Share

Bab 6 Teringat masa lalu

Author: Asma chusna
last update Last Updated: 2024-09-24 15:41:14

Suasana di dalam ruangan terasa serius tetapi produktif. Telepon di meja berdering, Aisyah segera mengangkatnya. Ternyata dari sang asisten pribadi Pak Joseph memberi instruksi cara pengembangan proyek yang ditangani Aisyah.

Aisyah mendengarkan dengan seksama sambil mencatat poin-poin penting. Seakan-akan dia tidak menghiraukan pria di depannya. Dia ingin menunjukkan bahwa dirinya tidak seperti dulu lagi.

Aditya diam-diam mencuri pandang melihat istrinya, dia sangat cantik. Aisyah berwajah oval dan kulit cerah. Matanya besar dan berkilau, seolah-olah selalu menunjukkan kebaikan dan kehangatan. Senyumannya indah saat berbicara di telepon. Saat bersama Aditya, Aisyah jarang bicara apalagi tersenyum, hanya isak tangis. Ditambah lesung pipi muncul di kedua sisi pipinya. Busananya sederhana, tetapi elegan membuat beda dengan wanita yang pernah ditemui Aditya.

'Kenapa dulu tidak pernah melihat sisi baiknya dari wajah, memang aku terlalu bodoh menilai wanita,' batin Aditya menyesal. Bertahun-tahun berpacaran dengan Shintya, dia terlalu percaya dengan perkataan manis Shintya. Pada akhirnya dia yang kecewa, dan sangat benci dengan wanita.

"Baiklah, Pak Aditya. Besok kita bahas lagi, silahkan Anda pulang!" kata Aisyah selesai berbicara di saluran telpon.

"Aisyah!"

Baru kali ini Aisyah mendengar suara panggilan nama dari mulut suaminya.

Tiba-tiba ponsel Aditya berdering, dia mengeluarkan ponsel dari saku. Dia hanya melihat saja, tetapi tidak mengangkat panggilan tersebut.

"Apakah dari kekasihmu?" tanya Aisyah menduga.

"Besok kita akan bertemu, saya akan mencoba membuat dokumen yang baru lagi." Aditya tidak menjawab pertanyaan pribadinya.

"Oke, biarkan aku yang pergi ke kantor Anda." Aisyah menawarkan untuk pergi ke kantornya. Sekalian menguji mental dan fisik dirinya sendiri.

"Suatu kehormatan, saya akan menunggumu." Aditya akhirnya pergi dari ruangan tersebut.

Semenjak berhadapan dengan Aditya ketegangan dan ketakutan menjadi satu pada diri Aisyah.

"Rasanya sangat lega saat melihat dia keluar dari ruangan," ucap Aisyah sambil mengelus dada.

Aisyah segera pulang ke rumah. Pertemuan dengan Aditya dengan lancar.

"Bagaimana Aisyah?" tanya Kakek yang sedang duduk di sofa.

"Alhamdulillah, lancar. Ini bentuk awal untuk masuk di kehidupan keluarga itu." Aisyah bersaliman kepada kakek, beliau membalas dengan senyuman.

Aisyah menceritakan kejadian baru saja kepada pria tua yang sudah dianggap kakeknya sendiri. Sang kakek selalu menasehati Aisyah agar tidak gampang percaya kepada orang lain.

__________

Di sisi lain, di kediaman keluarga besar Aditya. Kakek Glazer menanyakan tentang cucu menantunya, Aditya hanya bisa berjanji pada sang kakek.

"Kakek tenang saja, Aditya akan membawa Aisyah tanpa paksaan."

"Aku percaya padamu, kakek tahu tentang Sera dan Aisyah. Memang awalnya keluarga Dirgantara ingin menjodohkan dengan Sera, dan kakek juga tahu kalau Sera bukan gadis baik-baik. Kakek yang mengatur Sera kabur dengan kekasihnya agar kamu bisa menikah dengan Aisyah," jelas kakek Glazer.

"Kenapa Kakek tidak bilang sama Aditya?"

"Kamu tidak tanya, lagian kakek pikir kamu sudah menikah dengan Aisyah."

"Ah, sudahlah."

Aditya pergi ke kamarnya, dia ingat kekejaman yang pernah dilakukan selama ini kepada istrinya.

"Aku harus minta maaf, dengan cara apapun agar Aisyah memaafkanku," ucap Aditya.

____________

Waktu terus berjalan, keesokan harinya. Aisyah sudah siap dari penampilan dari ujung kepala sampai kaki. Selain balas dendam di keluarga Glazer, dia ingin membantu Kakek Joseph mencari putri satu-satunya yang pernah diusir.

