Setelah pertemuan Aditya dengan wanita yang dicintainya. Malam yang biasa sangat kejam, dia hanya diam saja.
Aisyah mencoba untuk berani bertanya, "Apa yang Anda pikirkan?" "Ada apa maksud kamu. Hah ...!" "A–ku hanya bertanya, Tuan," balas Aisyah ketakutan. "Apa yang kamu inginkan? Tiba-tiba muncul di ruang tamu saat Chintya datang." Seketika hati Aisyah berdegup kencang mendengar suara keras suaminya. Seakan masuk dalam hati yang paling dalam. Dia belum berkata apa-apa, Aditya langsung menarik pakaiannya. "Maaf, maaf, aku tidak bicara lagi." Aisyah ketakutan melihat suaminya semakin marah, dia mengeluarkan sesuatu. Selama ini dia lakukan sudah keterlaluan, malam ini membuat Aisyah seumur hidup tidak bisa memaafkan pria itu. Perlakuan seperti di saat malam pertama, terulang kembali. Terasa lebih dari apa yang selama ini yang dia rasakan. Tubuhnya dibuat seperti boneka, setelah Aditya puas membuat air mata menetes membanjiri pipi sang istri. Perlakuan suami yang begitu buruk. Selama berjam-jam suami menjadikannya seperti boneka mainan napsunya. Bukan kenikmatan yang ada dalam diri sang istri, melainkan kesedihan batin dan fisik. Keesokan harinya, Aisyah merencanakan matang-matang untuk pergi dari rumah. Mereka semua lengah, dia pergi dari rumah tersebut. Awalnya Aisyah sangat senang sudah pergi dari rumah itu, tetapi setiap malam perlakuan suami dan keluarganya menghantui dirinya. Dia berusaha untuk tegar dan bangkit, perlu waktu yang sangat lama untuk belajar menjadi wanita tangguh. Setiap hari Aisyah berusaha melamar pekerjaan. Hanya dengan ijazah SMA sangat sulit di bagian perusahaan. Dia hanya bisa melamar sebagai cleaning service. Berbulan-bulan lamanya, Aisyah baru menemukan pekerjaan. Di sisi lain, awalnya Aditya tidak memedulikan istrinya pergi. Ketika sang kakek ingin pulang ke Indonesia. Aditya cepat-cepat memerintahkan asisten pribadinya untuk mencari keberadaan Aisyah. Saat itulah, ternyata bukan wanita nakal yang dia nikahi melainkan Aisyah wanita sholeha. "Apa, dia bukan putri Dirgantara?" tanya Aditya memastikan. "Benar, Tuan. Awalnya memang Sera putri Dirgantara yang bertunangan dengan Anda. Setelah pernikahan berlangsung Sera punya masalah dengan kekasih barunya. Kemungkinan besar dia diculik oleh pacarnya sendiri," jelas sang asisten. "Ya, memang saat bertunangan aku tidak datang. Sudahlah, cari istriku sampai ketemu!" perintah Aditya tegas. "Baik." Mulai hari itu Aditya terbayang-bayang malam pertama yang dia lakukan pada istrinya. Dia menyesali perbuatannya, tetapi semua itu sudah terlambat. ________________ Di perusahaan Pak Joseph, dia CEO yang berpengalaman dan kompeten di perusahaan Atelier Group (AG). Dengan latar belakang pendidikan yang kuat di bidang manajemen bisnis dan pengalaman lebih dari 30 tahun di industri ini, dia dikenal sebagai pemimpin visioner yang mampu mengarahkan perusahaan menuju kesuksesan. Aisyah diterima di perusahaan tersebut. Ketika Aisyah sedang membersihkan ruang CEO, dia terkejut melihat Aditya berjalan menuju ruangan tersebut. Dia bergegas untuk bersembunyi di bawah meja. Hanya meja satu-satunya ruangan yang bisa dibuat sembunyi. Terdengar suara Pak Joseph baru masuk ke ruangan. Aisyah ketakutan Pak Joseph akan marah, tetapi beliau hanya tersenyum melihat ada gadis bersembunyi. Hatinya sangat lega, ternyata benar yang dikatakan para karyawan. Bahwa Pak Joseph memang peduli dengan karyawannya. Sesaat kemudian, Aditya sudah pergi dari ruangan tersebut. "Keluarlah, dia sudah pergi!" serunya dengan senyum ringan. Aisyah keluar dari persembunyian di bawa meja Pak Joseph. "Terima kasih Pak," ucap Aisyah menunduk, dia ingin segera pergi dari ruangan tersebut, beliau malah menyuruh untuk duduk. Aisyah