Home / Horor / Rahasia Terkutuk / Sekretaris Baru

Share

Sekretaris Baru

Author: Sakura Aeri
last update Last Updated: 2021-10-14 21:49:03

Bisikan tak henti menggema di kantor Lingga Konstruksi hari ini. Bukan tanpa sebab, itu karena bos besar mereka kedatangan sekretaris baru lagi menggantikan mendiang Sonia. Kali ini sekretaris Joey jauh lebih aduhai dari sebelumnya. Bahkan beberapa orang mengklaim bongkahan belakang milik wanita yang diketahui bernama Jovanka itu adalah hasil implan silikon dipadu dengan penggunaan rutin slimming suit.

“Dia mau jadi sekretaris apa mau jadi lonte sih? Bajunya ketat banget!” celetuk salah satu karyawan bernama Mala.

Karyawan lain yang lebih muda ikut menimpali. “Kayak enggak tahu Pak Joey, sekretaris dia memang tugasnya sebelas dua belas sama lonte, kan? Bedanya dia ngerjain kerjaan kantoran juga selain buka selangkangan.”

Tawa kecil terdengar dari bibir Mala. Mungkin terdengar kasar, tetapi memang begitu nyatanya. “Kalau kamu sendiri, memang enggak mau diajak begituan sama cowok seganteng Pak Joey?”

“Siapa sih yang enggak mau anu-anu sama orang yang susah digapai kayak dia. Tapi kalau melihat riwayat sekretarisnya, mending aku mundur teratur.”

Mala mengangguk setuju. “Iya juga. Aneh banget, setiap sekretaris Pak Joey enggak pernah ada yang bertahan lama dan selalu berakhir aneh-aneh. Ada yang tiba-tiba kabur, ada yang masuk rumah sakit jiwa terus meninggal, ada yang sakit sampai meninggal juga, terakhir Sonia malah berakhir tragis banget.”

Dua wanita itu bergidik sembari mengusap kedua lengannya. Membicarakan hal itu membuat bulu kuduk mereka berdiri.

“Sudah, ah! Yuk kita balik ke ruangan. Aku merinding.”

***

Joey tersenyum tipis saat melihat penampakan sekretaris yang dimaksud Daelano. Kali ini dia mengacungi jempol untuk lelaki itu. Ternyata penampakan Jovanka lebih dari yang dia bayangkan. “Kamu yang namanya Jovanka?”

Jovanka masih setia menunduk gugup seraya mengangguk kecil. “Iya, Pak. Saya Jovanka Salim.”

“Kenapa kamu menunduk? Uang kamu jatuh di lantai?”

Pertanyaan berbau sarkasme dari Joey sontak membuat wanita itu mengangkat kepala. Hanya cengiran gugup yang mampu dia berikan. “M-maaf, Pak. Saya hanya gugup.”

Joey bangkit dari kursi kebesarannya dan mendekati Jovanka. Bibir tebalnya menyeringai tipis sembari menatap tajam wanita itu dari atas sampai bawah.

“Kamu suka ikan arwana?”

Manik mata Jovanka mengerjap pelan. Wanita itu sedikit terkejut dengan pertanyaan absurd dari sang atasan. “Maksud Bapak bagaimana?”

“Saya punya peliharaan arwana, namanya Beni. Kalau kamu suka, bisa main-main ke apartemen saya sambil kasih dia makan. Dia suka kalau dikunjungi wanita cantik.”

Semburat merah muda muncul di pipi Jovanka. Bukankah itu artinya sang bos tampan ini mengundang dia ke apartemennya? Dan lagi, pujian cantik dari Joey membuat Jovanka jadi merasa istimewa.

“Saya dengan senang hati ke sana kalau Bapak berkenan.”

Satu sudut bibir Joey terangkat. Tanpa aba-aba Joey mendekati Jovanka hingga wanita itu menabrak meja. Deru napas Joey menerpa wajah Jovanka seiring dengan jarak yang semakin menipis. Wanita semampai itu sampai menelan ludahnya kasar.

“Saya mau mengecek, kamu amatir apa pro?”

Belum sempat Jovanka menyahut, bibir tebal Joey telah menyambar bibir tipis wanita itu. Senyum kecil terbit di bibir Jovanka. Wanita itu merasa semakin istimewa bisa mendapat perlakuan begini dari lelaki yang konon dingin dan misterius ini. Mungkin nanti lama-lama aku bisa jadi Nyonya Pratama, batinnya memekik senang.

