Hai pembaca yang baik hati🙋♀️💕 Di tunggu terus kelanjutan RWP 🌺yaa. Tolong bantu untuk komentarnya ya✍️✍️ Terima kasih 🙏🙏 untuk vote💎, bintang5 💫nya, dan tanda lovenya.❤ Sekali lagi Terima Kasih dan Jaga Kesehatan.💪🏃♀️🏃♂️
Seperti hari-hari yang lalu, Andini selalu melakukan aktivitasnya sebagai seorang ibu rumah tangga yang baik. Di pagi ini, dirinya telah membuatkan sarapan untuk putrinya dan makanan untuk dibawa ke Rumah Sakit. Hari ini ia masak sop ayam kampung. Karena rencananya hari ini ia akan ke Rumah Sakit untuk mengurus beberapa surat hasil medical check-up dari Prayoga yang akan di bawa ke Rumah Sakit di Singapura sesuai dengan permintaan pamannya lewat hubungan telepon semalam. “Pagi Maa,” sapa Angel masih dengan pakaian tidurnya menyambangi Andini yang tengah menikmati secangkir kopi dengan sepotong ubi goreng. “Pagi...., apa kamu ingin teh hangat?” tanya Andini melihat ke arah putri cantiknya.Angel dengan manja mengangguk tanda setuju, kemudian ia duduk di kursi makan. Sedangkan Andini berjalan menuju dapur untuk membuatkan Angel segelas teh manis hangat. “Maa....jangan terlalu manis, karena kan Angel sudah manis,” ujar Angel sambil tersenyum ke arah Andini yang tersenyum mendengar ban
Sesampai di Rumah sakit, Andini langsung menuju ruang perawatan Prayoga. Sesampai di ruang perawatan, Prayoga terlihat duduk dengan posisi tempat tidur di setel agak tinggi di bagian kepalanya, agar ia dapat menyandarkan kepala dan punggungnya. “Pagi mas,” ucap Andini tersenyum ke arah Prayoga. Andini berjalan menuju tempat tidur Prayoga, dan membalas senyuman Prayoga. Kemudian ia menaruh makanan yang dibawanya pada meja yang berada di samping tempat tidur. “Gimana kondisi kesehatan mas hari ini?” tanya Andini. “Sudah semakin baik, Din..., bagaimana akhirnya Din, dengan rencana pengobatan mas ke Singapura? Apa sudah ada persetujuan dari Dokter yang menangani penyakitku?” tanya Prayoga menatap mata Andini yang terlihat, menoleh ke arahnya. Tanpa sengaja pandangan mereka beradu, lalu Andini berusaha menghindar tatapan mata Prayoga dengan mengambil makanan yang ia bawa.Andini langsung menyuapi Prayoga, dengan terus menghindari tatapan Prayoga. Ia kini fokus hanya dengan nasi dan lau
Andini duduk berhadapan dengan ibu Liza. Disana ibu Liza menerangkan alur dari pada proses yang akan dilakukan. Lalu ibu Liza pun meminta beberapa surat identitas dari kedua pasangan, surat kartu keluarga, akta nikah serta fotokopi dari akta kelahiran anak. Dan ibu Liza juga menanyakan perihal alasan gugatan cerai, serta meminta bukti dari apa yang dituduhkan, jika itu mengenai perselingkuhan atau pun si suami menikah tanpa minta persetujuan dari istri. Andini mendengarkan kata-kata dari ibu Liza selaku pengacara dengan serius. “Bu Andini, kira-kira apa ada yang akan di tanyakan?” Terlihat Andini ragu-ragu dalam mengungkapkan apa yang ingin dikatakannya. Dan hal itu telah disadari oleh ibu Liza, selaku pengacara yang terbiasa menangani persoalan rumah tangga. “Ibu, kalau memang masih ragu, coba pikirkan kembali, dan disini saya adalah pengacara ibu, yang mewakili seluruh masalah yang terjadi pada ibu. Jadi ibu jangan sungkan menceritakan perihal apa pun, karena saya akan merahasiak