menceritakan semua kejadian yang menimpanya. Pak Joseph ikut prihatin atas kejadian yang dialami. "Aku akan membantumu untuk balas dendam," kata Pak Joseph tiba-tiba. Awalnya Aisyah tidak mau, setelah Pak Joseph menawarkan tidak gratis akhirnya dia menyetujui bantuan Pak Joseph. Itu sebuah keberuntungan yang besar untuknya. Ya, meskipun tidak gratis, dia tetap bersyukur atas bantuannya. Mulai hari ini juga, dia disuruh pindah di rumah beliau. Perkiraannya 10 tahun ingin muncul saat kesuksesan tiba. Ternyata keberuntungan datang hanya beberapa bulan. Ya, mungkin trauma fisik belum sepenuhnya sembuh. Sebuah kebencian mendorong untuk bisa menjadi wanita kuat dan tangguh. Pak Joseph yang dianggap sebagai kakeknya sendiri. Beliau juga memberikan bantuan banyak, beliau juga mengajarkan tentang perusahaan. Selain itu, Aisyah untuk meneruskan pendidikannya. Pada pagi yang cerah, Aisyah bangun dengan semangat untuk memulai hari baru di kantor. Tiba di kantor, semua menyapa Aisyah dengan ramah. Saat ini waktu pertemuan dengan pria yang pernah menyiksanya. Pintu terbuka, pria tampan yang kejam berada di depan mata. Saat ini ketegangan di seluruh tubuh Aisyah, jantung berdegup kencang, dan pikiran dipenuhi oleh bayangan-bayangan masa lalu yang menyakitkan. Ada rasa takut bahwa kekejaman yang pernah dia alami malam pertama yang kejam bisa terulang kembali. Merasa tidak berdaya di hadapannya. Namun, penting untuk mengingat bahwa sekarang lebih kuat dan lebih bijaksana dari sebelumnya. Menyadari bahwa dia memiliki kendali atas situasi dan bisa menetapkan batasan untuk melindungi diri sendiri. Aisyah mencoba tersenyum kepada Aditya sambil mengulurkan tangan, "Perkenalkan namaku Aisyah Humaira Levitt." Aditya bergeming tidak percaya saat melihat wanita di depannya dengan tatapan penuh makna. 'Mungkin dia ingin menyeret tubuhku lalu dengan kejam melakukannya di dinding. Hanya saja ini perusahaan rekan bisnis yang sama-sama memiliki kekuasaan,' batin Aisyah penuh dengan kebencian. Aditya melihat istrinya yang sudah berubah. Dari penampilan kepala sampai ujung kaki masih terlena. Aisyah memakai jilbab yang rapi dan jam tangan perak melekat di pergelangan kiri. Pakaian yang bewarna putih dengan aksen renda di bagian kerah dipadukan dengan rok hitam yang elegan. Sepatu hak tinggi warna nude dan tas tangan kecil melengkapi penampilannya. Sungguh cantik saat ini, sangat jauh berbeda dengan dulu. Tanpa di duga Aditya meminta maaf kepada Aisyah, "Aisyah. Maafkan aku." Aditya langsung memegang tangan Aisyah dan kedua lututnya di lantai. Seketika sang istri sontak terkejut dengan apa yang dilakukannya saat ini. Aisyah langsung menghindar lalu duduk di kursi sambil berkata, "Apa yang Anda lakukan? Duduklah sebagai rekan bisnis profesional." "Mungkin kamu sangat membenciku. Aku tahu sebenarnya kamu bukan wanita yang ingin dinikahkan denganku?" ucapnya tanpa memedulikan perkataan Aisyah tadi. Aisyah hanya bisa meremas jari-jari tangan di atas pahanya sendiri. "Apa alasan Anda bersikap seperti itu? Di malam pertama. Jawablah, apa alasan Anda?" Aisyah mencoba untuk ingin tahu alasannya bersikap kejam kepadanya. "Maafkan atas perlakuanku," ucapnya terlihat menyesal tanpa memberi tahu alasannya. 