Bunyi kenop pintu yang terbuka membuyarkan perang bibir antara Joey dan Jovanka. Di sana berdiri Diana dengan beberapa tumpukan dokumen di tangannya. Wanita bermata bulat itu melongo melihat pemandangan tak senonoh di depan sana. Rasanya dia ingin enyah saja detik ini juga.

“Si karyawan pemalas ini lagi! Kenapa kamu ganggu—“

Prang!

Ketiga manusia yang ada di sana terkejut saat sebuah guci keramik jatuh dari bufet di ruangan Joey. Tak lama beberapa pajangan ikut jatuh ke lantai dengan sendirinya. Diana semakin bingung melihat keadaan yang terjadi di depan mata. Awalnya dia hanya ingin menyerahkan beberapa dokumen yang diminta manajernya untuk diberikan pada Pak Joey. Namun, kursi sekretaris yang kosong memaksa Diana untuk bertemu lelaki ini langsung. Dia sudah beberapa kali mengetuk pintu, tetapi tak ada jawaban. Jadi, bukan salah Diana jika dia akhirnya menyelonong masuk.

“Kalian berdua keluar!”

Manik legam milik Joey menatap tak bersahabat, terutama ke arah Diana. Lelaki itu terus memberi pandangan menusuk seolah ingin merobek sukma Diana sekarang juga.

“Apa kalian tuli? Keluar!”

Diana dengan kaki gemetar berjalan mundur meninggalkan ruangan Joey, diikuti oleh Jovanka yang memasang wajah masam ke arah Diana.

“Mbak! Lain kali kalau mau masuk itu ketuk dulu. Ganggu orang tahu, enggak? Lihat, tuh! Pak Joey sampai marah banget,” ujar Jovanka ketus. Bibir tipisnya menyungging senyum remeh ke arah Diana.

Diana terkejut dengan bentakan dari karyawan baru bernama Jovanka ini. Memang posisinya adalah sekretaris direktur, tetapi bukankah Diana terhitung lebih senior di sana?

“Maaf, Mbak. Lain kali kalau mau menegur tolong lebih sopan. Saya juga sudah ketuk kok tadi.”

Jovanka bukannya malu, tetapi semakin menjadi. Wanita semampai itu mendorong kasar bahu Diana hingga terhuyung. “Aku ini kesayangannya Pak Joey, tahu! Aku bisa minta dia pecat kamu. Jadi, baik-baik kalau bicara sama aku. Dan juga, kayaknya Pak Joey memang enggak suka kamu.”

Dengan mulut menganga Diana menatap tubuh Jovanka yang sudah berjalan menjauh ke arah toilet. Selain Luna, bertambah lagi satu spesies menyebalkan di kantor ini. Tangan mungil Diana mengusak kasar wajah cantiknya. Sungguh dia hanya ingin bekerja dengan tenang tanpa ingin punya masalah dengan siapa pun.

“Akh!”

Diana tersentak saat lengannya ditarik paksa oleh seseorang. Tubuh mungilnya diseret masuk kembali ke ruangan yang dia tinggalkan beberapa menit lalu.

“P-Pak Joey,” lirih Diana saat menyadari siapa gerangan yang menariknya.

Joey memojokkan Diana ke tembok ruangan bernuansa abu-abu itu. Perlahan wajah rupawannya mendekat ke arah wajah Diana. Tak lupa tatapan setajam elang Joey layangkan pada Diana.

“Kamu sebenarnya siapa, hah?”

Mata bulat Diana mengerjap lucu. Memangnya siapa lagi? Tentu saja dia adalah Diana. “Saya? Saya Diana Sanjaya, Pak.”

Bibir tebal Joey menyeringai. Tentu bukan itu yang dia maksud. Lelaki itu semakin mendekatkan wajahnya ke arah Diana hingga hidung bangir mereka berdua hampir bersentuhan. “Bukan itu, tolol! Apa hubunganmu dengan Mora? Kamu siapa?”

Dengan alis bertaut Diana memandang lekat Joey. Dia tidak tahu siapa Mora. Seingatnya dia tidak punya kenalan bernama Mora.

“Saya tidak kenal dengan Mora, Pak.”

Joey kembali mendesis sinis. Lelaki itu terlihat tidak percaya perkataan Diana. “Sudah pemalas, sekarang tukang bohong! Kamu memang lebih cocok jadi makanan ikan arwana saya daripada bekerja di sini.”

