"Tiga ratus juta? Gadis buruk rupa sepertimu ingin menjual keperawanan seharga tiga ratus juta?! Dasar tidak tahu malu!"
Valerie Adeline hanya bisa mengepalkan kedua tangannya erat-erat saat mendengar kalimat penghinaan tersebut.Hingar bingar musik yang berdentam di kelab malam itu bahkan tidak mampu meredam gemuruh dalam dadanya.“Kalau mau jual diri minimal harus cantik! Percuma perawan kalau wajah jelek dan body tidak menarik. Paling hanya bisa dihargai 5 jutaan,” ucap pria itu kembali dengan nada menghina.Valerie tidak bisa menahan air matanya lagi. Namun, ia tidak bisa melakukan apa-apa.Lagi pula ini pilihannya sendiri, dan dia sudah mempersiapkan diri menerima apapun konsekuensinya menjadi perempuan murahan. Hanya saja, kalimat pria itu benar-benar menghina dan menyakiti harga dirinya.Menyadari ketegangan yang Valerie rasakan, Grace meraih tangan sahabatnya. “Jangan seperti itu dong. Lagi pula, kau hanya perlu menidurinya dan mengambil keperawanannya. Untuk masalah wajah tidak perlu dipermasalahkan.”Salah satu pria di tempat itu tiba-tiba membuka suara. “Kalau begitu suruh temanmu buka bajunya di sini. Kita perlu melihat aset yang dimilikinya. Jangan sampai kalian berbohong. Sudah jelek, tidak perawan pula!”Kalimat tersebut disambut dengan sorakan riuh, setuju dengan permintaan teman mereka.Valerie tidak ingin tinggal lebih lama mendapat penghinaan yang semakin menyakitinya. Namun, bisikan dari Grace tiba-tiba menghentikan niatnya untuk lari dari sana.“Ingat ibumu, Vale.”“Tetapi dia sudah menghinaku habis-habisan, Grace,” cicit Valerie sambil terisak.“Dia akan membayar keperawananmu seharga biaya operasi ibumu. Kita tidak akan mendapat pria lain selain dia, jadi ikuti saja kemauannya, ya?”Valerie menelan ludah pahit. Benar, dia melakukan ini demi membiayai operasi ibunya yang divonis mengalami gagal jantung. Valerie nekat mencari pria hidung belang yang siap membayar keperawanannya seharga 300 juta.Tetapi ternyata tidak semudah itu, wajah dan body-nya yang jauh dari kata sempurna malah dijadikan ajang hinaan.“Ayo cepat buka, gadis jelek!” teriak pria itu kembali saat Valerie tak kunjung melakukan permintaan mereka.Memejamkan kedua matanya erat-erat, Valerie berdiri dari tempat duduknya dan bersiap membuka satu per satu kancing kemejanya.‘Demi Ibu…’ batin Valerie sambil berusaha menguatkan hati. Telanjang bulat di sini tidak menjadi masalah, asal ia masih bisa melihat senyum ibunya.“Saya bisa memberikanmu uang saat ini juga!”Tiba-tiba seorang wanita datang menghampiri meja mereka, membuat perhatian kini tertuju padanya.“Asal kamu mau melahirkan anak untuk suamiku!”Semua orang di tempat itu hanya bisa terbengong-bengong, tak terkecuali Valerie yang mencoba mencerna kalimat wanita asing yang tiba-tiba muncul dan menawarkan permintaan aneh itu.“Anda sia—”“Aku akan menyewa rahim kamu seharga satu milyar.”Valerie dan Grace sama-sama terbelalak. “Sa-satu milyar?!”“Aku tidak akan memberimu banyak waktu untuk berpikir. Tetapi bukankah penawaranku lebih baik daripada tidur dengan salah satu pria kurang ajar ini?”Sekali lagi suara wanita asing itu mengalung, membuat Valerie semakin yakin bahwa tawaran sebelumnya bukan bualan semata. Wanita asing itu benar-benar ingin dirinya tidur dengan suaminya dan melahirkan anak untuk mereka, dan harga yang ditawarkan bukan main-main.Satu milyar untuk menyewa rahimnya benar-benar tidak masuk akal!