Share

Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan
Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan
Penulis: Lann

1. Pertemuan Tak Terduga

Penulis: Lann
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-10 15:22:43

Malam itu, hujan turun deras di kota Jakarta. Jalanan yang biasanya ramai dengan kendaraan terlihat lebih lengang dari biasanya, meskipun lampu-lampu jalan tetap menyala terang, menciptakan bayangan keemasan di atas genangan air yang mengkilap. Di sebuah gedung megah di pusat kota, acara amal tahunan sedang berlangsung. Para tamu undangan datang dengan pakaian elegan, gaun-gaun indah dan setelan jas mahal menjadi pemandangan umum di ruangan mewah itu. Musik lembut dari band jazz mengalun pelan, menciptakan atmosfer yang tenang namun anggun.

Alya, seorang wanita muda berusia dua puluh lima tahun, merasa tidak nyaman berada di tengah keramaian itu. Ia bukan tipe orang yang suka berada di bawah sorotan. Namun, ia hadir karena permintaan bosnya, seorang pengusaha yang sangat dihormati di lingkungan bisnis. Bosnya telah memintanya untuk membantu mengatur beberapa detail acara malam itu, termasuk memastikan bahwa semua tamu penting mendapatkan minuman mereka tepat waktu. Alya, yang baru saja bergabung dengan perusahaan tersebut beberapa bulan lalu, merasa ini adalah kesempatan bagus untuk menunjukkan dedikasinya. Meski begitu, ia tidak bisa sepenuhnya menyingkirkan rasa gugup yang melingkupi dirinya.

Ia mengenakan gaun sederhana berwarna biru tua, pilihan yang ia pikir cukup pantas untuk acara semacam ini tanpa terlalu mencolok. Rambutnya yang hitam panjang dibiarkan tergerai, hanya dihiasi oleh satu atau dua jepit rambut kecil agar tetap rapi. Wajahnya tampak segar meskipun ia sudah bekerja keras sejak pagi hari. Dengan nampan kecil di tangannya, ia berkeliling ruangan, menawarkan minuman kepada para tamu yang tampak semakin banyak seiring berjalannya waktu. Ia mencoba tersenyum ramah kepada semua orang, meskipun dalam hati ia merasa seperti ikan kecil di lautan besar, tersesat di antara para hiu bisnis yang berpengaruh.

Saat itulah, insiden pertama terjadi. Seorang pria paruh baya yang tampak agak mabuk menabraknya dari belakang, membuat beberapa gelas di nampannya terguling dan jatuh ke lantai marmer yang licin. Suara pecahan kaca memecah keheningan sesaat, dan semua mata tertuju padanya. Alya merasa wajahnya memanas karena malu. Ia buru-buru membungkuk untuk membersihkan kekacauan itu, tetapi salah satu staf hotel yang bertugas dengan cepat datang membantu. Setelah situasi sedikit terkendali, Alya mundur ke sudut ruangan, berharap tidak ada yang memperhatikannya lagi.

Namun, takdir tampaknya belum selesai bermain dengannya. Saat ia mencoba menenangkan diri, matanya menangkap sosok seorang pria tinggi yang berdiri di dekat bar. Pria itu tampak berbeda dari yang lain. Ia mengenakan setelan jas hitam yang pas di tubuhnya, dengan dasi abu-abu gelap yang memberikan kesan formal namun tidak kaku. Rambutnya yang hitam disisir rapi ke belakang, dan wajahnya memiliki garis-garis tegas yang menunjukkan ketegasan dan kekuatan. Namun, ada sesuatu dalam caranya berdiri—posturnya tegak namun santai—yang membuatnya tampak tidak seperti tamu biasa.

Alya tidak tahu siapa pria itu, tetapi entah mengapa ia merasa ingin mendekatinya. Mungkin karena ia tampak lebih pendiam dibandingkan para tamu lain yang sibuk berbicara dan tertawa. Dengan langkah ragu-ragu, ia mendekati bar, berniat memesan segelas air mineral untuk menenangkan diri. Saat ia sampai di sana, pria itu berbalik dan menatapnya dengan mata cokelat gelap yang tajam. Alya merasa napasnya terhenti sesaat. Tatapan pria itu begitu intens, seolah-olah ia bisa melihat langsung ke dalam jiwanya.