Mata bulat Diana berbinar. Apa tadi? Ikan arwana? Dia jadi ingat ikan arwana peliharaan ayahnya dulu. Diana sangat menyayangi ikan arwana yang dia beri nama Moli itu. Akan tetapi sayang umur Moli harus berhenti di angka lima belas tahun.

“Bapak punya ikan arwana? Saya juga dulu punya. Ikan arwana saya suka makan kelabang beku.”

Lelaki jangkung itu menatap tak percaya akan respons Diana. Bolehkah dia langsung patahkan saja leher gadis ini?

Suara pintu terbuka mengejutkan Joey dan Diana. Keduanya sama-sama menoleh hingga tak sengaja hidung mereka bersentuhan. Dengan posisi awkward begitu, pasti orang lain mengira yang tidak-tidak terhadap mereka.

“M-maaf. Saya sudah ketuk, tapi tidak ada jawaban,” ujar Yuda terbata. Dia hanya berniat meminta tanda tangan Joey. Sekretaris yang tidak ada di tempat membuat dia terpaksa mengetuk langsung ruangan lelaki ini. Namun, tak disangka pemandangan seperti ini yang dia lihat.

“Kamu ada apa ke sini? Kamu ganggu saya sama dia,” tukas Joey angkuh. Wajahnya yang dingin terlihat semakin dingin.

“Maaf, Pak. Saya hanya mau minta tanda tangan. Saya perlu dokumen ini untuk nanti sore.”

Joey merampas berkas dari tangan Yuda dan menandatanganinya dengan cepat. “Sudah, kan? Jangan kebanyakan minta maaf tiap ketemu saya. Ini bukan lebaran.”

Diana yang masih berdiri mematung akhirnya memilih undur diri meninggalkan Joey dan Yuda. Baginya ini adalah kesempatan untuk kabur dari Joey.

“Saya juga permisi, Pak. Terima kasih,” ujar Yuda yang dibalas kibasan tangan sarat keacuhan dari Joey.

Langkah tegap Yuda berusaha menyusul Diana setelah keluar dari ruangan Joey. Wajah rupawan Yuda tampak pias akibat melihat gadis pujaan hatinya tengah bercumbu dengan sang bos. Begitu kira-kira yang ada di pikiran Yuda.

“Diana!”

Diana menoleh saat mendengar teriakan Yuda. Gadis itu berusaha tersenyum meski hatinya masih syok akibat kejadian di ruangan Joey.

“Ada apa, Kak?”

Yuda mengatur napasnya yang tersengal. Pemuda itu kini menatap Diana dengan tatapan sulit diartikan. “Kamu tadi lagi ngapain di ruangan pak Joey?”

Manik mata Diana meliar. Tak mungkin rasanya dia menceritakan hal tadi pada Yuda. “Kami lagi ngobrolin tentang pekerjaan kok, Kak.”

“Pekerjaan? Dengan posisi kayak orang mau ciuman?” tanya Yuda dengan nada suara yang meninggi. Wajah pias tadi kini berubah jengkel.

“Kak Yuda kenapa, sih?”

“Kamu yang kenapa! Kamu kenapa deketin Pak Joey? Setelah tahu mukanya ganteng jadi kamu juga pengen kejar dia kayak cewek-cewek lain?”

Diana mulai merasa tak nyaman dengan tuduhan Yuda. Dia merasa lelaki ini terlalu ikut campur. Entah apa yang mau dilakukan Diana, tidak perlu izin lelaki ini juga, kan?

“Kak Yuda aneh banget. Aku mau balik ke ruangan, takut dicariin Mbak Mala.”

Wanita itu melengos meninggalkan Yuda yang melihatnya dengan tatapan terluka. Tangan yang memegang dokumen itu mengerat hingga kertas putih itu lecek karena menjadi pelampiasan.

“Apa yang kemarin itu enggak manjur, ya?”

***

Joey menapak lelah lorong apartemennya. Sudah pukul sebelas malam dan dia baru pulang. Jangan pikir dia lembur di kantor, itu tak akan terjadi pada Joey yang sangat menghargai efisiensi waktu dalam bekerja. Lelaki tinggi itu baru saja pulang dari sebuah klub malam. Inginnya dia pulang pagi saja, tetapi dia ingat besok ada rapat penting.

“Sialan! Siapa sebenarnya dia?”

Telapak tangan besarnya mengusap kasar rambut dengan tatanan coma hair. Joey merasa ada yang tidak beres dengan wanita bernama Diana itu.