“A—apa aku bisa mempercayaimu?” tanya Valerie dengan suara mencicit dan sedikit ragu-ragu.“Tentu saja,” jawabnya penuh percaya diri. “Jika kau setuju, ikut denganku!”Grace dengan cepat mendorong bahu Valerie agar mengikuti wanita itu.“Ini kesempatan langka, Vale! Pergilah!”Seperti robot, Valerie akhirnya mengikuti wanita itu ke ruangan private yang sudah direservasi, jauh dari kebisingan bar dan lantai dansa di bawah sana.“Namaku Amora Tsamara,” ucap wanita itu memperkenalkan diri, saat mereka sudah duduk berseberangan.Amora Tsamara … pantas saja Valerie merasa tidak asing dengan perempuan ini, ternyata dia adalah seorang artis dan model papan atas. Valerie sering melihatnya wara-wiri di televisi, bahkan wajahnya sering menghiasi majalah-majalah.“Biar aku memperjelasnya kembali. Aku akan menyewa rahim kamu seharga satu milyar. Kamu hanya perlu melahirkan anak dan kamu akan menerima uang dariku.”Walau sudah dua kali mendengarnya, Valerie tetap saja terkejut.“Kamu tidak perlu takut. Suamiku hanya akan tidur denganmu beberapa kali sampai kamu hamil. Semakin cepat hamil, akan lebih bagus. Dan setelahnya, uang satu milyar itu akan berada di tanganmu.”Valerie menelan ludah. Ini adalah tawaran yang jauh lebih menjanjikan dibanding menjual tubuhnya pada pria hidung belang.Dia hanya perlu tidur dengan suami orang, melahirkan anak untuk mereka dan selesai. Dan yang paling penting, uang muka akan berada di tangannya saat ini, sehingga operasi ibunya bisa dilakukan lebih cepat.“Baiklah, aku terima tawaran Anda, Nyonya!” putus Valerie dengan penuh keyakinan.“Good. Secepatnya aku akan mengirimkan alamat. Di sana kamu akan bertemu dengan suamiku.”***‘Apartemen Golden Tulip, unit 1123. Di sana kau akan tidur dengan suamiku.’Valerie kembali membaca pesan dari nomor baru yang ia ketahui berasal dari perempuan yang ditemuinya di kelab malam seminggu yang lalu.Didera rasa cemas dan was-was yang bercampur aduk, Valerie memasuki lift yang akan membawanya ke tempat yang telah dijanjikan. Sebentar lagi dia akan merelakan keperawanan yang sudah dijaganya selama 25 tahun.Dengan sedikit ragu, Valerie menekan bel setelah lift membawanya tepat di unit 1123. Dia menunggu dalam ketegangan dan keinginan untuk lari dari tempat tersebut.Namun, sebelum melakukan niatnya, pintu megah itu terbuka dari dalam dan seorang pria langsung menyambutnya.“Silakan masuk! Anda sudah ditunggu sedari tadi,” ucap pria muda yang tampak rapi dengan setelan kerjanya.Valerie mengikuti pria itu masuk ke dalam apartemen mewah dengan dua lantai itu. Corak dominan putih membuatnya terlihat begitu bersih dan menyegarkan.Tetapi kekagumannya langsung sirna saat Valerie melihat seorang pria dengan setelan jas hitam tengah duduk di sofa single, salah satu tangannya di lengan sofa dan tangan lainnya tengah menopang dagu.“Jadi, kau perempuan yang bersedia menyewakan rahim dan hamil anakku?”Kalimat itu sungguh menyakiti perasaan Valerie. Namun, hal yang membuat tubuhnya seketika membeku adalah saat menyadari siapa pria yang tengah menatapnya tajam itu.