"Maaf," kata Alya dengan suara pelan, merasa perlu menjelaskan keberadaannya di sana. "Apakah Anda butuh sesuatu?"

Pria itu mengangkat alisnya sedikit, tampak terkejut oleh pertanyaan itu. "Kau mengira aku pelayan?" tanyanya dengan nada datar, meskipun ada sedikit nada geli dalam suaranya.

Alya merasa wajahnya memerah lagi. "Oh, maafkan saya," katanya dengan cepat, merasa semakin malu. "Saya... saya hanya..."

"Tidak apa-apa," potong pria itu, meskipun ekspresinya masih dingin. "Tapi jika kau benar-benar ingin memesan sesuatu, aku bisa meminta bartender untuk membantu."

Alya menggeleng cepat. "Tidak, tidak perlu. Saya hanya... butuh udara segar." Ia merasa ingin segera melarikan diri dari situasi memalukan ini, tetapi kakinya seolah-olah terpaku di tempat.

Pria itu menatapnya selama beberapa detik lagi sebelum akhirnya berkata, "Nama saya Adrian. Adrian Hartanto."

Alya terkejut. Nama itu terdengar familiar. Ia ingat pernah mendengarnya disebut-sebut oleh bosnya sebagai salah satu CEO paling berpengaruh di Indonesia. Ia tidak pernah menyangka bahwa ia akan bertemu dengannya secara langsung, apalagi dalam situasi seperti ini.

"Alya," balasnya dengan suara pelan, hampir seperti bisikan. "Alya Putri."

Adrian mengangguk sekilas, lalu berbalik untuk melanjutkan percakapannya dengan bartender. Alya merasa lega sekaligus kecewa. Ia tidak tahu mengapa, tetapi ada sesuatu dalam tatapan Adrian yang membuatnya merasa penasaran. Namun, ia juga sadar bahwa ia hanyalah seorang pegawai biasa, dan pria seperti Adrian mungkin tidak akan pernah memperhatikannya lebih dari sekadar orang asing yang salah mengira dia sebagai pelayan.

Setelah beberapa saat, Alya akhirnya berhasil meninggalkan bar dan mencari tempat yang lebih sepi di ruangan. Ia berdiri di dekat jendela besar yang menghadap ke kota, menatap hujan yang masih turun deras. Pikirannya dipenuhi oleh perasaan malu dan kebingungan. Ia tidak tahu apakah ia harus merasa bersyukur atau menyesal atas pertemuannya dengan Adrian. Yang jelas, ia tahu bahwa malam itu akan menjadi awal dari sesuatu yang tidak terduga.

Di sudut ruangan, Adrian melirik sekilas ke arah Alya. Ada sesuatu dalam diri gadis itu yang menarik perhatiannya. Bukan hanya karena insiden memalukan tadi, tetapi karena ada kepolosan dan ketulusan dalam sikapnya yang jarang ia temui di dunia bisnis yang keras ini. Adrian tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tetapi ia merasa bahwa pertemuannya dengan Alya bukanlah kebetulan semata.

Adrian melirik sekilas ke arah Alya yang berdiri di dekat jendela besar, menatap hujan yang masih turun deras. Gadis itu tampak begitu kecil dibandingkan dengan kemegahan gedung dan keramaian acara malam itu. Namun, ada sesuatu dalam caranya berdiri—postur tubuhnya tegak meskipun terlihat rapuh, tatapannya kosong namun penuh pikiran—yang membuat Adrian tidak bisa mengalihkan pandangannya. Ia merasa ada magnet tak terlihat yang menarik perhatiannya pada gadis itu, seolah-olah ia sedang menyimpan rahasia besar yang belum terungkap.