Di pagi yang cerah, Aisyah berada di dalam mobil mewah meluncur dengan tenang di jalanan kota. Sopir pribadi dengan cekatan mengendalikan kemudi. Aisyah berpenampilan rapi, duduk di kursi belakang sambil memeriksa dokumen penting di tangan. Mobil berhenti perlahan di depan gedung perusahaan Glazer, sebuah perusahaan besar yang terkenal dengan arsitektur modernnya.

Sopir pribadi keluar dari mobil, berjalan cepat ke sisi penumpang dengan sopan membuka pintu. Aisyah keluar dari mobil dengan penuh percaya diri, menyesuaikan pakaian dengan gerakan yang mantap. Kaki panjangnya melangkah masuk ke dalam gedung Glazer, siap untuk menghadapi hari yang penuh dengan pertemuan penting dan keputusan besar.

Tiba-tiba ingatan masa lalu Aisyah muncul di pikirannya, saat pertama kali masuk di perusahaan yang ada di depannya.

Di ruangan tersebut tempat yang besar, tetapi terasa sempit karena atmosfer yang mencekam. Lampu neon yang terlalu terang menyorot tajam, membuat bayangan di sudut ruangan tampak lebih gelap dan menyeramkan.

Aditya berdiri di belakang meja besar yang terbuat dari kayu mahal, sikapnya dingin dan matanya menatap tanpa belas kasih. Kata-kata yang keluar dari mulutnya tajam dan menusuk, seperti pisau yang memotong perlahan tetapi dalam. Setiap kalimat yang diucapkan bukan hanya sekadar perintah, tetapi juga penghinaan, seolah-olah sengaja ingin mengikis harga diri.

"Apa yang ingin kamu lakukan di sini?" tanya Aditya dengan ketus.

"Maaf, Nyonya menyuruhku untuk mengantarkan bekal nasi ini untuk Tuan." Memang saat itu kedua orang tua Aditya baru pulang dari Singapura.

"Jangan berbohong, mereka tidak pernah membawakanku bekal makanan. Apakah kamu ingin sesuatu?" Tiba-tiba tangannya mencekam mulut Aisyah, lalu mendorong di dinding ruangan.

"A–ku." Aisyah ingin bicara tetapi sulit dikarenakan cekamanya, dia pun melepas tangannya.

"Aku tidak berbohong," balas Aisyah dengan penuh ketakutan.

"Apa kamu ingin menggodaku agar berbuat baik padamu. Hah!" kata kasar muncul dari mulut Aditya.

Aisyah tidak bisa berkata-kata lagi. Dia memang disuruh oleh ibunya Aditya. Nyonya Elsa adalah ibu dari Aditya, ibunya ingin ngerjain menantunya. Elsa tahu bahwa putranya tidak suka dengan perjodohan yang diatur oleh sang kakek. Memang keluarga Aditya banyak konflik keluarga dan harta.

"Masih tidak mengaku, apakah kamu, kamu, ingin ini." Aditya membuka resleting, dia menekan pundak Aisyah agar jongkok. Setelah itu, bagian tengahnya disodorkan ke mulutnya.

"Kolom cepat!" bentaknya dengan mata mendelik. Aisyah segera melakukannya dengan pelan. Tiba-tiba rambutnya ditarik yang berbalut jilbab olehnya sambil berkata, "Yang cepat!"

Terpaksa Aisyah akukan dengan cepat, rasanya sungguh jijik dan membuat perutnya mual. Hanya berapa detik, dia langsung muntah-muntah.

"Dasar gak guna!" Tangannya langsung membuka pakaian bawa Aisyah. Dengan keras tubuh Aisyah dihadapkan di meja, dari belakang memasukkan lalu menarik kembali dengan keras. Aisyah ingin menjerit tetapi ini adalah kantor perusahaannya. Semenjak malam pertama, Aditya semakin kecanduan melakukan hubungan intim. Dia termasuk pria berhasrat tinggi.

Tiba-tiba ada seseorang yang memanggil Aisyah, "Anda istrinya Pak Aditya?"

Bayangan setahun lalu lenyap, Aisyah langsung menghapus air mata yang ingin menetes di pipi. Ternyata dia hanya mengingat kekejaman Aditya, ingatan itu seakan dia kembali merasakan perlakuannya. Dia merasa lemah, tetapi harus bisa kuat untuk balas dendam.

"Maaf, Pak Aditya ada?" Aisyah balik bertanya pada pria berseragam tersebut.

"Ada, beliau memang menunggu Anda," balas Pak Satpam ramah.

"Baiklah, terima kasih." Aisyah segera melangkah masuk ke lift.