'Apa yang harus aku katakan. Dia sekarang sangat cantik,' batin Aditya sedikit menyesal. Saat ini Aisyah mencoba tenang dan mendengar pria itu. "Setiap malam aku selalu menyesali atas perbuatanku padamu, pada malam pertama dan malam selanjutnya," ucap Aditya menyesali perbuatannya. Seketika beberapa perlakuannya muncul dipikiran Aisyah. Ketika malam pertama dia memperlakukan dengan buruk. Aisyah menarik napas panjang, mencoba tenang lalu berkata, "Apa yang Anda bicarakan?" "Aku minta maaf, mari membuat lembaran baru. Masa lalu biarlah berlalu," kata Aditya dengan nada sedih. Aisyah tidak tahu pria itu berpura-pura atau tidak. Yang terpenting dia tidak ingin tergoda oleh ucapannya. "Aku mohon kembalilah ke rumah menjadi istriku. Aku akan memperlakukan dirimu seperti ratu," janjinya untuk saat ini. Aisyah ingin marah, dulu di mana saat keluarganya menjadikan Aisyah pembantu. Ketika dia sakit di mana perasaannya, merintih kesakitan di malam pertama. Di mana hati nuraninya saat itu? "Apakah Anda sedang bermimpi?" tanya Aisyah. "Aisyah, kembalilah ke rumah," mohon Aditya dengan mata berkaca-kaca. "Apa maksud Anda?" tanya Aisyah mencoba tenang. "Aku tahu, kamu sudah sangat membenciku, pantaskah aku mendapatkan maafmu?!" Aditya tahu perbuatan kejamnya tidak pantas dimaafkan. Dia ingin menebus kesalahannya, ingin membuat istrinya bahagia. "Berilah satu kesempatan lagi," kata Aditya lagi. Aisyah mencoba untuk tenang dan mendengarkan penjelasan pria tersebut. Dia ingin balas dendam, tetapi dia tidak ingin dirinya tertindas lagi. Kapan dia siap kembali ke rumah Aditya, dia harus benar-benar siap segalanya. "Pergilah, aku tidak ingin melihatmu!" Aisyah sudah tidak tahan lagi, kekejamannya masih melintas di pikiran. "Ya, aku tahu. Kamu tidak akan memaafkanku. Besok aku akan datang kesini lagi. Ini semua dokumen tentang bisnis kita. Kalau boleh tahu, ada hubungan apa kamu dengan Pak Joseph?" "Itu bukan urusan Anda," balas Aisyah dingin. Dia mencoba untuk tenang dan tidak terbawa amarah, dia ingin menunjukkan kepadanya, bahwa dirinya bukan wanita yang lemah dan miskin. Dahulu Aditya selalu merendahkannya selama hidup di keluarga Glazer. "Baiklah, saya akan tetap menunggu sampai kamu memaafkanku dan kita menjalin hubungan baru," kata Aditya. Keheningan di ruangan ini, memperlihatkan ruang kerja CEO yang luas dan mewah. Aditya terheran-heran dengan keadaan Aisyah saat ini. Dinding-dinding kaca memberikan pemandangan kota yang menakjubkan, sementara meja besar di tengah ruangan dipenuhi dokumen penting. Ya, di balik meja, Aisyah fokus pada layar komputer di depannya. Mencoba tidak terpengaruh masalah pribadinya dengan pria yang ada di depannya. Aisyah membuka dokumen yang di bawa Aditya. "Saya butuh dokumen yang baru lagi," kata Aisyah tanpa mengalihkan pandangan dari layar, mencoba suara tegas dan penuh wibawa. Aditya hanya tersenyum penuh makna saat melihat istrinya benar-benar berubah. Dia memandang Aisyah terlena yang semakin cantik dan elegan. .Suasana di dalam ruangan terasa serius tetapi produktif. Telepon di meja berdering, Aisyah segera mengangkatnya. Ternyata dari sang asisten pribadi Pak Joseph memberi instruksi cara pengembangan proyek yang ditangani Aisyah.Aisyah mendengarkan dengan seksama sambil mencatat poin-poin penting. Seakan-akan dia tidak menghiraukan pria di depannya. Dia ingin menunjukkan bahwa dirinya tidak seperti dulu lagi.Aditya diam-diam mencuri pandang melihat istrinya, dia sangat cantik. Aisyah berwajah oval dan kulit cerah. Matanya besar dan berkilau, seolah-olah selalu menunjukkan kebaikan dan kehangatan. Senyumannya indah saat berbicara di telepon. Saat bersama Aditya, Aisyah jarang bicara apalagi tersenyum, hanya isak tangis. Ditambah lesung pipi muncul di kedua sisi pipinya. Busananya sederhana, tetapi elegan membuat beda dengan wanita yang pernah ditemui Aditya.'Kenapa dulu tidak pernah melihat sisi baiknya dari wajah, memang aku terlalu bodoh menilai wanita,' batin Aditya menyesal. Bertahun