Alya tampak tidak menyadari bahwa ia sedang diamati. Ia terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. Pertemuannya dengan Adrian tadi adalah sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan akan terjadi dalam hidupnya. Bagaimana mungkin ia bisa salah mengira seorang CEO terkenal sebagai pelayan? Itu adalah kesalahan yang memalukan, dan ia yakin bahwa Adrian pasti sudah membencinya karena hal itu. Namun, anehnya, Adrian tidak menunjukkan tanda-tanda kemarahan atau ketidakpuasan. Sebaliknya, ia tampak... tertarik. Setidaknya, itulah yang Alya rasakan dari tatapan dingin namun tajam yang dilemparkan Adrian padanya beberapa saat lalu.

Namun, bukan hanya tatapan Adrian yang membuat Alya merasa cemas. Ada sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan dengan kata-kata. Seolah-olah pertemuan mereka tadi bukanlah kebetulan semata. Apakah ini hanya perasaan paranoidnya? Ataukah ada sesuatu yang lebih dalam yang sedang terjadi?

Sementara itu, Adrian mulai merasa gelisah. Ia tidak biasa merasa penasaran terhadap orang lain, apalagi seorang gadis yang bahkan tidak ia kenal. Namun, ada sesuatu dalam diri Alya yang membuatnya ingin tahu lebih banyak tentangnya. Mungkin karena cara dia meminta maaf dengan tulus, atau mungkin karena ekspresi malunya yang begitu polos dan alami. Apapun alasannya, Adrian merasa bahwa ia tidak bisa begitu saja melupakan pertemuan ini.

Tiba-tiba, sebuah ide muncul di benak Adrian. Ide yang awalnya terdengar gila, tetapi semakin ia memikirkannya, semakin masuk akal. Ia membutuhkan seseorang seperti Alya—seseorang yang tidak terlibat dalam dunia bisnis yang keras, seseorang yang bisa ia percaya untuk menjaga rahasia besar yang selama ini ia simpan. Seseorang yang bisa menjadi... istri kontrak.

Ya, istri kontrak. Itu adalah solusi sempurna untuk masalah yang sedang ia hadapi. Beberapa minggu terakhir, ia mendapat tekanan besar dari keluarganya untuk menikah. Ayahnya, yang merupakan pendiri perusahaan tempat Adrian bekerja, telah memberikan ultimatum: jika Adrian tidak menikah dalam waktu dekat, ia akan kehilangan kendali atas perusahaan. Adrian tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Ia telah bekerja keras selama bertahun-tahun untuk membangun reputasi dan kekuasaannya di dunia bisnis. Ia tidak akan membiarkan siapa pun—termasuk keluarganya sendiri—mengambil semua itu darinya.

Namun, Adrian tidak ingin menikah karena cinta. Ia tidak percaya pada cinta. Baginya, cinta hanyalah ilusi yang diciptakan oleh manusia untuk melemahkan diri mereka sendiri. Ia hanya membutuhkan seseorang yang bisa memenuhi syarat sebagai istri di atas kertas, seseorang yang bisa ia kendalikan sepenuhnya. Dan Alya, dengan kepolosannya dan ketulusannya, tampak seperti kandidat yang sempurna.

Tapi bagaimana cara mendekatinya? Adrian tahu bahwa ia tidak bisa langsung mengajukan tawaran seperti itu kepada Alya. Gadis itu pasti akan menolak mentah-mentah. Ia harus mencari cara untuk membuat Alya merasa bahwa ini adalah keputusan terbaik baginya. Mungkin dengan menawarkan sesuatu yang tidak bisa ia tolak—uang, misalnya. Atau mungkin dengan memanfaatkan situasi sulit yang sedang dialami Alya.

Adrian tidak tahu banyak tentang kehidupan pribadi Alya, tetapi ia cukup cerdas untuk menyadari bahwa gadis itu bukan berasal dari keluarga kaya. Pakaian sederhana yang dikenakannya malam itu, serta cara dia bekerja keras untuk melayani para tamu, adalah indikasi yang cukup jelas. Jika ia bisa mengetahui lebih banyak tentang masalah keuangan Alya, mungkin ia bisa menggunakan itu sebagai senjata untuk membuatnya menerima tawaran ini.