“Dia pasti bisa melihat Mora. Dasar gadis licik!”

Acara menggerutu Joey terhenti saat sampai di depan pintu masuk apartemen. Setelah memasukkan angka password, langkah lebar Joey berjalan masuk seraya membuka ikatan dasi yang terasa mencekik.

Perlahan Joey membuka kulkas untuk mengambil cacing beku yang dia simpan. Tak sampai lima menit, kini dia sudah berjalan menuju kamarnya. Helaan napas panjang dilontarkan hidung mancungnya saat membuka pintu dan melihat Beni yang berenang gelisah. Ikan arwana itu terlihat tak nyaman dengan sosok mengerikan yang tengah memukul kaca akuarium.

“Mora berhenti!”

Bersambung

Related chapters

  • Rahasia Terkutuk   Ada Apa Dengan Mora?

    Erangan nikmat bersahutan di sebuah kamar apartemen mewah. Dua manusia berbeda gender itu terlihat sangat menikmati waktu mereka untuk memberi kehangatan satu sama lain. Berkali-kali bibir si wanita mengulum senyum puas saat berhasil memberi puncak kenikmatan pada lelaki yang berstatus atasannya itu. “Jovanka ... ternyata kamu ahli sekali di atas ranjang. Punya kamu juga enak.” Joey berujar seraya memejamkan mata. Lelaki itu telah menghabiskan dua kotak karet kontrasepsi dalam pergumulannya dengan sang sekretaris. “Jika lawan mainnya seperti Pak Joey, tentu saya harus memberikan pelayanan terbaik.” Jovanka merebahkan diri di atas dada Joey, tapi lelaki itu dengan cepat mendorong si wanita untuk berbaring ke sebelahnya. “Kamu berat. Enggak usah tiduran di badan saya.” Jovanka mendecih kecil. Baru saja Joey memujinya, tapi sekarang kembali berujar dengan dingin. Untung saja wajah tampan dan dompet tebal menyelamatkan sikap buruk lelaki ini. “Saya capek,

    Last Updated : 2021-11-16
  • Rahasia Terkutuk   Teh Istimewa

    Diana tak bisa menyembunyikan tawanya lagi. Gadis itu terkekeh di koridor kantor. Ingatannya tentang Jovanka yang jatuh dan marah-marah sendiri membuat perutnya tergelitik. Namun, secepatnya Diana kembali mengerem mulutnya. Dia merasa jahat karena menertawakan kesialan orang lain. “Lagian dia jalan kayak orang mau peragaan busana. Sudah tahu hak sepatunya kayak ujung jarum.” Diana bergumam sendiri seraya menutup mulutnya agar tidak kembali tertawa. Akan tetapi langkahnya terhenti karena jambakan di rambut yang membuat gadis itu terhuyung ke belakang. Diana menoleh dan mendapati Jovanka yang menatapnya kesal. “Kamu ngetawain aku? Beraninya kamu berurusan sama kesayangannya Pak Joey!” Diana mengaduh sakit. Jambakan Jovanka tidak main-main. Dia merasa beberapa helai rambutnya tercabut. Diana benar-benar tak menyangka ternyata Jovanka lebih buruk dari Luna. “Tolong lepasin! Kamu apa-apaan sih?” Jovanka mendecih sinis. Aura muka wanita itu semakin

    Last Updated : 2021-11-29
  • Rahasia Terkutuk   Tergila-gila Denganmu

    Yuda Bastino, lelaki tiga puluh dua tahun yang betah melajang karena merasa tidak tertarik memiliki hubungan dengan lawan jenis. Perceraian kedua orang tuanya menjadikan Yuda tidak ingin menjalin cinta dengan siapa pun. Meski banyak gadis yang terang-terangan mengejarnya, tak sedikit pun mampu membuat hatinya tergerak. Namun, kehadiran Diana dalam hidup Yuda mengubah pandangan lelaki itu seratus delapan puluh derajat. Gadis yang memiliki rambut bergelombang dengan iris legam, begitu hangat dan cantik di mata Yuda. Tak pernah dia rasakan hasrat yang begitu menggebu saat melihat seorang wanita. Bahkan hanya dengan mendengar suara Diana, mampu membuat darah lelaki rupawan ini berdesir. Malangnya, Diana tak lebih menganggapnya hanya sebagai seorang kakak. Meski Yuda memberi perhatian tak biasa, gadis itu seakan menutup mata dan menganggap itu semata hanya kebaikan seorang teman. Yuda yang notabene tak pernah berurusan dengan hal seperti ini, merasa putus asa karena tak kun