Sesampai di depan ruangan tersebut, Aisyah perlahan melangkah menuju ruang CEO. Tempat yang dulu menyimpan kenangan kelam, di mana dia pernah merasakan penderitaan yang tidak terlupakan. Setiap langkah yang dia ambil dipenuhi dengan perasaan campur aduk—antara ketakutan, kemarahan, dan keberanian yang saling berperang di dalam dirinya. Bayangan masa lalu yang kini harus dia hadapi lagi, meski dengan hati yang masih rapuh dan luka yang belum sepenuhnya sembuh.

Tok tok tok tok

"Masuk!"

Aisyah berusaha untuk tenang menghadapi Aditya.

"Duduklah!" perintah Aditya tanpa melihat Aisyah, dia segera duduk dengan baik.

Aditya mendongakkan kepalanya, lalu mendekati Aisyah. Dia duduk di atas meja tepat di depannya. Tanpa bicara dia langsung melumat bibir Aisyah dengan kasar. Dia ingin memukul, seketika tangannya memegang erat kedua tangan. Dengan kasar menciumi bibir, lalu menghisap leher. Pria itu seperti binatang yang kelaparan berbulan-bulan belum makan. Tubuh Aisyah dicumbui dengan ganas tanpa henti.

"Aisyah, ada apa dengan dirimu?" tanya Aditya yang sedang duduk manis di depan. Ternyata semua itu adalah imajinasi Aisyah saat masuk di ruangan tersebut. Keringatnya mulai bercucuran membasahi pipi.

"Apakah kamu tidak mendengarkanku?" tanya Aditya.

Aisyah masih diam belum menjawab pertanyaannya, "Em, maaf, saya kelelahan. Apa yang Anda bicarakan?"

"Apakah kamu sakit?" tanya Aditya yang ingin mendekati istrinya, memang Aisyah terlihat sangat gugup.

"Oh, tidak. Aku baik-baik saja," balas Aisyah tangannya diangkat dengan telapak menghadap ke depan, jari-jari terbuka lebar. Mengisyaratkan supaya Aditya tidak mendekatinya.

"Oke, aku dari tadi menjelaskan tentang pekerjaan. Em, kelihatannya kamu tidak mendengarkannya. Terlihat pucat wajahmu, apakah kamu baik-baik saja?" Aditya ingin menunjukkan kalau dia rekan bisnis profesional. Dia tidak ingin kesalahan dulu bisa terulang kembali. Aditya ingin istrinya kembali tanpa paksaan. Dia memang benar-benar pria sejati.

Aisyah menarik napas dalam-dalam lalu keluarkan pelan, ingin membalas perkataannya.

Tiba-tiba ada seseorang masuk, saat Aisyah menoleh ke arah pintu ternyata–Shintya.

Shintya menatap kepada Aisyah dengan tajam.

"Hee, apa dia istri yang meninggalkanmu itu?" tanya wanita itu dengan mata melirik ke arah Aisyah.

"Apa kamu ingin kembali kepada Aditya dengan penampilan norak seperti ini?" Aisyah hanya diam, dan tidak mendengarkan dia bicara.

"Chintya, apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Aditya.

Wanita itu tetap memandang Aisyah mulai dari bawah hingga kepala.

"Aku dan Aditya saling mencintai, kamu tidak perlu berdandan seperti ini. Norak, kampungan, menyewa pakaian dari mana kamu? Hah!" hina Shintya.

Aisyah tidak membalas kata-katanya, Shintya tetap mengoceh, "Aditya tidak akan tertarik dengan dirimu. Sebentar lagi kami akan menikah."

"Ck, siapa yang ingin menikah dengan kamu?" tanya Aditya beranjak berdiri, lalu berkata lagi, "Chintya kamu keluar dari ruanganku!"

"Sayangku, Mama sudah merestui hubungan kita," kata Chintya dengan manja.

Shintya tidak mau keluar, berhubung Aisyah tidak ingin berada di ruangan tersebut. Dia memutuskan untuk keluar, "Pak Aditya, besok kita lanjutkan lagi. Aku tidak ingin mendengar persoalan kalian berdua."

Ketika Aisyah ingin melangkah tepat di depan pintu, tiba-tiba lengannya ditarik oleh Aditya, "Kamu jangan pergi dulu. Masih ada sesuatu yang ingin aku jelaskan."

Dilihat dari wajahnya, Aditya memang benar-benar tulus. Aisyah menghembaskan tangannya, dengan keras Aditya meraih tangan istrinya lagi.

"Chintya keluar!" suara lantang Aditya, seketika Aisyah langsung terkejut mendengar suara kerasnya.

