Terima kasih banyak pembaca RWP 🌺yang baik hati🤗 Terus di tunggu yaa kelanjutan cerita dari RWP nya Mohon bantu komentarnya yaa✍️✍️✍️ Terimakasih untuk vote💎💎💎💎💎love,❤❤❤❤❤dan bintang 5💫💫💫💫💫 Jaga kesehatan selalu.🏃♂️🏃♀️💪 Komentarnya ditunggu yaa... ✍️✍️✍️✍️ Terima kasih🙏🙏🤩🤗😍
Sesampai di Rumah sakit, Andini langsung menuju ruang perawatan Prayoga. Sesampai di ruang perawatan, Prayoga terlihat duduk dengan posisi tempat tidur di setel agak tinggi di bagian kepalanya, agar ia dapat menyandarkan kepala dan punggungnya. “Pagi mas,” ucap Andini tersenyum ke arah Prayoga. Andini berjalan menuju tempat tidur Prayoga, dan membalas senyuman Prayoga. Kemudian ia menaruh makanan yang dibawanya pada meja yang berada di samping tempat tidur. “Gimana kondisi kesehatan mas hari ini?” tanya Andini. “Sudah semakin baik, Din..., bagaimana akhirnya Din, dengan rencana pengobatan mas ke Singapura? Apa sudah ada persetujuan dari Dokter yang menangani penyakitku?” tanya Prayoga menatap mata Andini yang terlihat, menoleh ke arahnya. Tanpa sengaja pandangan mereka beradu, lalu Andini berusaha menghindar tatapan mata Prayoga dengan mengambil makanan yang ia bawa.Andini langsung menyuapi Prayoga, dengan terus menghindari tatapan Prayoga. Ia kini fokus hanya dengan nasi dan lau
Andini duduk berhadapan dengan ibu Liza. Disana ibu Liza menerangkan alur dari pada proses yang akan dilakukan. Lalu ibu Liza pun meminta beberapa surat identitas dari kedua pasangan, surat kartu keluarga, akta nikah serta fotokopi dari akta kelahiran anak. Dan ibu Liza juga menanyakan perihal alasan gugatan cerai, serta meminta bukti dari apa yang dituduhkan, jika itu mengenai perselingkuhan atau pun si suami menikah tanpa minta persetujuan dari istri. Andini mendengarkan kata-kata dari ibu Liza selaku pengacara dengan serius. “Bu Andini, kira-kira apa ada yang akan di tanyakan?” Terlihat Andini ragu-ragu dalam mengungkapkan apa yang ingin dikatakannya. Dan hal itu telah disadari oleh ibu Liza, selaku pengacara yang terbiasa menangani persoalan rumah tangga. “Ibu, kalau memang masih ragu, coba pikirkan kembali, dan disini saya adalah pengacara ibu, yang mewakili seluruh masalah yang terjadi pada ibu. Jadi ibu jangan sungkan menceritakan perihal apa pun, karena saya akan merahasiak
Entah mengapa ada perasaan puas di dalam hati Angel, ketika tanpa sengaja, komunikasi antara ia dan ibu Nina yang terjadi tadi, jelas memberikan jarak antara ia dan ibu Nina. Apalagi terlihat ibu Nina menghormatinya sebagai cucu dari Anggara yang pastinya serta secara tidak langsung memberikan penilaian berbeda dalam segi pandangan Erwan terhadap ia yang sekarang. Kini Angel sedang menuju ruang pak Anggara yang sedang menunggunya. “Sore Eyang...,” Angel tersenyum ke arah Anggara yang sedang menandatangani beberapa berkas. “Angel, kamu bisa bantu stempel semua yang sudah eyang tanda tangani,” pinta Anggara pada Angel yang terlihat di ruangannya. Kemudian, Angel pun membantu Anggara untuk menstempel beberapa berkas yang telah di tanda tangani olehnya. Setelah dilihatnya pekerjaan Anggara telah rampung, Angel lalu memanggil ajudan dari Anggara untuk bisa membawanya turun ke lantai dasar. Mereka berjalan beriringan menuju lift. Sesampai di lift mereka menekan tombol G untuk sampai di
Pada hari ini, Angel berangkat ke kantor lebih pagi dari hari biasa, karena pada hari ini Anggara akan memimpin rapat, oleh karena itu, ia berangkat lebih awal, sehingga membuat Angel berangkat dari rumah lebih pagi dari hari biasanya. Tidak seperti hari-hari kemarin, hari ini Angel tidak sarapan pagi di rumah, karena mamanya, Andini tidak masak seperti yang biasa ia lakukan. Hari ini Andini akan disibukkan untuk menyelesaikan segala urusannya. Dari acara mengambil paspor yang telah jadi, kemudian ia juga akan memesan tiket keberangkatan ke Singapura. Serta ia juga akan ke tempat ibu Liza untuk memberikan surat kuasa penuh atas persidangan yang tidak dapat ia hadiri. Hanya pada sidang keputusan saja yang dapat ia hadiri, sesuai pembicaraan yang telah ia sampaikan kepada ibu Liza selaku pengacaranya. Karena belum sarapan, Angel pergi ke kantin yang berada dalam lingkup kantornya untuk sarapan pagi. Dan ketika hendak mencari Kartini di bagian customer service untuk di ajak sarapan, t