"Makan pil itu, aku tidak ingin punya anak darimu!" suruh Aditya dengan ketus. Aisyah hanya bisa menangis tanpa menjawabnya. "Diam! Jangan cengeng!" bentaknya, "jangan harap kamu bisa menikmati sebagai Nyonya Glazer! Kamu hanya pelampiasan semata." Saat ini adalah malam pertama Aisyah. Dia baru menikah langsung ikut suami–Aditya Glazer. Awalnya yang ingin menikah dengan Aditya adalah putri pamannya–Sera. Berhubung Sera kabur bersama pacarnya, paman meminta Aisyah untuk menggantikan pernikahan tersebut. Aisyah selalu ingat kata-kata pamannya, 'Jangan pernah mengecewakan paman.' Paman yang selalu merawat hingga dewasa, berhubung beliau membutuhkan bantuan Aisyah, agar tidak malu atas perjanjian pernikahan guna menyelamatkan perusahaan kecil Dirgantara kepada keluarga Glazer. Aditya membuka mata tajamnya, dia ingat video panas kekasihnya sendiri dengan pria lain. Gelora panas dalam dirinya muncul, kekecewaan, marah, semua yang dia rasakan ingin meledak. Dia melihat istri yang dia
Malam begitu melelahkan bagi Aisyah, dia tidak bisa tidur. Ketakutan dan kecemasan selalu muncul di benaknya. Setelah Aisyah tertidur pulas, tiba-tiba adik angkat Aditya–Delon masuk di kamarnya. Dia ingin berbuat buruk kepada Aisyah. Aisyah lari ke arah pintu lalu keluar dari kamar tersebut. Tanpa menoleh ke belakang, berlari menuruni anak tangga. Ketika ingin membuka pintu rumah, seketika pintu terbuka sendiri. Tidak sengaja tubuhnya menabrak seseorang yang baru saja masuk. Dia mendongak ke arah wajahnya, ternyata dia–Aditya. Tubuh dan tangan Aisyah gemetar ketakutan. Ingin meminta tolong kepadanya, seakan mulut terkunci rapat disebabkan tatapan sang suami menakutkan. "Mau kemana kamu?" Pertanyaannya tidak bisa dia jawab, lalu Aditya menarik tangan istrinya dengan keras. Aisyah ingin berkata, 'Jangan keras-keras, tanganku sakit!' itu hanya ilusi belaka. Setelah menaiki tangga, terlihat Delon ingin masuk ke kamarnya sendiri dengan senyum licik. Aditya tanpa sekata pun
Aditya melempar tubuh istrinya di ranjang. Dia tidak ingin tertipu oleh wanita. "Kamu jangan pura-pura sakit. Apa yang kamu inginkan dariku?" Emosinya semakin tidak stabil, apalagi jika melihat sang istri. Kemarahannya tidak bisa ditahan lagi. Wajah Aisyah tampak begitu pucat, dengan rona yang hilang dari pipinya seolah segala energi telah terserap habis. Matanya terlihat lembab, berkaca-kaca, memancarkan lelah dan ketidaknyamanan yang mendalam, tanda bahwa tubuhnya tengah berjuang melawan sakit yang dia rasakan. Napasnya sesekali terdengar berat, menambah kesan betapa tubuhnya sedang lemah dan membutuhkan istirahat. Rasa sakit begitu dahsyatnya masih sangat terasa yang dirasakan Aisyah. Aditya tidak pernah percaya kalau istrinya memang benar-benar sakit. "Tuan, aku sakit," ucap Aisyah lirih sembari meringkuk. "Baiklah, jika memang kamu sakit. Pergilah ke rumah sakit!" Aisyah sedikit senang mendengar Aditya menyuruh untuk pergi ke rumah sakit. "Pergi sendiri sana!" ucap Ad
Waktu terus berjalan, Aisyah ingin pergi dari rumah tersebut, tetapi dia berfikir membutuhkan biaya banyak. Dia tahan untuk mengumpulkan dana untuk pergi dari rumah tersebut. Suami hanya memberi uang harian tidak seberapa. Aisyah sangat berhemat, dia tidak pernah membeli yang tidak diperlukan. Aditya masih kejam dan dingin, jika ingat video panas sang kekasih dengan selingkuhannya. Pikiran pria itu sangat buruk bila menyangkut penghianatan orang dia cintai dan dia percaya. Emosinya tidak bisa dikendalikan yang mengakibatkan kekejaman pada istrinya. Selama setahun kehidupan Aisyah di keluarga Glazer. Semua perkataan dan penjelasannya, yang selalu diabaikan suaminya. Pada suatu hari, Shintya sudah pulang dari Amerika. Saat itu Aditya mendapat telpon dari asistennya. ('Tuan, Nona Shintya sudah ada di depan rumah. Bagaimana? Dia ingin masuk,' kata asisten pribadi yang selalu mengikuti instruksi Aditya. Sekarang dia berjaga di depan rumah. 'Apa? Chintya!' Aditya seketika ingat penghi