Related chapters

  • Rahasia di Balik Tirai Malam Pertama    Bab 7 Perasaan tanpa disadarinya

    Tangan Aisyah kesakitan disebabkan cengkraman Aditya, tetapi dia tahan. Seketika Aditya sadar bahwa dia menyakiti istrinya. Lengannya terlihat membiru, "Maaf!" Baru kali ini Aisyah mendengar suaminya minta maaf. Dia terheran-heran, tetapi tidak ingin terpesona dengan kepura-puraan Aditya. Aisyah mengira kejamnya pria tidak akan bisa berubah. "Shintya, jika kamu tidak ingin pergi. Apa perlu aku panggil satpam," kata Aditya, dia tahu istrinya ketakutan karena suara kerasnya. Wanita licik itu tanpa berkata-kata langsung keluar dari ruangan. "Aku tidak akan membiarkan kamu kembali kepada Aditya," bisik Shintya saat berjalan di sebelah Aisyah. Aditya membawa kotak kesehatan, dia ingin mengobati lengan Aisyah. "Tidak apa-apa, luka ini tidak seberapa dibandingkan satu tahun yang lalu." Aisyah kembali duduk di kursi, sementara Aditya mengembalikan kotak obat di tempatnya. "Bisakah kamu tidak mengingat masa lalu. Aku ingin hari ini adalah awal pertemuan kita, perkenalkan namaku

    Last Updated : 2024-09-25
  • Rahasia di Balik Tirai Malam Pertama    Bab 8 Aditya ingin menyelamatkan istrinya

    Aisyah mengingat masa lalu muncul kembali. Ketika dia menyadari betapa buruknya perlakuan suaminya terhadap dia. Saat itu, ingatan-ingatan pahit kembali membayangi pikirannya, menggambarkan momen-momen di mana dia bertindak tanpa berpikir panjang, menyakiti Aisyah baik secara verbal maupun emosional. Masa lalu yang kelam itu seakan menempel di benaknya. Aisyah merasa terjebak dalam bayangan masa lalu yang menghantui setiap langkahnya, menimbulkan rasa benci kepada sang suami yang sangat dalam.Setelah malam pertama yang buruk itu, Aisyah masih ingat diperlakukan di belakang pintu kamar dengan ganas. "Tuan, lepaskan aku," mohon Aisyah penuh dengan air mata. Aditya tanpa menghiraukan rintihan istrinya."Bukannya kamu menikmati permainan panas seperti ini. Apa mungkin kurang hot," kata Aditya memasukkan miliknya berkali-kali sambil tubuh Aisyah di tekan di dinding.Hasrat liar Aditya tidak bisa berhenti, entahlah ketika dia memperlakukan istrinya seperti itu dia mulai kecanduan. Apalagi

    Last Updated : 2024-09-26
  • Rahasia di Balik Tirai Malam Pertama    Bab 9 Sudah udah tidak tahan lagi

    Aditya langsung ikut masuk ke kamar tersebut. Di sudut ruangan, terdapat meja kaca berisi minuman premium yang tersaji rapi, menambah kesan glamor. Tidak ada suara hiruk-pikuk dari luar, hanya ada suara pria menggoda.Terlihat pria paruh baya tersebut ingin menyentuh Aisyah. Namun, Aisyah sedikit sadar menendang bagian tengahnya. "Auh," rancau pria mesum itu."Pak Yan, Anda mau apa?" tanya Aditya tiba-tiba masuk."Pak Aditya!" Pria itu terkejut melihat rekan bisnisnya tiba-tiba muncul. Satu pukulan meluncur di wajah pria paruh baya."Sorry, ambil saja wanita ini." Pak Yan langsung keluar dari ruangan tersebut. Aditya memang terkenal kejam di kalangan pembisnis.Terlihat istrinya tergeletak, Aditya langsung memegang tangan Aisyah. Spontan efek dari obat tersebut, Aisyah menjadi nakal. Dia seperti wanita yang berhasrat tinggi. Tanpa kata dia langsung melumat bibir Aditya. "Astaga, Aisyah sadar," ucap Aditya sambil menolak keinginan istrinya."Aku sangat panas sekali," kata Aisyah sam

    Last Updated : 2024-09-27
  • Rahasia di Balik Tirai Malam Pertama    Bab 10 Aditya menginginkan seperti dulu

