itu untuk semakin menjadi-jadi. Bukan tanpa alasan ia melakukan semua ini, tentu saja ia harus menyelamatkan pernikahan Amora. Meskipun ia benci setengah mati pada pria d
Para kolega bisnisnya akhirnya pulang juga, rapat akhirnya selesai. Dan semuanya berjalan sesuai keinginannya, dengan kata lain agenda rapatnya sukses besar.Hanya saja entah kenapa ia tidak bisa merasa lega, padahal yang dia nanti-nantikan akhirnya berhasil. Seakan ada sebuah kekhawatiran yang melandanya, dan membuatnya kalut luar biasa.Bahkan ia tidak bisa fokus mengikuti rapat ini, dan ia hanya mempercayakan semuanya kepada sekretarisnya. Ia hanya menjadi pengamat, sekaligus jika dimintai pendapat tetapi ia tidak turun tangan langsung untuk mempresentasikan hasil rapat tersebut.“Ada apa sebenarnya? Kenapa seperti ada beban berat yang mengganjal di dalam hatiku, padahal semuanya berjalan sesuai keinginan.”Sean berbisik pada dirinya sendiri, mempertanyakan kegundahan yang ia rasakan saat ini.‘Kau tahu kenapa?’ tanya balik suara hatinya.“Ah ya, aku tahu mengapa.”Sean mengakuinya.Semuanya tentu saja karena satu nama. Sebuah nama yang akhir-akhir ini begitu mempengaruhinya. Seora
“Ba—bara?”Valerie mengucapkan nama itu dengan kepala yang terus berpikir keras. Ia tidak tahu siapa pria di hadapannya, bahkan tidak tahu menahu apa gerangan yang membuatnya memasuki ruangan Sean tanpa bersama pria itu.“Apa Anda mencari Sean? Dia tengah ada rapat penting,” ucap Valerie memperingatkan, kalau-kalau pria di hadapannya ini datang mencari Sean.Bara tersenyum miring kemudian Mengangguk. “Hmm ... Sean sendiri yang memintaku untuk menunggunya di sini,” jawabnya dengan santai sambil bergerak mendekati Valerie yang tidak jauh dari tempatnya.Seketika suasana berubah jadi canggung, Valerie merasa tidak enak jika hanya berduaan dengan pria asing di dalam ruangan tertutup ini. Bahkan dia takut Sean akan salah paham kepadanya meskipun ia tahu tidak mungkin dirinya melakukan sesuatu yang tidak akan disukai oleh suaminya tersebut.“Ah, benarkah? Sebelumnya Sean tidak memberitahuku kalau akan ada temannya yang akan datang,” balas Valerie kembali dengan nada kikuk.Seketika ia meras
“Aku tinggal di sini tidak apa-apa, kan?”Sean dan Valerie saat ini sudah berada di ruangan CEO perusahaan ini. Sean sudah bersiap-siap untuk menghadiri rapat, tetapi rasanya berat jika harus meninggalkan Valerie seorang diri di ruangannya.Valerie memberikan anggukan kecil. “Iya, Sean. Ini sudah yang ketiga kalinya kamu berpamitan tetapi belum juga pergi,” jawab Valerie sembari terkekeh.Terlihat sekali bukan dirinya yang berat dibiarkan seorang diri di dalam ruangan luas dan megah bercampur maskulin itu. Melainkan Sean sendiri yang seakan enggan untuk meninggalkannya, padahal Valerie sama sekali tidak keberatan.“Apa kau yakin? Aku takut jika kau kenapa-kenapa di sini tanpa aku, Valerie,” ucap Sean kembali dengan nada nelangsa.Valerie kembali terkekeh. “Tidak apa-apa, Sean. Aku baik-baik saja. Lagi pula, ini adalah perusahaan yang di dalamnya banyak manusia. Kalaupun ada apa-apa, aku bisa meminta tolong pada mereka. Dan juga durasi rapat itu tidak memakan waktu selama berhari-hari
Semua mata hanya tertuju pada dua sejoli yang baru saja memasuki pintu gedung perusahaan Kyler Group. Bagaimana tidak, CEO dari perusahaan mereka kini menggandeng seorang wanita yang ia ketahui adalah salah satu karyawan di perusahaan ini.Valerie yang menyadari tatapan itu seketika merasa tidak nyaman, dia segera menjauh agar kemesraan yang diperbuat oleh Sean tidak terlalu jelas. Namun, bukannya Sean membiarkan Valerie menjauh darinya dia justru meraih pinggang Valerie dan memeluknya. Setelah itu ia kembali menghela Valerie memasuki perusahaannya tanpa peduli dengan tatapan penasaran dari para karyawan yang kebetulan ada di sana dan melihat kedatangannya.“Sean, lepaskan aku!” pinta Valerie dengan nada berbisik, sembari berusaha menjauhkan tangan Sean dari pinggangnya.Namun bukannya melepaskan pelukannya sesuai permintaan Valerie, Sean justru semakin mengeratkannya. Ia lalu menunduk dan menatap Valerie tidak suka. “Memangnya ada yang salah?”Sean mengatakan kalimat itu dengan nada