‘Oh, Tuhan! Kebetulan macam apa ini?’Pria itu adalah Sean Emilio Kyler, CEO di tempat Valerie bekerja!“Jadi, kau perempuan yang bersedia menyewakan rahim dan hamil anakku?”“T—Tuan Sean ....”Lidah Valerie berubah kelu, jantungnya berdetak kencang saat menyadari siapa pria yang akan tidur dengannya dan menyewa rahimnya. Kenapa dunia sesempit ini. Kenapa bosnya di tempat kerja yang harus tidur dengannya?“Terkejut?” tanya pria itu sambil tersenyum sinis. “Kau memang harus terkejut, wanita murahan. Karena sebentar lagi kau akan tidur dengan bosmu sendiri!”Suara bass itu kembali mengalung, membuat Valerie benar-benar tak bisa berbuat apa-apa. Rasa takut dan malu menjadi satu, membuatnya hanya bisa menunduk sembari memainkan kuku jemarinya dengan gugup.Sean langsung mengubah posisi duduknya menjadi tegak, lalu mengangkat dagunya dengan pongah. “Aku baru tahu ternyata ada karyawan Kyler Group juga berprofesi sebagai wanita murahan. Jadi apa yang kau lakukan sehingga butuh uang sebanyak itu, huh?”Valerie mengangkat pandangannya. “I—itu ... untuk—”Tak peduli dengan respons wanita di had
Dengan tertatih-tatih, Valerie memunguti pakaiannya yang dirobek dengan paksa oleh Sean sebelumnya, layaknya tengah memunguti harga dirinya yang telah dihancurkan oleh bosnya.“Jangan pernah muncul di hadapanku lagi! Pergi dari sini!”Sekali lagi suara teriakan Sean menggema, meneriakkan kebenciannya pada perempuan murahan itu.Tanpa mengatakan apa pun, Valerie pergi dari apartemen itu dalam keadaan yang sangat kacau. Kemeja yang dikenakan tidak lagi menutupi tubuhnya dengan sempurna, rambut yang acak-acakkan dan wajah yang sudah bersimbah air mata.Siapa pun yang melihatnya sudah pasti berpikir bahwa dia adalah perempuan korban pemerkosaan.‘Ya Tuhan! Bagaimana ini …. semuanya sudah hancur.’ Uang satu milyar itu tidak akan menjadi miliknya. Operasi ibunya akan gagal, ditambah dia pasti akan dipecat dari Kyler Group. “God! Apa yang terjadi?”Di tengah rasa kalutnya, Amora tiba-tiba muncul di hadapannya.“Apa kau sudah berhasil tidur dengan suamiku?” tanyanya kembali setelah meneliti
Valerie duduk dengan gugup saat ini, tangannya bahkan berkeringat seakan tidak percaya jika hari ini ia akan menikah.Setelah Amora melontarkan ancamannya kemarin, pada akhirnya Sean setuju untuk menikah. Hanya pernikahan siri dan hanya disaksikan beberapa orang. Hanya Amora dan dua orang lainnya, sekretaris pribadi Sean dan asisten Amora.Valerie menghela napas, menunduk menatap tubuhnya. Dia bahkan tak mengenakan gaun putih pengantin seperti impiannya semasa kecil, hanya kemeja kerja yang sudah terlihat lusuh.“Kau sudah siap?” Suara itu mengejutkan Valerie dari lamunannya, dan dengan cepat mengangkat kepala dan menemukan Amora di sana.“Aku sudah siap, Nyonya,” balasnya.“Ingat, ini hanya pernikahan di atas kertas. Jangan pernah jatuh cinta pada suamiku, setelah kau berhasil melahirkan anakku kau harus siap untuk diceraikan.”Peringatan dari Amora dibalas anggukan oleh Valerie. Memangnya apa yang diharapkan dari semua ini, Valerie sudah menerima takdirnya dijadikan ibu pengganti.