    Hati Aditya sangat berbunga-bunga mendengar istrinya mau kembali ke rumahnya. Dia menyangka sang istri memaafkan dirinya. Dibalik istrinya mau kembali ke rumah tersebut ada banyak rencana awal balas dendam. "Hem, bagaimana hubungan kamu dengan Shintya?" tanya Aisyah."Aku tidak ada hubungan lagi dengan dia, kamu tidak perlu khawatir tentang dia. Ya, meskipun Mama menjodohkanku dengannya. Aku harap kamu percaya penuh denganku," jelas Aditya memastikan istrinya.Aisyah tidak begitu percaya padanya, tetapi demi ingin balas dendam. "Oke, Pak Aditya. Besok kita melihat proyek yang kita tangani. Sekalian kita pulang ke rumah.""Sebelum itu, maukah ikut aku?" "Hem, tentu saja." Mereka berdua keluar dari ruangan tersebut. Aisyah dengan langkah berat, hening mengiringi keduanya, tidak ada satu pun kata terucap. Suara derap kaki di lantai bergema samar, seolah menekankan kekosongan suasana hati mereka. Setibanya di parkiran, hanya suara pintu mobil yang terbuka dan tertutup yang terdengar.

    Last Updated : 2024-09-28
  • Rahasia di Balik Tirai Malam Pertama    Bab 11 Penyebab utama Aditya suka

    Delon tidak melawan pukulan Aditya, dia ingin membuktikan kalau dia pria baik. Dibalik semua itu, ada rencana terselubung di dalam pikirannya.Sedangkan Aisyah tidak menghiraukan mereka berdua, dia masuk ke kamar. Dia mengontrol perasaan takut yang muncul dalam dirinya. Di luar kamar, Aditya sudah puas memukul adik angkat yang selalu berencana buruk. "Awas jika kamu menyentuh istriku!" kata Aditya geram. 'Hem, istrimu adalah poin pertama untuk menghancurkanmu, Aditya,' batin Delon sambil menghapus darah di bibirnya. Aditya langsung masuk kamar. Terlihat istrinya termenung duduk di ranjang."Aisyah, maafkan aku!" Aditya mendekati sang istri. "Apakah harus dengan kekasaran setiap kamu bertindak." Aisyah pindah di sofa sebelah kanan."Aku akui, aku memang kasar dan gampang marah. Itu memang sifatku," kata Aditya tanpa mendekati istrinya. Dia sadar kalau Aisyah belum memaafkan dirinya dengan penuh."Aisyah, aku tidak suka dengan Delon," kata Aditya lagi."Hem." Aisyah mengambil buka

    Last Updated : 2024-09-29
  • Rahasia di Balik Tirai Malam Pertama    Bab 12 Aditiya menginginkannya lagi

    Saat ini Aisyah memang menguji kesabaran dan perubahan suaminya. Apakah suami punya rencana lain? atau memang benar-benar tulus kepadanya. Aditya berangkat kerja, sementara Aisyah masih duduk di dalam kamar. Dia menghubungi kakek Joseph, mereka asyik berbicara di saluran telpon. Di luar kamar, terdengar suara gaduh, seperti orang-orang yang sedang bertengkar. Suara mereka saling bersahutan, semakin lama semakin keras, seolah-olah ketegangan di antara mereka mencapai puncaknya. Setiap kata yang terlontar terdengar tajam, penuh amarah. Aisyah membuka pintu sedikit, ternyata mertua saling tuduh mereka sama-sama selingkuh. Tiba-tiba kakek Glazer datang ingin melerai mereka. Berhubung Fransisco–ayah Aditya, sangat emosi menghembaskan kakek Glazer hingga jatuh. Tubuhnya menghantam dinding. Aisyah melihat itu, langsung keluar kamar. Frans dan Elsa tidak memperdulikan sang kakek pingsan. Aisyah terperanjat ketika melihat tubuh kakek Glazer tergeletak tidak sadarkan diri di ruang t

    Last Updated : 2024-09-30
  • Rahasia di Balik Tirai Malam Pertama    Bab 13 Mimpi basah

    "Apa yang kamu inginkan." Aisyah ingin beranjak dari tubuh Aditya, dengan cepat tangan Aditya menekan tubuhnya dengan erat. Tubuh mereka berdua menjadi satu, seakan Aditya tidak ingin melepas pelukannya. Seketika Aditya melumat bibir sang istri dengan ganas. Tubuhnya dibalik, posisi Aditya berada di atas. "Aku sudah tidak tahan lagi, Ais." Aditya dengan pelan meraba dan menciumi leher istrinya. Kedua tangan Aisyah dia genggam erat, seperti saat malam pertama dulu. Bedanya saat ini Aditya melakukan dengan sangat lembut. "Em, em, dasar pria b@jingan. Pria mesum," kata Aisyah masih memberontak terhadap perlakuan Aditya. "Istriku, tolonglah. Aku akan pelan, tidak akan menyakitimu. Jika kamu kesakitan bilang saja, akan berhati-hati memuaskan dirimu," kata Aditya dengan mata berkaca-kaca. Saat ini memang dia sangat menginginkan s3ksual. Dia melihat kebencian di mata Aisyah, langsung berhenti bermain. "Maaf." Aditya langsung keluar dari kamar tersebut. Dia sangat malu atas perlaku