    Last Updated : 2021-12-01
  • Rahasia Terkutuk   Awal Perjalanan Mengerikan

    Peluh mengucur dari dahi Diana. Suara teriakan pilu sayup-sayup menyapa indra pendengaran gadis itu. Rintihan sakit itu entah kenapa begitu menyayat hati Diana. Air mata meluncur tak terkendali dari mata bulatnya yang tertutup. “Hentikan! Sakit! Ampun!” Lagi-lagi kata itu terapalkan dengan lantang. Diana tak sanggup membuka mata. Badan pun tak bisa bergerak seolah mati rasa. Sekuat apa pun Diana meronta, dia hanya mampu diam dan mendengar sekeliling. “Cabut giginya!” Suara wanita dewasa menggema kali ini. Begitu kalimat itu selesai, teriakan melengking dari seorang anak kecil membuat Diana terperanjat hingga mampu terbangun dari buaian bunga mimpi mengerikan itu. “Ah ... apa itu tadi?” Napas gadis itu tak beraturan. Hal yang pertama kali dirasakan adalah linglung. Diana juga merasa matanya sedikit perih. Perlahan jemari lentik itu menyusuri pipi yang basah. Aku menangis? batinnya bingung. “Kenapa mimpi buruk ini mirip

    Last Updated : 2021-12-03
  • Rahasia Terkutuk   Insiden Kecelakaan

    “Kak Rara!” “Dek, hati-hati jatuh. Nanti dimarah Mama!” Kening Diana mengernyit saat kembali mendengar sayup-sayup percakapan dua anak kecil. Dia sedang merasa di awang-awang, tetapi masih dapat mendengar sekitar. Yang dia ingat hanyalah mobil sedan hitam milik sang bos banting setir ke arah kiri saat dia berteriak. Diana terpelanting ke depan dashboard dan tidak ingat apa-apa lagi. Akan tetapi kenapa malah hal ini yang dia dengar? Apa dia sedang mimpi lagi? Atau dia sudah di alam baka? “Dek, bangun!” Mata bulat Diana terbuka. Gadis itu merasa terkesiap dengan teriakan yang dia dengar. Pemandangan pertama yang terlihat adalah pepohonan dan langit biru. Saat melirik ke kiri, dia dapat melihat wajah Pak Amin yang menatapnya penuh rasa khawatir. “Mbak Diana, enggak apa-apa?” “S-saya kenapa, Pak?” Pak Amin mengusap tengkuknya dan tersenyum kecil. “Tadi Mbak Diana pingsan waktu mobil kita masuk ke semak-semak. Pak Joey yang

    Last Updated : 2021-12-06
  • Rahasia Terkutuk   Penglihatan Yang Sama

    Joey lagi-lagi berdeham dan pergi menjauhi Diana. Dia merasa tidak nyaman memandang wajah gadis itu terlalu lama. “Y-ya terserah saya dong! Kamu ngapain ngatur saya?” Diana sendiri mengangkat bahunya acuh. Dia mulai merasa lapar karena memang sudah lewat tengah hari. “Pak Amin mau Roti? Kebetulan saya bawa roti.” Diana mengeluarkan sebungkus besar roti lima rasa dari dalam tas ranselnya. Pak Amin hanya menggeleng dan memberi senyum teduh. Diana mengingatkannya terhadap sang putri di rumah. “Mbak enggak tawarin Pak Joey dan Mbak Jovanka?” “Mana mau mereka sama roti murah begini. Daripada saya dengar cacian, mending enggak usah.” Diana mengambil sepotong roti dan langsung makan dengan lahap. Tak dia sadari seseorang memandang ke arahnya sembari menelan ludah. Siapa lagi kalau bukan Joey. Lelaki dingin itu juga manusia, bisa lapar. Ditambah tadi pagi tidak sarapan membuat perutnya berbunyi nyaring sekarang. “Pak Joey kayaknya lapar, Mbak. C