Namun, sebelum Adrian bisa melanjutkan rencananya, ia melihat sesuatu yang membuatnya terkejut. Di sudut ruangan, seorang wanita muda berambut pirang pendek mendekati Alya. Wanita itu tampak sangat familiar bagi Adrian—terlalu familiar. Ia adalah Nadine, sekretaris pribadinya, yang selama ini selalu setia mendampinginya dalam urusan bisnis. Nadine adalah salah satu orang kepercayaannya, tetapi ada sesuatu dalam tatapan matanya saat ia berbicara dengan Alya yang membuat Adrian merasa tidak nyaman.

Nadine tersenyum ramah kepada Alya, tetapi Adrian bisa melihat bahwa senyum itu palsu. Ia tahu bahwa Nadine memiliki ambisi besar untuk menjadi lebih dari sekadar sekretaris. Selama ini, ia menduga bahwa Nadine memiliki perasaan terhadapnya, meskipun ia tidak pernah memberikan isyarat apa pun yang menunjukkan bahwa ia tertarik pada Nadine. Namun, sekarang, melihat cara Nadine mendekati Alya, Adrian mulai curiga bahwa ada sesuatu yang sedang direncanakan.

Alya tampak tidak menyadari niat buruk Nadine. Ia tersenyum ramah kepada wanita itu, menjawab pertanyaannya dengan sopan. Namun, Adrian bisa melihat bahwa Nadine sedang mencoba menggali informasi tentang Alya. Apa yang Nadine inginkan dari gadis itu? Apakah ia mencoba mencari tahu sesuatu yang bisa digunakan untuk melawan Adrian?

Pikiran-pikiran ini membuat Adrian semakin gelisah. Ia tidak bisa membiarkan Nadine mengacaukan rencananya. Ia harus segera bertindak sebelum segalanya menjadi lebih rumit. Tapi apa yang harus ia lakukan? Haruskah ia langsung menghampiri Alya dan mengajukan tawaran itu? Atau haruskah ia menunggu waktu yang tepat?

Sebelum Adrian bisa memutuskan, ia melihat Alya meninggalkan ruangan dengan langkah cepat. Nadine tampak tersenyum puas, seolah-olah ia telah berhasil mencapai tujuannya. Adrian merasa ada sesuatu yang tidak beres. Ia harus menemukan Alya sebelum Nadine melakukan sesuatu yang bisa merusak rencananya.

Tanpa ragu, Adrian meninggalkan bar dan mulai berjalan menuju pintu keluar. Pikirannya dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab. Apa yang Nadine katakan kepada Alya? Apakah Alya akan menerima tawarannya jika ia mengajukannya sekarang? Dan yang paling penting, apakah ia benar-benar bersedia untuk melibatkan seorang gadis polos seperti Alya dalam dunia yang keras dan penuh intrik ini?

Langkah Adrian semakin cepat saat ia mendekati pintu keluar. Hujan masih turun deras, dan angin dingin mulai menusuk kulitnya. Namun, ia tidak peduli. Ia harus menemukan Alya sebelum terlambat. Ia harus memastikan bahwa rencananya berjalan sesuai dengan yang ia inginkan.

Namun, saat ia melangkah keluar, ia tidak menemukan Alya di mana pun. Hanya ada genangan air yang mengkilap di bawah lampu jalan, dan suara hujan yang memecah keheningan malam. Alya telah menghilang, meninggalkan Adrian dengan pertanyaan-pertanyaan yang semakin membingungkan.

Di mana Alya pergi? Apa yang Nadine katakan kepadanya? Dan yang paling penting, apakah Adrian akan berhasil menemukannya sebelum segalanya menjadi terlalu rumit?