    Last Updated : 2024-10-01
  • Rahasia di Balik Tirai Malam Pertama    Bab 14 Baru merasakan kehangatan

    Langit di atas terhampar luas, gelap namun bertabur bintang. Cahaya bintang-bintang itu berkedip-kedip, seolah memanggil mereka untuk sejenak larut dalam keindahannya. Aditya merapatkan tubuhnya pada pagar balkon, menghela napas pelan sembari memandang langit penuh kekaguman. Di sebelahnya, Aisyah berdiri diam, tersenyum tipis, matanya ikut terpaku pada kelap-kelip di atas sana. “Indah sekali, ya,” bisik Aisyah, suaranya hampir tenggelam oleh lembutnya suara malam. Aditya menoleh, menatapnya dengan lembut. “Iya, seperti kita sedang menyaksikan rahasia semesta yang tak terucapkan.” Mereka berdua terdiam lagi, membiarkan malam dan bintang-bintang menjadi bahasa yang menghubungkan mereka. Tiba-tiba Aisyah teringat bahwa dia tidak seakrab ini, 'Sadar Aisyah, jangan sampai jatuh cinta dengan pria ini.' "Ada apa?" tanya Aditya, dia melihat istrinya sedikit gelisah. "Oh, enggak. Aku mau tidur," balas Aisyah sambil berlalu meninggalkan suaminya. Sementara Aditya masih menatap b

    Last Updated : 2024-10-02

Latest chapter

  • Rahasia di Balik Tirai Malam Pertama    Bab 93 Salah paham

    Beberapa bulan kemudian, Aisyah bercerita tentang Aditya di keluarga Glazer kepada Arjuna dan dia juga bertanya tentang kakaknya Arjuna yang bernama Andre. Ternyata dulu memang ada konflik besar antara perusahaan Pak Daniel dan perusahaan Glazer. Arjuna menghela napas panjang sebelum mulai bercerita. "Andre... Dia memang kakakku, tapi sejak kecil aku tidak pernah bertemu dengannya lagi. Konflik antara keluarga kami dan keluarga Glazer sudah berlangsung lama. Sejujurnya, aku juga tidak tahu detailnya, tapi Ayah dan Pak Daniel dulu adalah rekan bisnis yang akhirnya menjadi musuh," jelasnya.Aisyah mendengarkan dengan seksama, mencoba menyusun potongan-potongan puzzle yang semakin membingungkan. "Jadi... kalau benar Aditya adalah Andre, mungkin dia korban dari konflik keluarga ini? Apa mungkin identitasnya sengaja diubah?" tanyanya, berusaha mencari kebenaran.Arjuna mengangguk pelan. "Itu bisa saja terjadi. Aku pernah mendengar cerita bahwa saat kecil, kakakku menghilang di tengah konf

  • Rahasia di Balik Tirai Malam Pertama    Bab 92 Terluka

    Ketika Delon mendobrak pintu kontrakan dengan keras, Aisyah tersentak panik. Dengan tangan gemetar, ia segera meraih ponsel dan menelepon Arjuna. Suaranya terdengar gemetar ketika berbicara:"Arjuna... tolong aku... Delon... dia—"Belum selesai ia bicara, Delon dengan kasar merebut ponsel dari tangan Aisyah dan melemparkannya ke sudut ruangan."Berhenti mencari perlindungan dari pria lain, Aisyah! Aku datang ke sini untuk menyelesaikan masalah. Kamu harus dengar aku!" kata Delon.Aisyah mundur perlahan, memeluk bayinya erat-erat sambil menahan air mata. "Apa yang kamu inginkan, Delon? Kenapa kamu tidak bisa meninggalkanku dan keluargaku sendiri?"Delon dengan nada marah, "Keluarga? Apa keluarga ini tanpa Aditya? Dia sudah mati, meninggalkanmu sendirian di sini! Aku datang untuk memberikan tawaran yang lebih baik, tapi kamu terus menolakku. Aku bosan dengan semua ini!"Sementara itu, di sisi lain, Arjuna yang mendengar panggilan terputus langsung mencurigai ada sesuatu yang tidak beres