Perempuan itu menunduk melihat perban yang melingkar membalut kakinya. Luka yang ditimbulkan dari keganasan Sean semalam. Hadiah malam pertama dari pria itu meninggalkan bekas pada tubuhnya.Namun, meski luka itu membuat cara jalannya tertatih, Valerie tetap memaksakan diri untuk masuk bekerja. Dia tentu saja masih butuh pekerjaan ini, meskipun kesempatannya untuk kembali bertemu pria gila itu bisa saja terjadi.‘Semoga hari ini aku tidak bertemu pria gila itu lagi,’ batinnya di dalam hati.Karena terlalu tenggelam dalam lamunannya, Valerie sampai tidak menyadari ada sesuatu di hadapannya hingga tabrakan kecil tak bisa dielakkan.Byurr~~Minuman dingin dengan warna cokelat itu tumpah mengenai rok pensil yang dikenakannya dan jatuh ke kakinya yang diperban. Rasa perih langsung menyeruak dari luka yang terkena air dingin, namun Valerie tidak mempedulikan itu karena di detik berikutnya suara anak kecil menangis langsung menggema. “Akhh ... ayah ....”Tangisan melengking itu langsung men
Sepulang bekerja, Valerie menyambangi rumah sakit terlebih dahulu untuk mengecek keadaan ibunya. Setelah mendengar langsung dari dokter bahwa operasinya sudah di jadwalkan, Valerie menjadi sedikit tenang dan bahagia.Karena perasaan membuncah menyelimuti perasaannya, Valerie berniat membuat makan malam yang layak untuk di santap malam ini. Terlebih akhir-akhir ini dia tidak terlalu memperdulikan makanannya, yang berimbas pada tubuhnya yang semakin kurus.“Wangi sekali, pasti nikmat,” puji Valerie pada hasil makanannya sendiri. Ayam goreng kecap kesukaannya.Valerie bergerak ke meja makan bersiap untuk menikmati makan malamnya, namun bunyi bip yang menandakan ada yang membuka pintu menghentikan aktivitas Valerie.Sejujurnya Sean malas sekali bertemu dengan Valerie malam ini, terlebih lagi saat mengingat kejadian tadi siang saat mendapati Valerie yang tampak kegatelan dan menggoda salah satu karyawannya.Namun, ada berkas yang ter
Amora sangat cantik malam ini dalam balutan dress of shoulder hitam. Di mata Sean, istrinya itu selalu tampak cantik dan sempurna.Dengan langkah panjang, Sean langsung menghampiri Amora yang tampaknya belum menyadari kehadirannya. “Hai, Sayang. Sudah lama menunggu?”Amora menoleh dan langsung tersenyum semringah saat melihat Sean. “Baru saja, Sayang.”Sean langsung membawa Amora ke dalam pelukannya, mengecup kanan kiri pipi istrinya, dan berakhir mengecup lama bibir yang dipoles listip berwarna merah itu.“Kau sangat seksi malam ini, Sayang!” puji Sean meneliti tampilan Amora yang benar-benar sempurna.Dengan tatapan menggoda, Amora mengedipkan satu matanya dengan manja ke arah suaminya. “Aku sengaja untuk menggodamu, Sayang.”Sean menyeringai. “Aku bisa saja langsung menerkammu di sini, Amor.”Amora tergelak. “Easy, boy. Kita harus makan malam dulu supaya punya tenaga untuk bertempur malam ini.”