Bab terkait

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    2. Awal Ketegangan

    Hari-hari setelah acara amal itu berlalu dengan cepat, namun bagi Alya, rasanya seperti waktu melambat. Ia masih belum bisa melupakan pertemuannya yang memalukan dengan Adrian Hartanto, CEO terkenal yang tanpa sengaja ia anggap sebagai pelayan. Setiap kali ingatan itu muncul di benaknya, wajahnya langsung memerah karena malu. Namun, lebih dari rasa malu, ada sesuatu dalam tatapan Adrian yang membuatnya penasaran. Tatapan itu tidak hanya dingin, tetapi juga seolah-olah menyimpan rahasia besar yang tidak ingin dibagikan kepada siapa pun. Keesokan harinya, Alya kembali bekerja di kantor perusahaan tempat ia bekerja selama beberapa bulan terakhir. Perusahaan ini adalah salah satu mitra bisnis dari Hartanto Group, perusahaan yang dipimpin oleh Adrian. Meskipun ia tahu bahwa Adrian adalah orang penting di dunia bisnis, Alya tidak pernah membayangkan bahwa ia akan bertemu dengannya secara langsung, apalagi dalam situasi yang begitu memalukan. Ia berharap bahwa insiden itu tidak akan sampai k

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    3. Tawaran Mengejutkan

    Malam itu, Alya tidak bisa tidur. Pikirannya dipenuhi oleh pertemuan singkat dengan Adrian di ruang rapat dan tatapan dingin Nadine yang terus menghantui. Ia merasa seperti ada beban besar yang tiba-tiba diletakkan di pundaknya tanpa ia minta. Tugas baru sebagai penghubung antara tim Hartanto Group dan perusahaan tempat ia bekerja seharusnya menjadi sebuah kehormatan, tetapi bagi Alya, ini lebih terasa seperti jebakan. Ia tidak tahu apa yang akan dibicarakan Adrian dengannya nanti, tetapi ia yakin bahwa percakapan itu tidak akan berakhir dengan baik. Keesokan harinya, Alya bangun dengan rasa lelah yang mendalam. Matahari sudah mulai naik tinggi saat ia tiba di kantor, namun suasana di sana tampak lebih tegang dari biasanya. Para staf senior berkumpul di ruang rapat utama, membahas detail proyek kolaborasi yang semakin kompleks. Alya mencoba fokus pada pekerjaannya, tetapi pikirannya terus-menerus melayang ke Adrian dan kata-kata terakhirnya: "Kita akan bicara nanti." Alya tidak tahu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    4. Kehidupan Baru

    Malam itu, Alya tidak bisa tidur. Pikirannya dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan yang tak kunjung terjawab. Pesan misterius yang ia terima di ponselnya terus berputar dalam benaknya, membuatnya merasa seperti ada bayangan gelap yang mengikuti setiap langkahnya. Nadine, Adrian, bahkan keluarganya sendiri—semua tampak seperti potongan puzzle yang belum tersusun dengan sempurna. Ia tahu bahwa keputusan untuk menerima tawaran Adrian adalah sebuah langkah besar yang akan mengubah hidupnya selamanya, tetapi ia juga sadar bahwa ia tidak punya banyak pilihan lain. Keesokan harinya, Alya bangun dengan perasaan lelah yang mendalam. Matahari sudah mulai naik tinggi saat ia tiba di kantor, namun suasana di sana tampak lebih tegang dari biasanya. Para staf senior berkumpul di ruang rapat utama, membahas detail proyek kolaborasi yang semakin kompleks. Alya mencoba fokus pada pekerjaannya, tetapi pikirannya terus-menerus melayang ke percakapan singkat dengan Nadine dan pesan misterius yang ia terima