  • Rahasia di Balik Tirai Malam Pertama    Bab 91 Ujian

    Raina tersenyum kecil sambil menundukkan kepala agar tidak terlihat terlalu senang.Raina (dalam hati): Setidaknya aku punya sedikit waktu lagi bersamanya.Namun, semakin lama Aditya tinggal, semakin ia merasa ada sesuatu yang aneh. Suatu malam, ia memergoki Raina berjalan normal ke dapur untuk mengambil air. Ia langsung merasa ada yang tidak beres."Raina? Katanya kamu tidak bisa berjalan?" tanya Aditya.Raina terkejut, wajahnya memerah karena ketahuan. Ia mencoba mencari alasan. "A-aku... kakiku sudah mulai membaik. Aku hanya tidak ingin membuatmu khawatir."Aditya tidak mengatakan apa-apa lagi, tetapi ia tahu ada sesuatu yang sengaja direncanakan oleh Raina.Keesokan paginya, Aditya berpamitan kepada pria tua itu tanpa memberitahu Raina. Ia meninggalkan syal pemberian Raina di meja sebagai tanda penghormatan, lalu berjalan pergi dengan tekad yang lebih kuat untuk segera menemukan keluarganya."Maafkan aku, Raina. Tapi keluargaku adalah segalanya bagiku," kata Aditya dalam hati.Rai

  • Rahasia di Balik Tirai Malam Pertama    Bab 90

    Ketika suasana masih tegang, suara mobil mewah terdengar berhenti di depan rumah. Semua orang menoleh ke arah pintu, dan muncullah Pak Daniel, mengenakan setelan rapi, ditemani oleh asistennya. Wajahnya terlihat tenang, tapi penuh wibawa.Pak Daniel memberi sapaan, "Selamat pagi semuanya. Maaf kalau saya datang tanpa pemberitahuan."Kakek menyambut dengan sopan, sementara Aisyah merasa semakin bingung dengan semua yang terjadi. Pak Daniel langsung menuju Arjuna dan menepuk bahunya."Arjuna, aku mendengar dari asistennya bahwa kamu ingin Aisyah menjadi bagian dari keluarga kita. Itu kabar yang menggembirakan."Aisyah membelalak.Aisyah mendengar perkataan Pak Daniel. "Pak... maksud Bapak?"Pak Daniel menatap Aisyah dengan senyuman hangat sambil berkata, "Aisyah, saya tahu kamu masih berduka atas Aditya. Tapi dunia ini tidak berhenti, Nak. Kalau kamu mau, kami akan sangat bahagia jika kamu menjadi menantu keluarga kami. Arjuna adalah pria yang baik, dan dia benar-benar tulus mencintaimu

  • Rahasia di Balik Tirai Malam Pertama    Bab 89 Aisyah tegar

    Aditya ternyata telah diculik oleh seseorang yang tidak dikenal, dan setelah beberapa hari ia menyadari bahwa dalang di balik semua ini adalah Delon. Dalam keadaan terkurung di sebuah ruangan kecil, Aditya mencoba tetap tenang sambil mencari celah untuk melarikan diri.Delon datang menemui Aditya dengan senyum penuh kemenangan."Lama tak berjumpa, Aditya. Kau pikir bisa hidup tenang setelah meninggalkan perusahaan Glazer? Lihat di mana kau sekarang. Ini balasan untuk semua penghinaan yang kau lakukan!"Aditya dengan tenang sambil menyeringainya, "Delon, kau tidak berubah. Kau selalu menyalahkan orang lain atas kegagalanmu. Kalau perusahaan Glazer di ambang kehancuran, itu karena ketidakmampuanmu, bukan karena aku."Delon marah menampar pipi Aditya, "Tutup mulutmu! Kau tahu apa yang sudah kulakukan untuk mempertahankan perusahaan? Aku hanya ingin kau kembali dan membantu memperbaiki keadaan. Tapi kau malah meremehkanku!"Aditya akhirnya memahami bahwa penculikan ini adalah hasil dari f

  • Rahasia di Balik Tirai Malam Pertama    Bab 88 Tanpa Aditya

    "Tolong... ada yang bisa membantu saya?" Aisyah berteriak minta tolong.Beberapa orang yang lewat mulai memperhatikan keadaannya. Seorang wanita muda dengan cepat menghampiri Aisyah.Wanita paruh baya menghampiri Aisyah sambil berkata, "Bu, ibu baik-baik saja? Ini sudah mau melahirkan, ya?"Aisyah hanya mengangguk lemah sambil menahan rasa sakitnya."Tolong... saya butuh bantuan... saya sendirian..."Tepat pukul setengah dua siang, Aisyah yang sudah tidak tahan lagi merasakan gelombang kontraksi yang semakin hebat. Wajahnya pucat, tubuhnya gemetar, namun dia tetap mencoba bertahan. Kerumunan orang di sekitarnya mulai panik melihat kondisinya.Orang-orang sekitar, "Cepat, tolong bantu dia! Bawa ke rumah sakit!"Dengan sigap, beberapa pria membantu mengangkat Aisyah ke dalam mobil warga yang bersedia mengantarnya. Di sepanjang perjalanan ke rumah sakit terdekat, Aisyah terus menggenggam perutnya, menahan rasa sakit yang luar biasa.Aisyah dengan suara lemah, "Ya Allah... berikan aku ke

