Amora tidak terima dengan perkataan Sean yang menyakiti hatinya tersebut. Bisa-bisanya pria itu memintanya pergi dari rumah ini karena ingin terus-terusan bersama dengan Valerie tanpa dirinya. Tidak! Amora tidak akan membiarkan kedua orang itu menang.
Sambil berpura-pura, Amora langsung memasang wajah sedih di hadapan ibu Sean tak lupa dengan air mata yang sudah mulai meluruh membasahi pipinya.“Kalau begitu aku pulang saja, Ibu. Sean mengusirku dan tidak lagi menginginkan aku di rumah ini, jadi lebih baik aku pergi saja,” cicitnya dengan nada sedih, sembari bersiap untuk meninggalkan tempat itu.Juliet segera melarang. “Tidak, Amora! Aku yang memintamu untuk menginap di sini, jadi tidak ada yang bisa mengusirmu kecuali aku sendiri.”Setelah mengatakan kalimat itu pada Amora, Juliet kembali mengalihkan pandangan ke arah putranya. “Apa-apaan kamu ini, Sean? Amora itu masih istrimu, kenapa kamu malah memperlakukannya semena-mena seperti itu.“Apa yang baru saja Ibu katakan?” tanya Sean tidak mengerti dengan perkataan ibunya.Sean tidak salah dengar bukan? Bagaimana mungkin ibunya memintanya untuk tidur bersama Amora dalam satu kamar, sedangkan Valerie di tempatkan di kamar tamu.“Apa ada yang salah?” tanya Juliet kebingungan. “Aku memintaku dan Amora ke kamar kalian, sedangkan wanita itu sudah dipersiapkan kamar tamu untuknya.”Penjelasan santai ibunya membuat Sean kesal luar biasa. Apakah perlakuannya kepada Amora sejak tadi belum menunjukkan bagaimana bencinya dia sekarang sama wanita itu? Lalu kenapa ibunya malah merancang ia satu kamar dengan Amora? “Tidak! Aku tidak mau, Ibu. Atas dasar apa Ibu memintaku kembali satu kamar dengan Amora dan membiarkan Valerie tidur di kamar tamu? Pokoknya malam ini aku tidur bersama Valerie,” balasnya dengan keras kepala.“Memangnya apa yang salah dengan kita satu kamar, Sean?” Kali ini Amora angkat bicara, kesal karena kalimat Sean yang semakin semena-mena padanya. Seakan-akan ia s
“Tidak apa-apa kan kalau aku memilih membawamu ke kamar tamu?” tanya Sean dengan lembut pada Valerie.Ya, Sean lebih memilih mengalah dari Amora dengan membiarkan wanita itu tidur di kamarnya terdahulu sedangkan dirinya dan Valerie memilih ke kamar tamu.Bukan tanpa alasan Sean melakukan itu, di samping ia malas mendengar perdebatan Amora yang menolak Valerie menempati kamar itu, Sean juga menghargai perasaan Valerie. Meskipun tidak diutarakan secara langsung, tetapi Valerie pastinya akan merasa tidak nyaman berada di kamar di mana dirinya dan Amora dulu banyak menghabiskan waktu bersama dulu.Alhasil Sean memilih mengalah dan membawa Valerie ke kamar tamu untuk tidur di sana. Lagi pula tidak ada masalah mau tidur di mana pun asalkan itu bersama Valerie.Valerie mengulas senyum lembut. “Tidak masalah, Sean. Lagi pula tempat ini juga nyaman, bukan sebuah masalah untukku mau tidur di mana pun.”Sean tersenyum senang, bahagia mendengar jawaban Valerie yang dipenuhi kesederhanaan. Wanita
Tok! Tok! Tok!“Masuk!”Suara berat ayahnya dari dalam ruangan terdengar, tanpa membuang waktu lama Sean segera memasuki ruangan itu dan mendapati ayahnya tengah berkutat dengan sesuatu di atas mejanya.“Ada apa memanggilku ke sini, Ayah?” tanya Sean tanpa berbasa-basi terlebih dahulu.Pasalnya, baru saja ia akan ikut terlelap sambil mendekap tubuh Valerie yang lebih dulu jatuh tertidur. Tetapi pesan dari ayahnya memintanya menemuinya di ruangannya membuatnya urung untuk ikut tenggelam ke dalam mimpi bersama istrinya itu.Rodrigo langsung mengangkat kepalanya dan menatap lekat ke arah putranya tersebut. “Duduk dulu, Sean!” perintahnya yang langsung diangguki oleh Sean.Setelah Sean duduk di atas sofa, barulah Rodrigo kembali membuka suara, “Wanita itu? Apakah kau bersungguh-sungguh dengannya?”Sean seketika merasa aneh dengan pertanyaan ayahnya tersebut, kenapa malah harus dipertanyakan padahal sudah jelas sekali bagaimana keseriusan Sean terhadap Valerie. Apakah sikap yang ditunjukka
Juliet baru saja bersiap-siap untuk tidur tetapi urung ia lakukan saat mendengar suara ketukan pintu kamarnya. Dengan rasa penasaran akan siapa gerangan yang mengunjungi kamarnya malam-malam ia segera mengecek siapa dibalik pintu tersebut.“Ibu, apa aku mengganggu?” tanya Amora setelah pintu kamar itu dibuka oleh Juliet.Ternyata Amora yang datang mengunjungi kamarnya, padahal ia mengira wanita itu sudah beristirahat di kamarnya tetapi ternyata ia malah ada di sini.“Sama sekali tidak, Amora. Memangnya ada apa, aku pikir kamu sudah beristirahat di dalam kamarmu,” ucap Juliet penasaran dengan kedatangan menantunya tersebut.Amora menggeleng kecil, lalu memasang ekspresi wajah sedih yang siap menarik simpati Juliet. “Bagaimana mungkin aku bisa tidur saat mengetahui suami aku juga ada di rumah ini bersama wanita lain, alih-alih tidur bersamaku ia justru lebih memilih tidur dengan perempuan lain. Aku benar-benar tidak bisa beristirahat dengan baik, Ibu.”Juliet menghela napas mendengar pe