    Last Updated : 2021-12-08
  • Rahasia Terkutuk   Meminta Pertolongan

    Raut muka Joey menahan kesal yang tak terkira. Dia sudah berjalan seratus meter dengan jalan yg sedikit terjal, lalu kembali lagi ke tempat semula hanya karena teriakan halu Jovanka. “Mana ularnya? Di sini ada Pak Amin, kenapa kamu pakai teriak-teriak sampai seperti itu?” cecar Joey dongkol. Tadi wanita ini berteriak seperti melihat setan, tetapi begitu dia dan Diana kembali, ternyata Jovanka hanya merasa melihat ular. “Tadi ada di situ, Pak. Saya takut banget.” Jovanka bangkit dan langsung memeluk Joey dengan manja. Diana sendiri rasanya ingin mempersembahkan wanita semampai itu pada anaconda betulan. Bisakah mereka sampai Anyer jika begini terus? Atau paling minim bisakah mereka pulang dengan selamat? “Enggak ada apa-apa kok, Pak. Tadi saya sudah periksa,” jelas Pak Amin. Jovanka memandang tajam ke arah sang sopir, seolah tidak suka dengan jawaban itu. “Kamu mau cari perhatian saya, ya? Kalau kamu ny

    Last Updated : 2021-12-11
  • Rahasia Terkutuk   Jangan Perkosa Saya

    Perjalanan ke Anyer berlanjut pada pukul empat saat Ken datang untuk menjemput Joey. Meski kakaknya menyebalkan, tetapi lelaki berkulit sawo matang itu tidak tega melihat kakaknya dimakan penunggu hutan jati jika dibiarkan lebih lama di sana. Ken merasa beruntung karena ternyata Joey membawa dua gadis cantik bersamanya. Sedangkan Pak Amin ikut dengan mobil derek untuk kembali ke Jakarta. “Kamu mau threesome, ya? Kok bawa dua cewek?” Joey melirik tajam sang adik yang sedang menyetir di sebelahnya. “Mulutmu memang sembarangan. Satu itu sekretarisku, satunya yang dekil itu kacungku.” Ken melihat ke belakang lewat spion. Jika dilihat dari tipe kakaknya, sudah pasti yang berbaju ketat itu sekretarisnya. Akan tetapi yang satu lagi, tidak dekil sama sekali. Malah lebih cantik dari si gadis berbaju ketat di mata Ken. “Yang cantik itu namanya siapa, Kak?” “Siapa? Sekretarisku? Namanya Jovanka.”

    Last Updated : 2021-12-15

Latest chapter

  • Rahasia Terkutuk   Foto Pembuka Tabir

    Diana berlari kencang di koridor sebuah rumah sakit negeri di Jakarta. Di belakangnya tampak sosok Joey ikut berlari mengikuti gadis itu. Jika ditanya mengapa Joey ikut? Lelaki itu memaksa mengantar Diana dengan dalih agar lebih cepat sampai. Entah kerasukan apa pria dingin ini hingga dia jadi begitu peduli pada orang lain.“Papa!”Diana menghambur begitu memasuki ruang rawat sang ayah. Air mata sudah tak terbendung sejak tadi. Gadis itu benar-benar takut jika terjadi apa-apa. Orang tuanya hanya tinggal seorang.“Kenapa Kakek bisa jatuh dari tempat tidur, Dek?” tanya Diana tak sabar pada Rosa dan Rubi yang duduk di kursi penunggu. Dua bocah kecil itu habis menangis, terbukti dari kedua mata mereka yang membengkak.“Kamu harusnya tenangin mereka dulu baru tanya. Enggak lihat keponakan kamu habis nangis dan masih syok?” Joey yang sedari tadi hanya melihat dalam diam, bergerak maju dan berjongkok di depan kursi dua bocah i

  • Rahasia Terkutuk   Penyangkalan Pak Bos

    Joey terkesiap saat Diana mengatakan nama itu. Dirinya sampai mematung dengan wajah pias. Sudah lama sekali telinganya tak mendengar orang lain menyebut nama itu. “Kamu ngapain nyebut nama itu?” Diana menggaruk pelipisnya kikuk. Nama itu refleks keluar dari mulutnya karena itu yang dia dengar terakhir kali sebelum sadar. “A-Ah ... bukan apa-apa, Pak. Maaf sudah buat Pak Joey takut.” Manik bulat meruncing Joey masih menatap Diana dengan pandangan sulit diartikan. Dahi paripurna lelaki itu sedikit mengerut seakan tengah berpikir keras. “Kamu beneran bukan indigo? Apa keturunan dukun mungkin?” tanya Joey tiba-tiba. Lelaki itu sepertinya bersungguh-sungguh dari ekspresi wajahnya. “Enggak. Saya manusia biasa, Pak.” Jawaban Diana seakan belum memuaskan beribu pertanyaan di kepala Joey. Diana sangat berbeda dengan sekretaris sebelumnya. Dia yakin ini bukan hanya sekedar keisengan Mora. “Sekali lagi saya tanya, kamu beneran eng