Valerie berlarian sepanjang koridor rumah sakit dengan wajah yang sudah bersimbah air mata. Rasa takut terus mengganggunya sepanjang perjalanan, ibunya kembali mengalami serangan dan itu tentu saja bukan sesuatu yang baik.Penyesalan besar akan menghantuinya jika sesuatu yang fatal terjadi pada ibunya dan dia tidak ada di sana.“Bagaimana dengan ibuku?” tanya Valerie saat berpapasan dengan suster Anna ketika dia hendak memasuki ruangan perawatan ibunya.Suster Anna adalah teman ibunya yang kebetulan bekerja di rumah sakit ini, alhasil suster Anna sendiri yang menawarkan diri untuk merawat ibunya. Dan Valerie bersyukur akan hal itu, di samping suster Anna begitu baik, Valerie juga merasa ada sosok ibunya di dalam diri suster Anna.“Ibuku baik-baik saja kan, Suster?” Air mata Valerie semakin meluruh membasahi pipinya.Suster Anna langsung membawa Valerie ke dalam pelukannya, mendekapnya erat dengan penuh kasih sayang. Menyalurkan
Langkah kaki kurus itu tergesa-gesa seakan dikejar waktu, dengan masih menggunakan heels kerjanya Valerie buru-buru memasuki pusat perbelanjaan terbesar di kota ini.Melihat keramaian di sana sini, dan megahnya tempat itu. Valerie sadar jika ia sudah terlalu lama tidak menginjakkan kaki di tempat ini. Sudah setahun ini, kehidupan Valerie hanya berotasi antara kantor, rumah sakit, dan rumah kecilnya.Dan rasanya ia merindukan tempat seramai ini, walau hanya sekedar melepas lelah. Dia kembali merasakan hidup di tengah-tengah kekacauan yang silih datang berganti di dalam kehidupannya.Kemarin Amora sudah mengirimkan sebuah alamat. Klinik kecantikan yang berada di area mall besar ini.Amora memintanya untuk bertemu di sana, sekaligus meminta Valerie untuk treatment kecantikan. Seumur hidupnya ia memang tidak pernah melakukan hal tersebut, menghambur-hamburkan uang untuk mempercantik diri adalah hal terakhir yang akan dilakukan.Vale
“Kalian berdua berciuman! Kau membiarkan pria lain mencium dan menyentuh tubuh yang sudah menjadi milikku. Kau sangat-sangat menjijikkan di mataku!”Napas Sean berubah terengah-engah, dengan kasar ia lalu mendorong Valerie ke belakang dan membuatnya terbanting di kasur.Valerie masih berusaha menghindar, berusaha melepaskan diri dari tindihan tubuh Sean yang keras dan berat. Berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Sean yang kuat dan tanpa ampun. Tetapi pria itu terlalu kuat, terlalu marah. Bahkan Sean sama sekali tidak menyadari kalau perbuatannya yang begitu kasar sudah melukai dan menyakiti tubuh Valerie yang rapuh.Pria itu seperti kerasukan setan. Matanya menyala penuh kebencian ketika menatap ke arah Valerie. Dengan ketakutan yang amat sangat, Valerie masih berusaha memberontak dan turun dari ranjang. Tetapi Sean berhasil menangkapnya dan kembali membantingnya di ranjang dengan kasar, lalu menindihnya sekuat tenaga.Valerie mengernyit merasakan cengkeraman tangan Sean yang kas
“Wanita murahan harus diperlakukan selayaknya wanita murahan pada umumnya!”Kata-kata Sean yang diucapkan dengan nada dingin dan ketenangan menakutkan itu seolah-olah bergaung di ruangan yang hening itu.Pria itu sudah berhasil melepaskan kemejanya dan membuka ikat pinggang celananya, lalu meletakkannya di atas nakas ujung ranjang. Ekspresi wajahnya tenang, namun kedua bola matanya memancar begitu dingin. Dan ketenangan pria itulah yang malah membuat Valerie gemetar takut.“P—please ... dengarkan aku dulu, Sean! Kau harus mendengarkan semuanya ....”Valerie masih mencoba membujuk pria itu agar mendengar penjelasannya, bukannya langsung menuduhnya seperti yang dia lihat. Namun, mendapati ekspresi wajah Sean, ia tahu semua usahanya tidak akan pernah berhasil.Sean terlalu marah, pria itu telah dibutakan oleh kemurkaannya.“Lepaskan kemeja yang kau kenakan, Valerie!” perintah Sean dengan nada datar.Wajah Valerie langsung berubah pucat pasi mendengar perintah yang dilontarkan oleh Sean d