Entah mengapa ada perasaan puas di dalam hati Angel, ketika tanpa sengaja, komunikasi antara ia dan ibu Nina yang terjadi tadi, jelas memberikan jarak antara ia dan ibu Nina. Apalagi terlihat ibu Nina menghormatinya sebagai cucu dari Anggara yang pastinya serta secara tidak langsung memberikan penilaian berbeda dalam segi pandangan Erwan terhadap ia yang sekarang. Kini Angel sedang menuju ruang pak Anggara yang sedang menunggunya. “Sore Eyang...,” Angel tersenyum ke arah Anggara yang sedang menandatangani beberapa berkas. “Angel, kamu bisa bantu stempel semua yang sudah eyang tanda tangani,” pinta Anggara pada Angel yang terlihat di ruangannya. Kemudian, Angel pun membantu Anggara untuk menstempel beberapa berkas yang telah di tanda tangani olehnya. Setelah dilihatnya pekerjaan Anggara telah rampung, Angel lalu memanggil ajudan dari Anggara untuk bisa membawanya turun ke lantai dasar. Mereka berjalan beriringan menuju lift. Sesampai di lift mereka menekan tombol G untuk sampai di
Pada hari ini, Angel berangkat ke kantor lebih pagi dari hari biasa, karena pada hari ini Anggara akan memimpin rapat, oleh karena itu, ia berangkat lebih awal, sehingga membuat Angel berangkat dari rumah lebih pagi dari hari biasanya. Tidak seperti hari-hari kemarin, hari ini Angel tidak sarapan pagi di rumah, karena mamanya, Andini tidak masak seperti yang biasa ia lakukan. Hari ini Andini akan disibukkan untuk menyelesaikan segala urusannya. Dari acara mengambil paspor yang telah jadi, kemudian ia juga akan memesan tiket keberangkatan ke Singapura. Serta ia juga akan ke tempat ibu Liza untuk memberikan surat kuasa penuh atas persidangan yang tidak dapat ia hadiri. Hanya pada sidang keputusan saja yang dapat ia hadiri, sesuai pembicaraan yang telah ia sampaikan kepada ibu Liza selaku pengacaranya. Karena belum sarapan, Angel pergi ke kantin yang berada dalam lingkup kantornya untuk sarapan pagi. Dan ketika hendak mencari Kartini di bagian customer service untuk di ajak sarapan, t
Hari ini, Andini menuntaskan seluruh pekerjaan yang telah ia lakukan hari ini. Baik pengambilan paspor di kantor Imigrasi, pengambilan tiket pesawat, dan yang terlama ketika ia mengunjungi Liza selaku pengacara yang mengurus percerainya. Selesai mengurus seluruh pekerjaannya hari ini, ia pun langsung mampir ke warung langganannya, dengan memesan makanan untuk ia dan Prayoga.Hari ini ia membawakan sayur asem berikut ikan peda kegemarannya dan Prayoga, di warung langganan Andini yang telah teruji kelezatannya. Lalu ia pun langsung menuju Rumah Sakit, setelah dilihat jam pada pergelangan tangannya telah menunjukkan pukul sebelah lebih tiga puluh menit, terpikir olehnya, begitu banyak waktu yang telah ia habiskan untuk mengurus seluruh kegiatan dan kepentingannya hari ini. Tepat jam dua belas, Andini sampai di Rumah Sakit. Setengah tergesa-gesa ia berjalan menuju lift untuk sampai di lantai 4, tempat di rawatnya Prayoga. Di depan kamar perawatan Prayoga, ia langsung masuk ke dalam ruan
Sehabis makan malam bersama di sebuah tempat romantis di sebuah hotel ternama, Andy mengantarkan Angel pulang ke rumah. Kala itu tepat pukul sebelas malam. Di dalam mobil mereka banyak bercerita tentang kegiatan masing-masing. Lalu pada kesempatan itu, Angel bertanya pada Andy perihal wanita yang disukainya dan yang pernah di pacarinya. “Andy, berapa kali punya pacar yang serius?” tanya Angel setelah mereka mengobrol tentang beberapa hal yang tidak terlalu penting. “Hmmmm, semua serius sih, mana ada pacaran enggak serius sih Ngel...,” ujar Andy dengan melirik ke arahnya sambil tetap menyetir mobil. Mendengar jawaban Andy yang mengambang seperti itu, Angel lalu kembali berkata, “Maksud aku itu, yang udah di kenalkan ke orang tua, dan yang benar-benar masuk ke hati.” “Kalau yang di kenalkan ke mama sudah tiga orang, semasa Sekolah Lanjutan Atas satu orang, teman kuliah satu orang dan teman aktivis satu orang, cuma yaa...memang belum berjodoh aja,” dengan polos Andy memberitahu menya