  • Rahasia di Balik Tirai Malam Pertama    Bab 87 Cemas

    Hari-hari berlalu dengan penuh kesyukuran di kontrakan kecil mereka. Aditya dan Aisyah menjalani kehidupan sederhana dengan penuh cinta dan pengertian.Setiap pagi dimulai dengan sarapan bersama. Aditya sering kali membantu Aisyah menyiapkan makanan, sementara Aisyah selalu memastikan suaminya berangkat kerja dengan bekal dan doa.Malam harinya, mereka berbagi cerita tentang keseharian masing-masing. Aditya berbicara tentang pekerjaannya, rekan-rekan di kantor, dan bagaimana ia belajar lebih bersabar menghadapi berbagai tantangan. Sementara itu, Aisyah bercerita tentang tetangga-tetangga mereka, perkembangan kandungannya, dan mimpi-mimpinya untuk masa depan anak mereka."Abi, Umi bahagia banget. Meskipun kita nggak punya banyak, rasanya cukup karena kita saling mendukung."Aditya tersenyum, menggenggam tangan Aisyah saat duduk bersama, "Iya, Umi. Allah sudah kasih kita yang lebih berharga daripada harta. Keluarga kecil kita ini."Mereka saling terbuka tentang kekhawatiran dan harapan

  • Rahasia di Balik Tirai Malam Pertama    Bab 86 Semakin banyak masalah semakin mesra

    Setelah Aisyah bebas dari penjara, hubungan mereka bertiga semakin sering terlihat akrab. Arjuna selalu hadir saat Aditya dan Aisyah membutuhkan bantuan. Namun, Aditya mulai merasakan sesuatu yang ganjil dari sikap Arjuna. Setiap kali Aisyah berbicara atau memuji Arjuna, Aditya merasakan cemburu yang tak dapat ia kendalikan.Suatu malam, saat hanya mereka berdua di rumah, Aditya mencoba mengungkapkan perasaannya kepada Aisyah."Umi, aku ingin bicara jujur. Aku nggak tahu apa aku yang terlalu sensitif atau bagaimana, tapi aku merasa nggak nyaman setiap kali kamu memuji Arjuna."Aisyah: tersenyum lembut mengerti apa yang dirasakan suaminya, "Abi, jangan berpikir yang aneh-aneh. Aku memang berterima kasih pada Arjuna karena dia sudah membantu kita, tapi bagiku, Abi adalah yang terbaik. Aku cinta sama Abi, nggak ada yang bisa menggantikan kamu."Aditya tersenyum lega mendengar penjelasan istrinya.Namun, di sisi lain, Arjuna memiliki niat tersembunyi. Ia sebenarnya diam-diam ingin memilik

  • Rahasia di Balik Tirai Malam Pertama    Bab 85 Bersyukur

    Aditya duduk di tepi tempat tidur, menatap wajah Aisyah yang tertidur lelap. Pikirannya melayang jauh ke masa lalu. Dia teringat betapa keras dan dinginnya dia terhadap Aisyah saat mereka pertama kali menikah. Salah paham yang membuat dirinya menilai Aisyah dengan buruk, padahal kenyataannya istrinya adalah wanita yang luar biasa.Air mata perlahan mengalir dari sudut matanya, bukan karena sedih, tetapi karena rasa syukur yang mendalam.Aditya (dalam hati): "Ya Allah, dulu aku begitu bodoh menilai dia dengan cara yang salah. Engkau menunjukkan kebenaran dengan cara yang unik, memperlihatkan siapa yang buruk dan siapa yang benar-benar tulus. Engkau gantikan hidupku yang penuh keburukan dengan Aisyah, wanita yang sabar dan baik hati. Aku sungguh beruntung."Dia menyeka air matanya dan tersenyum sambil menggenggam tangan Aisyah yang masih terlelap."Umi, kamu adalah jawaban dari doa-doa yang nggak pernah aku tahu aku butuhkan. Kamu membuat aku jadi orang yang lebih baik. Mulai sekarang,

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status