“Sa—sakit ...” rintih Bara mengernyit ketika Amora mengusap luka di sudut bibirnya dengan kapas.“Sebenarnya apa yang kau lakukan? Kenapa Sean bisa semarah itu?” tanya Amora yang sejak tadi penasaran hal apa yang Bara lakukan sampai menyulut amarah Sean. Mereka berdua baru saja pulang dari rumah sakit setelah mengelabui Andre dan Shela untuk diberikan kepercayaan mengurus pria ini. Dan luka-luka yang ada di tubuh Bara akibat pukulan dari Sean sangat-sangat fatal, hidungnya patah dan tiga tulang rusuknya retak sehingga harus ditahan dengan sebuah perban. Belum lagi ditambah dengan luka lebam di seluruh tubuh dan wajah Bara yang membuatnya benar-benar terlihat memprihatinkan.Mata Bara bahkan sudah mulai membengkak membiru. Pukulan demi pukulan yang Sean layangkan benar-benar brutal.“Aku mencium wanita itu di hadapan Sean!” jawab Bara tanpa rasa bersalah sedikit pun, bahkan ia melontarkan kalimat itu dengan penuh kebanggaan.Bola mata Amora langsung melebar sempurna mendengar pengakua
“Sean, apa yang dikatakan pria itu semuanya bohong. Bahkan aku tidak mengenalnya dan dia pria gila!” Valerie berusaha menjelaskan ketika mereka sudah sampai di penthouse dan Sean masih menyeretnya dengan kasar memasuki kamar tidur mereka. Dan setelah membuka pintu, Sean langsung menghempaskan tubuh Valerie kasar ke tengah ranjang. “Dia berbohong, Sean!” Napas Valerie berubah tersengal putus asa mencoba meyakinkan Sean.Ingin rasanya Sean mempercayai perkataan Valerie bahwa Bara lah yang tengah berbohong. Hanya saja, bagaimana mungkin Bara bisa tahu siapa itu Valerie sehingga sengaja melakukan hal tersebut untuk mempengaruhinya. Jadi, justru Bara yang berkata benar dan Valerie berbohong.“Dia sama sekali tidak mengenalmu dan apa hubungan kita. Jadi, bagaimana mungkin dia berbohong?” tanya Sean datar, dengan tangannya yang bergerak membuka kancing kemejanya satu persatu.“Dia berbohong, percayalah padaku! Kami tidak berpapasan di luar seperti perkataannya, justru dialah yang masuk ke
“Apa yang kau lakukan pada istriku, sialan?” teriak Sean dengan amarah yang menggebu-gebu.Sean sengaja memberitahukan kepada Bara siapa sebenarnya Valerie. Dia bukan karyawan biasa di perusahaan ini, melainkan wanita itu sudah menjadi istrinya. Jadi, bagaimana mungkin Bara berani melakukan hal tak senonoh seperti apa yang dilihatnya barusan pada Valerie.Untuk melampiaskan amarahnya yang begitu menggebu-gebu, Sean terus menyarangkan pukulan demi pukulan yang membuat Bara kewalahan dibuatnya.“Mana aku tahu, Sean! Perempuan ini sendiri yang menawarkan diri padaku. Jadi, kenapa aku harus menolaknya?” balas Bara dengan nada terbata-bata, merasa kesakitan dan nyeri di seluruh tubuhnya akibat pukulan Sean yang tidak main-main.Meskipun kemarahan Sean sudah meluap-luap padanya, tetapi tetap saja Bara memancing amarah pria itu untuk semakin menjadi-jadi. Bukan tanpa alasan ia melakukan semua ini, tentu saja ia harus menyelamatkan pernikahan Amora. Meskipun ia benci setengah mati pada pria d