  • Rahasia Terkutuk   Bubur Masa Lalu

    Diana menatap khawatir Joey yang duduk bersebelahan dengannya di dalam taksi. Setelah mengantar lelaki ini ke klinik terdekat, sebagai sekretaris dia juga harus memastikan sang bos sampai di rumah dengan selamat. “Pak Joey kenapa enggak sarapan? Saya jadi ngerasa bersalah karena kasih makanan pedas.” Mata Joey yang awalnya terpejam kini terbuka sedikit. “Saya udah bilang telat bangun karena mimpi buruk, mana sempat mikirin sarapan.” Benar juga. Tadi pagi Joey berkejaran dengan rapat dengan klien penting. Jika begini berarti tidak ada yang bisa disalahkan. “Apa Pak Joey sekalian mau disiapin sarapan juga tiap pagi?” “Terserah.” Joey kembali memejamkan mata. Perutnya masih terasa tidak enak meski tak sesakit tadi. Dia hanya ingin sampai di rumah dan tidur. Di lain sisi, Diana melirik Joey yang tertidur dengan pandangan bersalah. Diam-diam gadis cantik itu mengagumi paras rupawan sang atasan. Tidak heran jika pria tinggi ini dielu-elukan oleh kau

  • Rahasia Terkutuk   Pak Bos Sakit

    Diana merasa sikap Joey sedikit berbeda. Terbukti saat selesai rapat dengan klien dari perusahaan BUMN, lelaki itu sama sekali tak mengajaknya bicara. Dia juga seperti menjaga jarak dengan Diana. Seolah dirinya adalah kuman yang harus dihindari. “Kenapa lagi sih dia?” Gadis bermata bulat itu mengambil kotak makan dari dalam paper bag. Biar bagaimana pun Joey sudah membayar untuk katering makan siang padanya. Dengan hati-hati Diana mengetuk pintu sang atasan dan masuk ke dalam. “Pak Joey, ini makan siang hari ini. Saya memasak ayam bumbu rujak, sambal goreng hati, dan sayur tumis.” Joey mengalihkan perhatiannya dari layar laptop. Bau makanan dari kotak yang dibawa Diana sungguh amat menggoda. “Taruh aja. Tolong kamu langsung pergi ke luar. Jangan ke sini kalau enggak urgent banget.” Sang sekretaris mengerutkan alis. Joey terlihat t

  • Rahasia Terkutuk   Delusi Erotis

    Wangi harum rambut si wanita begitu menggelitik jiwa kelelakian seorang Joey Pratama. Bibir tebalnya tak henti mengecup leher jenjang putih mulus gadis yang kini tengah menatap dengan raut polos di bawahnya. Jari-jari besar Joey mengelus lembut wajah cantik tanpa riasan milik si wanita. Puasa ranjang selama sebulan memang membuat Joey bak singa di musim kawin. “P-Pak Joey....” Lirihan si wanita begitu terdengar merdu. Perlahan kancing kemeja biru muda dia lepaskan hingga membuat kulit mulus bak dewi itu terlihat ke permukaan. Napas Joey memburu menatap bagaimana maha karya indah ini bisa tercipta. “Kamu cantik banget ... Diana.” Gairah meletup milik si pria tak terbendung lagi. Semua kain kedua insan itu tanggal dan jatuh ke lantai. Suhu ruangan pun kian panas seiring dengan desau yang terlontar dari dua anak manusia berbeda gender ini. “Pak ... S-Saya masih perawan.” Joey mengecupi pundak sempit milik Diana. “Saya pelan-pelan, kok.”