Seperti biasa, rutinitas yang dilakukan Angel pada pagi hari mencari gadgetnya. Ia membuka telepon masuk yang kira-kira kemarin terlewatkan. Setelah itu, ia akan menghapus seluruh telepon masuk dan keluar. Lalu ia akan membuka pesan masuk, teringat akan pesan Andy yang tengah malam belum ia balas. Pesan keluar untuk Andy. Pagi Andy, maaf baru balas... untuk hari ini jadi yaa acara JJ ke pantainya? Usai mengirimkan pesan pada Andy, Angel membuka sebuah pesan yang hanya terlihat nomor pengirimnya saja, berarti ia belum menyimpan nomor telepon itu. Setelah pesan itu dibuka, ternyata pesan tersebut dari Demas. Pesan masuk dari Demas. Pagi Angel, sebelumnya aku minta maaf atas kejadian semalam. Aku sengaja minum, untuk bisa berani berbicara sama kamu. Terima kasih kamu masih peduli sama aku. Angel, aku mohon, kembalilah padaku. Angel tersenyum membaca pesan singkat dari Demas. Sejenak ia menghela napas membaca pesan dari Demas. Ketika ia mengingat kembali kejadian semalam, dalam pikir
“Angel.., katakan pada papa, bagaimana cara papa bisa menebus segala kebodohan yang selama ini papa lakukan? Katakan sayang,” ucap Prayoga dengan masih menggenggam tangan putrinya dan sesekali diciumnya.“Papa.., jangan berkata seperti itu, semua itu juga bukan kesalahan papa semata. Angel minta, sembuhlah dari sakit dan jangan tinggalkan saya lagi, hanya karena penyakit itu,” ucap Angel disela tangis bahagianya karena mempunyai seorang papa yang sangat lembut dalam bertutur kata.Setelah saling sama-sama melepaskan kerinduan atas rasa kasih sayang yang telah lama tidak pernah mereka rasakan satu dan lainnya. Prayoga pun mengajak Angel untuk ke rumah dan menemui mamanya dan Eyangnya. Setelah itu mobil Prayoga pun keluar halaman dan usai mengunci semua pintu dan menggembok pintu pagarnya, Angel pun masuk ke mobil Prayoga. Lalu mobil pun berlalu dari rumah Andini menuju rumah Anggara dengan membawa penerus tunggal kejayaan dan kekayaan bagi keluarganya.Sepanjang perjalanan m
Taxi yang membawa Andini berhenti pada sebuah rumah megah dengan cat berwarna putih. Pada bagian ke rumah megah bercat putih dengan dua orang satpam yang berjaga di pos penjagaan. Dan Andini yang sudah terbiasa ke rumah itu sejak enam bulan ini telah sangat dikenal oleh satpam yang bertugas disana.“Silakan masuk Bu Dini,” seorang satpam membukakan pintu gerbang itu.Andini berjalan menuju rumah mewah itu dari pos penjagaan depan naik menyusuri sebuah rumah megah dimana seperti biasa jalan menuju teras dari rumah mewah itu berisi beragam tanaman yang sangat tertata dan sangat asri. Hingga sampai akhirnya ia berada pada beberapa anak tangga yang ia lewati untuk sampai menuju teras.“Eeh.., Bu Andini..,” sapa seorang pembantu rumah tangga di rumah itu, “Ditunggu yaa bu, saya beritahu pak Prayoga,: ucapnya meninggalkan Andini yang berada di ruang tamu dan duduk pada sofa panjang.Sesaat kemudian, Prayoga keluar dengan tersenyum manis pada Andini yang terlihat menatapn