Para kolega bisnisnya akhirnya pulang juga, rapat akhirnya selesai. Dan semuanya berjalan sesuai keinginannya, dengan kata lain agenda rapatnya sukses besar.Hanya saja entah kenapa ia tidak bisa merasa lega, padahal yang dia nanti-nantikan akhirnya berhasil. Seakan ada sebuah kekhawatiran yang melandanya, dan membuatnya kalut luar biasa.Bahkan ia tidak bisa fokus mengikuti rapat ini, dan ia hanya mempercayakan semuanya kepada sekretarisnya. Ia hanya menjadi pengamat, sekaligus jika dimintai pendapat tetapi ia tidak turun tangan langsung untuk mempresentasikan hasil rapat tersebut.“Ada apa sebenarnya? Kenapa seperti ada beban berat yang mengganjal di dalam hatiku, padahal semuanya berjalan sesuai keinginan.”Sean berbisik pada dirinya sendiri, mempertanyakan kegundahan yang ia rasakan saat ini.‘Kau tahu kenapa?’ tanya balik suara hatinya.“Ah ya, aku tahu mengapa.”Sean mengakuinya.Semuanya tentu saja karena satu nama. Sebuah nama yang akhir-akhir ini begitu mempengaruhinya. Seora
“Ba—bara?”Valerie mengucapkan nama itu dengan kepala yang terus berpikir keras. Ia tidak tahu siapa pria di hadapannya, bahkan tidak tahu menahu apa gerangan yang membuatnya memasuki ruangan Sean tanpa bersama pria itu.“Apa Anda mencari Sean? Dia tengah ada rapat penting,” ucap Valerie memperingatkan, kalau-kalau pria di hadapannya ini datang mencari Sean.Bara tersenyum miring kemudian Mengangguk. “Hmm ... Sean sendiri yang memintaku untuk menunggunya di sini,” jawabnya dengan santai sambil bergerak mendekati Valerie yang tidak jauh dari tempatnya.Seketika suasana berubah jadi canggung, Valerie merasa tidak enak jika hanya berduaan dengan pria asing di dalam ruangan tertutup ini. Bahkan dia takut Sean akan salah paham kepadanya meskipun ia tahu tidak mungkin dirinya melakukan sesuatu yang tidak akan disukai oleh suaminya tersebut.“Ah, benarkah? Sebelumnya Sean tidak memberitahuku kalau akan ada temannya yang akan datang,” balas Valerie kembali dengan nada kikuk.Seketika ia meras
“Aku tinggal di sini tidak apa-apa, kan?”Sean dan Valerie saat ini sudah berada di ruangan CEO perusahaan ini. Sean sudah bersiap-siap untuk menghadiri rapat, tetapi rasanya berat jika harus meninggalkan Valerie seorang diri di ruangannya.Valerie memberikan anggukan kecil. “Iya, Sean. Ini sudah yang ketiga kalinya kamu berpamitan tetapi belum juga pergi,” jawab Valerie sembari terkekeh.Terlihat sekali bukan dirinya yang berat dibiarkan seorang diri di dalam ruangan luas dan megah bercampur maskulin itu. Melainkan Sean sendiri yang seakan enggan untuk meninggalkannya, padahal Valerie sama sekali tidak keberatan.“Apa kau yakin? Aku takut jika kau kenapa-kenapa di sini tanpa aku, Valerie,” ucap Sean kembali dengan nada nelangsa.Valerie kembali terkekeh. “Tidak apa-apa, Sean. Aku baik-baik saja. Lagi pula, ini adalah perusahaan yang di dalamnya banyak manusia. Kalaupun ada apa-apa, aku bisa meminta tolong pada mereka. Dan juga durasi rapat itu tidak memakan waktu selama berhari-hari
Semua mata hanya tertuju pada dua sejoli yang baru saja memasuki pintu gedung perusahaan Kyler Group. Bagaimana tidak, CEO dari perusahaan mereka kini menggandeng seorang wanita yang ia ketahui adalah salah satu karyawan di perusahaan ini.Valerie yang menyadari tatapan itu seketika merasa tidak nyaman, dia segera menjauh agar kemesraan yang diperbuat oleh Sean tidak terlalu jelas. Namun, bukannya Sean membiarkan Valerie menjauh darinya dia justru meraih pinggang Valerie dan memeluknya. Setelah itu ia kembali menghela Valerie memasuki perusahaannya tanpa peduli dengan tatapan penasaran dari para karyawan yang kebetulan ada di sana dan melihat kedatangannya.“Sean, lepaskan aku!” pinta Valerie dengan nada berbisik, sembari berusaha menjauhkan tangan Sean dari pinggangnya.Namun bukannya melepaskan pelukannya sesuai permintaan Valerie, Sean justru semakin mengeratkannya. Ia lalu menunduk dan menatap Valerie tidak suka. “Memangnya ada yang salah?”Sean mengatakan kalimat itu dengan nada