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    5. Musuh dalam Selimut

    Hari-hari berikutnya di rumah Adrian terasa semakin berat bagi Alya. Ia merasa seperti sedang berjalan di atas jembatan yang rapuh, dengan jurang gelap menganga di bawahnya. Setiap langkah yang ia ambil dipenuhi ketegangan, seolah-olah satu kesalahan kecil saja bisa membuatnya jatuh ke dalam kekacauan. Rumah megah itu, yang awalnya tampak begitu indah dan sempurna, kini terasa seperti penjara mewah yang membatasi geraknya. Semua staf rumah tangga yang sopan namun dingin, desain interior yang modern tapi tanpa jiwa, hingga kehadiran Adrian yang jarang terlihat namun selalu terasa—semua itu membuat Alya merasa seperti tamu yang tidak diundang. Namun, lebih dari semua itu, ada sesuatu yang lebih mengganggu pikirannya: Nadine. Sekretaris Adrian itu tampaknya semakin sering muncul di rumah, meskipun alasan kedatangannya selalu berbeda-beda. Kadang-kadang ia datang untuk membahas dokumen penting dengan Adrian, kadang-kadang hanya untuk "memastikan segalanya berjalan lancar." Namun, setiap k

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    6. Kebohongan yang Rumit

    Hari-hari berikutnya di rumah Adrian semakin terasa seperti mimpi buruk bagi Alya. Ia merasa seperti sedang berada di tengah badai yang tidak bisa ia kendalikan, dengan angin kencang yang menerpa dari segala arah. Setiap kali ia mencoba menenangkan diri, ada saja hal baru yang membuatnya semakin cemas. Pesan misterius, tatapan dingin Adrian, dan senyum palsu Nadine—semua itu terus menghantuinya, seolah-olah ia sedang ditarik ke dalam pusaran konflik yang tidak pernah ia minta. Namun, lebih dari semua itu, ada satu masalah besar yang belum Alya selesaikan: keluarganya. Sejak awal, ia telah memutuskan untuk menyembunyikan pernikahan kontrak ini dari mereka. Bagaimana mungkin ia bisa menjelaskan kepada orang tuanya bahwa ia tiba-tiba menikah dengan seorang pria yang hampir tidak mereka kenal? Terlebih lagi, bagaimana ia bisa menjelaskan bahwa pernikahan ini hanya sebuah kesepakatan bisnis, bukan hubungan yang didasarkan pada cinta? Alya tahu bahwa ia harus berbohong. Ia tidak punya pi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    7. Rahasia yang Terungkap

    Hari-hari berikutnya di rumah Adrian semakin terasa seperti sebuah teka-teki besar bagi Alya. Setiap langkah yang ia ambil dipenuhi dengan ketidakpastian, seolah-olah ia sedang berjalan di atas jembatan rapuh yang bisa runtuh kapan saja. Pesan misterius, tatapan dingin Adrian, dan senyum palsu Nadine terus menghantui pikirannya. Ia merasa seperti sedang berada di tengah badai yang tidak bisa ia kendalikan, dengan angin kencang yang datang dari segala arah. Namun, lebih dari semua itu, ada satu hal yang membuatnya semakin cemas: rahasia besar yang belum terungkap. Alya tahu bahwa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Adrian dan Nadine, tetapi ia tidak tahu apa itu. Ia hanya bisa menduga-duga, mencoba menyatukan potongan-potongan kecil yang ia temukan selama ini. Namun, semakin ia mencoba memahami, semakin ia merasa bingung. Pada hari Senin pagi, Alya duduk di meja makan yang luas, menikmati secangkir teh hangat sambil mencoba fokus pada pekerjaannya. Namun, pikirannya terus-menerus mela

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    8. Kebenaran yang Tersembunyi

    Malam itu, Alya tidak bisa tidur. Pikirannya dipenuhi oleh amplop misterius dan panggilan telepon yang membuatnya semakin cemas. Ia merasa seperti sedang berada di tengah badai yang tidak bisa ia kendalikan, dengan angin kencang yang datang dari segala arah. Amplop itu masih tergeletak di atas meja kecil di dekat tempat tidurnya, seolah-olah menantangnya untuk membuka rahasia yang tersembunyi di dalamnya. Namun, ada sesuatu dalam dirinya yang membuatnya ragu—apa yang akan ia temukan jika ia pergi ke alamat yang tertulis di surat itu? Apakah ini jebakan? Atau apakah ini satu-satunya cara untuk mengetahui kebenaran? Pagi berikutnya, Alya bangun dengan perasaan lelah yang mendalam. Matahari sudah mulai naik tinggi saat ia tiba di kantor, namun suasana di sana tampak lebih tegang dari biasanya. Para staf senior berkumpul di ruang rapat utama, membahas detail proyek kolaborasi yang semakin kompleks. Alya mencoba fokus pada pekerjaannya, tetapi pikirannya terus-menerus melayang ke amplop mi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    09. Rahasia yang Terungkap