Hari ini, Andini menuntaskan seluruh pekerjaan yang telah ia lakukan hari ini. Baik pengambilan paspor di kantor Imigrasi, pengambilan tiket pesawat, dan yang terlama ketika ia mengunjungi Liza selaku pengacara yang mengurus percerainya. Selesai mengurus seluruh pekerjaannya hari ini, ia pun langsung mampir ke warung langganannya, dengan memesan makanan untuk ia dan Prayoga.Hari ini ia membawakan sayur asem berikut ikan peda kegemarannya dan Prayoga, di warung langganan Andini yang telah teruji kelezatannya. Lalu ia pun langsung menuju Rumah Sakit, setelah dilihat jam pada pergelangan tangannya telah menunjukkan pukul sebelah lebih tiga puluh menit, terpikir olehnya, begitu banyak waktu yang telah ia habiskan untuk mengurus seluruh kegiatan dan kepentingannya hari ini. Tepat jam dua belas, Andini sampai di Rumah Sakit. Setengah tergesa-gesa ia berjalan menuju lift untuk sampai di lantai 4, tempat di rawatnya Prayoga. Di depan kamar perawatan Prayoga, ia langsung masuk ke dalam ruan
Sehabis makan malam bersama di sebuah tempat romantis di sebuah hotel ternama, Andy mengantarkan Angel pulang ke rumah. Kala itu tepat pukul sebelas malam. Di dalam mobil mereka banyak bercerita tentang kegiatan masing-masing. Lalu pada kesempatan itu, Angel bertanya pada Andy perihal wanita yang disukainya dan yang pernah di pacarinya. “Andy, berapa kali punya pacar yang serius?” tanya Angel setelah mereka mengobrol tentang beberapa hal yang tidak terlalu penting. “Hmmmm, semua serius sih, mana ada pacaran enggak serius sih Ngel...,” ujar Andy dengan melirik ke arahnya sambil tetap menyetir mobil. Mendengar jawaban Andy yang mengambang seperti itu, Angel lalu kembali berkata, “Maksud aku itu, yang udah di kenalkan ke orang tua, dan yang benar-benar masuk ke hati.” “Kalau yang di kenalkan ke mama sudah tiga orang, semasa Sekolah Lanjutan Atas satu orang, teman kuliah satu orang dan teman aktivis satu orang, cuma yaa...memang belum berjodoh aja,” dengan polos Andy memberitahu menya
Seperti biasa, rutinitas yang dilakukan Angel pada pagi hari mencari gadgetnya. Ia membuka telepon masuk yang kira-kira kemarin terlewatkan. Setelah itu, ia akan menghapus seluruh telepon masuk dan keluar. Lalu ia akan membuka pesan masuk, teringat akan pesan Andy yang tengah malam belum ia balas. Pesan keluar untuk Andy. Pagi Andy, maaf baru balas... untuk hari ini jadi yaa acara JJ ke pantainya? Usai mengirimkan pesan pada Andy, Angel membuka sebuah pesan yang hanya terlihat nomor pengirimnya saja, berarti ia belum menyimpan nomor telepon itu. Setelah pesan itu dibuka, ternyata pesan tersebut dari Demas. Pesan masuk dari Demas. Pagi Angel, sebelumnya aku minta maaf atas kejadian semalam. Aku sengaja minum, untuk bisa berani berbicara sama kamu. Terima kasih kamu masih peduli sama aku. Angel, aku mohon, kembalilah padaku. Angel tersenyum membaca pesan singkat dari Demas. Sejenak ia menghela napas membaca pesan dari Demas. Ketika ia mengingat kembali kejadian semalam, dalam pikir
Selesai Angel membersihkan diri dan menghias wajahnya, Andy pun datang ke rumah. Ia masuk ke dalam rumah layaknya seorang tamu. Terdengar suara Andini memanggil Angel yang belum keluar dari kamarnya. “Andy, tante buatkan teh atau kopi?” tanya Andini pada Andy yang telah dipersilakan masuk dan duduk di ruang tamu. “Teh saja tante, jika tidak merepotkan,” jawab Andy dengan sopan santun. Andini yang mendengar jawaban dari Andy, tersenyum kecil dan beranjak dari ruang tamu sambil berkata, “Enggak merepotkan koq.” Andini berjalan ke arah dapur, sebelum itu ia mengetuk pintu kamar Angel yang bersebelahan dengan dapur.“Iyaa Maa..., masih berdandan, suruh tunggu sebentar lagi.” Di dapur Andini membuat dua gelas teh hangat dengan membawa kue lapis yang telah di potong-potong sebelumnya. Setelah itu, ia kembali ke ruang tamu membawakan dua gelas teh hangat berikut kue. Ia kemudian menyuguhkan teh dan kue lapis di meja dan menawari Andy.“Ayoo Andy, diminum dulu tehnya, ini kue lapis kesuk