Kepulangan Andini ke Indonesia sebelum dua minggu membuat kebahagiaan untuk Angel dan Anggara. Hari ini sekitar jam sembilan pagi mereka menjemput Andini dan Prayoga di bandara. Satu jam sebelum kedatangan mereka, Anggara yang mempunyai kartu VIP dapat menunggu kedatangan mereka di ruang tunggu VIP.Satu jam kemudian, pesawat yang membawa Andini dan Prayoga telah mendarat dengan selamat, dan itu diketahui dari pesan yang dikirimkan oleh Andini ke Angel. Lalu Anggara berkata, “Kita tunggu lagi sekitar empat puluh menit, karena mereka harus ke bagian imigrasi dan mengambil barang-barang.”Angel ingin sekali bercerita pada Andini mengenai beberapa kejadian yang menimpa sejak kepergiannya, hingga menunggu satu jam serasa berabad – abad. Begitu banyak pertanyaan yang berkecamuk di hatinya. Walau kedua kakaknya, tetap mengasihi dirinya. Tetapi kepastian atas papa kandungnya tetap menjadi keingintahuannya. Apalagi penghinaan yang telah dilakukan oleh Jody, yang
Sekitar jam enam pagi Angel telah terbangun dari tidurnya. Seperti biasa ketika ada mamanya, ia selalu membantu Andini di dapur. Tetapi di pagi ini, ia melakukan tugas di dapur seorang diri. Ia hanya memasak beberapa makanan instan yang telah di beli oleh Andini, sebelum berangkat ke Singapura. Angel membuka persediaan makanan yang ada di dalam kulkas. Hari ini ia ingin sarapan dendeng sapi, jadi baginya cukup untuk menggorengnya saja. Untuk menanak nasi, ia hanya perlu mencuci beras dan menaruhnya dalam Rice cooker. Kini ia sedang membuat air panas untuk menyeduh secangkir kopi. Dan kebiasaan barunya ini, ia lakoni sejak menemani Anggara ketika menikmati secangkir kopi di kantor. Aroma kopi yang di seduh Angel, menggugah selera untuk segera menyesapnya. Angel pun duduk di kursi makan dengan secangkir kopi hitam yang telah diseduh dengan air mendidih, ditemani dengan tiga iris kue lapis legit kesenangannya. Kini ia menyesap secangkir kopi dengan lamunannya pada beberapa peristiwa y
“Selamat Sore...Bu Angel,” sapa Santi yang telah masuk ke ruangan Angel. “Silakan duduk, Ibuu,” sambut Angel dengan ramah. Setelah Santi duduk di kursi tamu, pada ruangan Angel, mereka mulai berbicara satu sama lain, mengenai beberapa tempat kuliner miliknya yang telah tutup, dan itu semua disebabkan oleh Tito, yang terjerat oleh seorang janda beranak dua. Disana Santi, mulai menangis, mencurahkan segala perasaannya. “Bu Angel..., saya minta maaf atas kekasaran saya sama ibuu, pada saat itu, seharusnya saya yang marah dengan suami saya, bukan dengan ibuu, saya sungguh malu, sudah menghina ibu seperti itu,” ujar Santi dengan kepala tertunduk malu dan linangan air mata yang membasahi pipinya. “Bu Santi, semua itu sudah berlalu..., sudah jangan ibu pikirkan lagi, saya juga punya salah sama ibu. Semua orang, enggak ada yang sempurna. Jadi mari kita lupakan saja semuanya,” dengan lemah lembut Angel berkata-kata pada bu Santi, dan memberikan tissue untuk membasuh air matanya. “Buu, kema
Mobil yang membawa mereka berempat tiba di kantor tepat pukul 11 siang. Mereka masing-masing berjalan menuju lift dengan sesekali mengobrol. Lalu, Nina berkata pada Angel sebelum memasuki pintu lift, “Bu..., itu suaminya kan kecelakaan waktu sama cewek lain..., kasihan sekali bu Santi itu, kalau saya mah... udah saya ceraikan itu suaminya.” “Ooh...begitu,” ucap Angel ketika mereka baru saja masuk ke dalam lift menuju lantai masing-masing. “Lagian..., ibu Santi juga sih..., enggak merawat dirinya, liat tubuhnya sampai gembur seperti itu, kalau saya...., udah joging tiap hari biar cepat kurus,” Nina kembali bergosip ketika ada di dalam lift dan Angel hanya mendengarkan celotehnya sambil memainkan ponsel yang di pegangnya. “Daag..., saya duluan yaa..., terima kasih untuk kerja samanya. Good Job,” ujar Angel sambil keluar dari lift dan tersenyum ke arah mereka yang beda satu lantai. Angel melangkahkan kakinya menuju ruang Anggara, karena ia ingin membicarakan masalah kebijakan yang tel