    Pukul tiga sore, seperti yang dijanjikan, Adrian tiba di apartemen Alya. Tidak seperti biasanya, ia tidak mengenakan setelan jas formal, melainkan pakaian kasual: kemeja hitam lengan panjang yang digulung hingga siku dan celana chino abu-abu. Namun, wajahnya tetap menunjukkan keseriusan yang sulit disembunyikan.Alya berdiri di ruang tamu, memegang secangkir teh yang sejak tadi tidak disentuh. Ia menunggu dengan penuh kecemasan, memikirkan apa yang akan terjadi setelah pertemuan dengan Dito dan amplop cokelat yang kini tersimpan di dalam laci meja kerjanya.“Maaf jika aku datang tiba-tiba,” ujar Adrian sambil berjalan masuk, menutup pintu di belakangnya. “Ada hal penting yang ingin kubicarakan denganmu.”Alya mencoba terlihat tenang meski jantungnya berdetak cepat. “Apa yang ingin kau bicarakan?”Adrian duduk di sofa, mengamati Alya dengan tatapan mendalam. “Alya, aku tahu akhir-akhir ini kau merasa tidak nyaman. Aku bisa melihatnya dari caramu bersikap. Kau selalu tampak gelisah, sep

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12

Bab terbaru

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    43. Malam yang Mengubah Segalanya

    Alya menggenggam kemudi erat-erat, matanya menatap lurus ke depan sementara pikirannya berkecamuk. Jalanan malam yang sepi membentang di depannya, hanya diterangi oleh cahaya lampu jalan yang berpendar suram. Napasnya sedikit memburu, bukan karena ketakutan, tetapi karena antisipasi yang menggelitik dadanya. Pelabuhan lama. Tempat itu selalu menjadi perbincangan orang-orang, terkenal karena kisah-kisah kelam yang menyelimutinya. Tempat bagi mereka yang ingin menyembunyikan sesuatu, tempat pertemuan bagi orang-orang yang tidak ingin diketahui keberadaannya. Pikirannya masih melayang ke Adrian. Tatapan pria itu saat memergokinya tadi masih terukir jelas dalam ingatannya. Ketidakpercayaan, kemarahan, dan sesuatu yang lain—sesuatu yang tidak dapat Alya artikan dengan pasti. Tapi yang jelas, Adrian tidak menyukai kepergiannya. Tapi ia tidak peduli. Ada hal yang lebih penting yang harus ia lakukan saat ini. Setelah beberapa menit berkendara, ia akhirnya sampai di lokasi yang dituju. Pel

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    42. Rahasia di Balik Cinta yang Terpendam

    Hujan rintik-rintik mengguyur kota malam itu, seolah menjadi saksi bisu atas kekacauan yang baru saja terjadi. Alya duduk di tepi ranjangnya, matanya terpaku pada lantai kayu yang dingin. Suasana hatinya serupa badai, penuh dengan kekhawatiran dan pertanyaan yang tak terjawab.Wanita yang mengaku sebagai istri Adrian telah meninggalkan ruangan itu dengan senyuman penuh arti, menyisakan kebisuan yang menghantui. Adrian, seperti biasanya, memilih untuk tidak memberikan penjelasan apa pun. Hanya keheningan yang membuat Alya semakin tenggelam dalam labirin pikirannya.Namun malam itu berbeda. Alya tidak bisa lagi menelan diam Adrian seperti sebelumnya. Selama ini, ia telah mengorbankan banyak hal untuk hubungan yang penuh teka-teki ini, tetapi kehadiran wanita itu memecahkan sesuatu dalam dirinya. Ia tidak lagi bisa bersikap pasrah.Langkah kaki Adrian terdengar mendekat. Pintu kamar mereka terbuka perlahan, memperlihatkan sosok pria itu dengan wajah yang penuh dengan ketegangan. Ia berdi