"Tiga ratus juta? Gadis buruk rupa sepertimu ingin menjual keperawanan seharga tiga ratus juta?! Dasar tidak tahu malu!"Valerie Adeline hanya bisa mengepalkan kedua tangannya erat-erat saat mendengar kalimat penghinaan tersebut. Hingar bingar musik yang berdentam di kelab malam itu bahkan tidak mampu meredam gemuruh dalam dadanya.“Kalau mau jual diri minimal harus cantik! Percuma perawan kalau wajah jelek dan body tidak menarik. Paling hanya bisa dihargai 5 jutaan,” ucap pria itu kembali dengan nada menghina.Valerie tidak bisa menahan air matanya lagi. Namun, ia tidak bisa melakukan apa-apa. Lagi pula ini pilihannya sendiri, dan dia sudah mempersiapkan diri menerima apapun konsekuensinya menjadi perempuan murahan. Hanya saja, kalimat pria itu benar-benar menghina dan menyakiti harga dirinya.Menyadari ketegangan yang Valerie rasakan, Grace meraih tangan sahabatnya. “Jangan seperti itu dong. Lagi pula, kau hanya perlu menidurinya dan mengambil keperawanannya. Untuk masalah wajah
“Jadi, kau perempuan yang bersedia menyewakan rahim dan hamil anakku?”“T—Tuan Sean ....”Lidah Valerie berubah kelu, jantungnya berdetak kencang saat menyadari siapa pria yang akan tidur dengannya dan menyewa rahimnya. Kenapa dunia sesempit ini. Kenapa bosnya di tempat kerja yang harus tidur dengannya?“Terkejut?” tanya pria itu sambil tersenyum sinis. “Kau memang harus terkejut, wanita murahan. Karena sebentar lagi kau akan tidur dengan bosmu sendiri!”Suara bass itu kembali mengalung, membuat Valerie benar-benar tak bisa berbuat apa-apa. Rasa takut dan malu menjadi satu, membuatnya hanya bisa menunduk sembari memainkan kuku jemarinya dengan gugup.Sean langsung mengubah posisi duduknya menjadi tegak, lalu mengangkat dagunya dengan pongah. “Aku baru tahu ternyata ada karyawan Kyler Group juga berprofesi sebagai wanita murahan. Jadi apa yang kau lakukan sehingga butuh uang sebanyak itu, huh?”Valerie mengangkat pandangannya. “I—itu ... untuk—”Tak peduli dengan respons wanita di had
Dengan tertatih-tatih, Valerie memunguti pakaiannya yang dirobek dengan paksa oleh Sean sebelumnya, layaknya tengah memunguti harga dirinya yang telah dihancurkan oleh bosnya.“Jangan pernah muncul di hadapanku lagi! Pergi dari sini!”Sekali lagi suara teriakan Sean menggema, meneriakkan kebenciannya pada perempuan murahan itu.Tanpa mengatakan apa pun, Valerie pergi dari apartemen itu dalam keadaan yang sangat kacau. Kemeja yang dikenakan tidak lagi menutupi tubuhnya dengan sempurna, rambut yang acak-acakkan dan wajah yang sudah bersimbah air mata.Siapa pun yang melihatnya sudah pasti berpikir bahwa dia adalah perempuan korban pemerkosaan.‘Ya Tuhan! Bagaimana ini …. semuanya sudah hancur.’ Uang satu milyar itu tidak akan menjadi miliknya. Operasi ibunya akan gagal, ditambah dia pasti akan dipecat dari Kyler Group. “God! Apa yang terjadi?”Di tengah rasa kalutnya, Amora tiba-tiba muncul di hadapannya.“Apa kau sudah berhasil tidur dengan suamiku?” tanyanya kembali setelah meneliti
Valerie duduk dengan gugup saat ini, tangannya bahkan berkeringat seakan tidak percaya jika hari ini ia akan menikah.Setelah Amora melontarkan ancamannya kemarin, pada akhirnya Sean setuju untuk menikah. Hanya pernikahan siri dan hanya disaksikan beberapa orang. Hanya Amora dan dua orang lainnya, sekretaris pribadi Sean dan asisten Amora.Valerie menghela napas, menunduk menatap tubuhnya. Dia bahkan tak mengenakan gaun putih pengantin seperti impiannya semasa kecil, hanya kemeja kerja yang sudah terlihat lusuh.“Kau sudah siap?” Suara itu mengejutkan Valerie dari lamunannya, dan dengan cepat mengangkat kepala dan menemukan Amora di sana.“Aku sudah siap, Nyonya,” balasnya.“Ingat, ini hanya pernikahan di atas kertas. Jangan pernah jatuh cinta pada suamiku, setelah kau berhasil melahirkan anakku kau harus siap untuk diceraikan.”Peringatan dari Amora dibalas anggukan oleh Valerie. Memangnya apa yang diharapkan dari semua ini, Valerie sudah menerima takdirnya dijadikan ibu pengganti.