Angel yang dengan sengaja mengabaikan telepon Jodi, walau berulang kali Jodi menghubunginya, namun tidak sekalipun ia bergeming untuk menjawab panggilannya. Berulang kali ada panggilan masuk ke ponselnya. Setelah itu, panggilan masuk pada ponselnya berhenti. Angel pun tertawa dalam hati, ‘Hahahaha...akhirnya bosen juga dia hubungi aku...’ Mendekati kantornya, sebuah nada bip pesan masuk terdengar dari ponselnya. Angel melihat ponselnya, dan ternyata, papanya Jodi mengirimkan pesan, dengan malas-malasan ia membaca pesan yang telah ia buka, persis sampai di sebuah gedung kantor. “Terima kasih pak...,” ucap Angel pada sopir Anggara dengan membuka pintu mobil dan keluar berjalan menuju pintu lobby. Sesampai di lobby, Angel bertemu dengan beberapa staf yang telah aktif dengan kesibukannya masing-masing. Beberapa di antaranya menyapa dirinya, “Selamat pagi...Bu.” Angel menjawab beberapa staf yang menyapanya dengan menganggukkan kepala dan berkata, “Pagii....” Sesampai di depan lift, ia
Hari ini Andini bangun lebih awal. Selain ia menyiapkan sarapan pagi untuk Angel, ia juga akan membuat sarapan untuk Prayoga yang rencananya akan menjemputnya. Mereka akan bertolak ke singapura sekitar jam sembilan pagi, sesuai dengan tiket yang telah ia pegang. Sesaat ia menghela napas panjang, mengingat makan bersama mereka kemarin petang. Ingin rasanya ia mengatakan pada Angel, kalau papanya bukanlah papa yang selama ini hidup bersamanya. Hanya saja, keadaan tidak memungkinkan ia mengatakan hal yang sesungguhnya.“Maa...mama...,” panggil Angel. “Yaa...Ngel, mama di sini,” jawab Andini yang berada di ruang tamu, duduk dalam gelap. Karena Andini sengaja tidak menyalakan lampu ruang tamu. “Looh, koq mama duduk disini, gelap-gelapan pula..., bukannya mama harus siap-siap?” tanya Angel yang sudah berada di ruang tamu dan ikut duduk di salah satu kursi. “Mama sudah menyiapkan semuanya, nanti jam tujuh, mama mandi.” “Memang mama udah masak untuk sarapan?” tanya Angel lagi pada Andini
Sekitar pukul tiga sore Andini pulang ke rumah. Dilihat mobil Andy masih berada di depan pagar rumahnya. Setelah masuk ke rumah, di lihat Andy tengah menonton televisi di ruang keluarga. “Maaf yaa Andy, tante baru balik ke rumah, soalnya tadi tante mampir beli persediaan makanan untuk Angel,” ujarnya sambil melangkah ke dapur. Di dapur, Andini membuka belanjaan yang tadi dibelinya. Ia sengaja membeli beberapa jenis makanan yang bisa di makan oleh Angel. Karena ia tidak ingin putrinya, kelaparan saat ia tidak di rumah. “Angel...Angel..., coba kamu kemari,” panggil Andini meminta Angel untuk membantu ia memasukkan makanan yang ia beli. Angel yang telah berada di dapur, langsung memasukkan beberapa jenis makanan yang dibeli mamanya. “Banyak amat beli bahan makanan Maa, memangnya mau dibawa juga?” tanyanya. “Mama sengaja belanja makanan dan beberapa camilan untuk kamu, jadi pas mama enggak di rumah, kamu tinggal masak nasi aja, karena itu, mama beli sosis, abon, nugget.” “Mama...mam