  • Rahasia Terkutuk   Sisi Lain Pak Bos

    Joey menyatukan alisnya saat melihat Diana yang sedang tidur berkeringat seperti orang habis lari maraton. Perasaan AC mobilnya menyala dan dingin. Kini bibir Diana mengeluarkan rintihan kesakitan seolah sedang tercekik. Buru-buru pria itu menepikan mobil, lalu mengguncang pundak Diana. “Diana, bangun!” Diana terkesiap dengan mata terbelalak. Kedua jemarinya meraba leher. Mata bulatnya mengerjap pelan. “S-Saya di mana?” “Di bulan! Kamu kenapa?” Kini pandangan Diana beralih ke arah Joey. Alis tebalnya menyatu sempurna. “Saya kenapa, Pak?” Joey mendecih sinis. “Kamu mimpi buruk, ya? Buat saya repot aja. Saya sampai harus berhenti di pinggir jalan buat bangunin kamu.” “Jadi tadi cuma mimpi?” Diam-diam Diana menarik napas lega. Setidaknya kejadian barusan hanya sebuah mimpi. Akan tetapi kenapa mimpi itu terasa sangat nyata? Bahkan leher Diana terasa perih meski tidak terluka. “Kamu mimpi apa?” tanya Joey seraya kembali melajukan mo

  • Rahasia Terkutuk   Perjalanan Pulang

    Joey mengetuk setir mobilnya gelisah. Entah kenapa pikiran tentang Diana mengusiknya. Ada sedikit rasa bersalah meninggalkan gadis itu di kantor sendirian. Akan tetapi apa yang salah? Dirinya kan memang selalu pulang tepat waktu. Siapa suruh Diana tidak mengerjakan semua tugas yang dia berikan dengan cepat. “Kenapa aku mesti ngerasa bersalah sama dia? Siapa suruh kerjanya lelet kayak keong.” Meski mulutnya berkata begini, nyatanya pikiran Joey menolak. Diana bekerja sampai malam karena mengerjakan pekerjaan yang telah mengendap sekian lama. Ditambah lagi pikiran kalau gadis itu belum sempat istirahat makan semakin mengusik nurani Joey. “Ah sialan!” Setir kemudi itu berbelok menuju sebuah restoran. Paling tidak dia harus membelikan makan agar bayangan Diana secepatnya minggat dari kepala Joey. “Mbak, saya mau take away makanan paling enak di sini.” Pelayan restoran itu menunjukkan beberapa menu

  • Rahasia Terkutuk   Bekal Istimewa

    Diana melotot saat Joey mendekat ke arah lehernya. Pria jangkung itu mengendus bau vanila yang menguar dari tubuh Diana. Gadis itu semakin gugup saat tangan besar sang bos melingkar di pinggangnya. “Kamu amatir, kan? Jangan-jangan kamu enggak pernah ciuman, ya?” Diana menahan tubuh sang bos. Wajah cantiknya memerah, antara malu dan juga marah. Dia merasa tidak nyaman dilecehkan. Diana juga punya harga diri. “Pak Joey, kalau saya laporin Bapak ke polisi atas tuduhan pelecehan seksual gimana?” Joey tergelak sejenak, tetapi buru-buru bibirnya menyeriangi. “Kamu pikir semudah itu? Kalau kamu miskin dan enggak punya koneksi, jangan harap bakal menang lawan saya. Saya bisa sewa pengacara paling mahal.” Mata bulat Diana tertutup menahan gejolak amarah yang membuncah. Lelaki ini benar-benar keterlaluan. “Saya kerja di sini untuk melayani Bapak dalam urusan kantor. Kalau urusan birahi, Bapak bisa cari istri saja, kan? Enggak semua wanita mau diajak ber

  • Rahasia Terkutuk   Hari Pertama

    Diana menggeleng lemah. Dipromosi menjadi sekretaris Joey adalah mimpi buruk. Bersama pria itu sehari saja rasanya sesak apalagi jika sepanjang waktu selama lima hari kerja. Tolong tampar dirinya! siapa tahu ini hanya mimpi buruk. “Kok diam? Kamu senang, kan?” Bibir tebal Diana kelu. Sekuat tenaga gadis itu menjawab pertanyaan Luna. “Bu, saya enggak mau dipromosi,” ujarnya. Muka pucat Luna berubah kesal. Bagi dia ini adalah kesempatan emas menyingkirkan Diana dari hadapan Yuda. Kalau bisa mati seperti sekretaris Joey yang sebelumnya, malah lebih bagus, pikirnya. “Gajinya gede, loh! Empat kali lipat dari gaji kamu sekarang. Kerjaannya lebih gampang dari ini. Enggak harus mondar-mandir ke proyek,” ujar Luna meyakinkan. Bibirnya menyeringai tipis dengan mata setia menatap penuh intimidasi. “Kamu cuma ngurus berkas sama buka paha, kurang enak apa lagi?” lanjut Luna berbisik. Mata Di

DMCA.com Protection Status