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    41. Pelukan Dosa yang Tak Terhindarkan

    Alya memejamkan matanya, merasakan setiap helai udara yang dingin menyentuh kulitnya. Seluruh tubuhnya masih gemetar, bukan hanya karena hawa malam yang menusuk, tetapi juga akibat dari perasaan yang meluap-luap dalam hatinya. Kata-kata Adrian, pria yang selama ini ia anggap penyelamat sekaligus penjaranya, terus terngiang di benaknya.Langkah-langkah kecil Alya terdengar lemah saat ia melintasi koridor panjang rumah itu. Masing-masing langkahnya terasa berat, seolah ada rantai tak kasat mata yang mengikat kakinya. Tatapannya kosong, tapi pikirannya penuh. Suara Adrian, perasaan pengkhianatan, dan wajah pria asing yang tiba-tiba muncul malam itu bercampur menjadi satu, menciptakan badai dalam hatinya.Ketika tiba di kamarnya, Alya mengunci pintu dan menyandarkan tubuhnya di baliknya. Nafasnya memburu, dan ia mencoba menenangkan dirinya. Namun, pikirannya kembali mengarah pada wajah Adrian—wajah yang penuh dengan kepedihan, penyesalan, dan cinta yang membingungkan."Apa yang sebenarnya

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    40. Dosa yang Terungkap

    Alya berdiri di depan cermin besar di kamar mereka, matanya masih basah oleh air mata yang tak kunjung berhenti. Pikirannya penuh dengan kebenaran pahit yang baru saja ia temukan. Dokumen-dokumen itu masih berserakan di atas meja, seperti hantu yang terus mengejarnya. Setiap kata yang ia baca terasa seperti belati yang menusuk jantungnya berulang kali.Adrian, lelaki yang ia percayai, lelaki yang ia cintai, ternyata menyimpan rahasia yang begitu mengerikan. Rahasia yang bukan hanya menghancurkan kepercayaannya, tetapi juga seluruh kehidupannya. Alya menggigit bibirnya, mencoba menahan isak yang semakin keras. Namun, tubuhnya bergetar hebat, tangannya mengepal dengan kekuatan yang hampir melukai dirinya sendiri.Adrian berdiri di ambang pintu, diam dan penuh kehancuran. Tatapannya kosong, tapi wajahnya jelas menunjukkan penderitaan yang tak kalah dalam dari Alya. Ia ingin mendekat, ingin memeluk Alya, tapi langkahnya terasa begitu berat. Jarak di antara mereka kini lebih lebar dari sam

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    39. Nafsu dalam Bayang Kehancuran

    Denting jam di dinding terasa begitu menggema di ruangan yang sunyi. Alya duduk di sudut ruangan dengan tubuh gemetar, tangannya mencengkeram dokumen yang baru saja ia baca. Kata-kata dalam dokumen itu seakan menampar kenyataan yang selama ini ia pikir aman dan terkendali. Ia menatap Adrian dengan tatapan penuh kebingungan, namun lelaki itu tampak membisu, seolah waktu telah berhenti di antara mereka. "Apa maksud semua ini, Adrian?" Alya akhirnya bertanya dengan suara bergetar, mencoba mencari jawaban dari tatapan lelaki itu. "Kenapa semua ini terasa seperti jebakan yang kau buat sendiri?" Adrian tidak langsung menjawab. Ia mengalihkan pandangannya ke jendela, menatap langit malam yang kelam seakan mencari kekuatan di balik kegelapan itu. Sorot matanya menyiratkan campuran rasa bersalah, kemarahan, dan ketakutan. "Aku tidak pernah menginginkan ini terjadi," katanya pelan, suaranya hampir seperti bisikan yang terbawa angin. "Jadi, kau tahu tentang ini?" Alya mendesak, nadanya meni

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    38. Dilema di Balik Janji yang Terselubung

    Hujan mengguyur deras di luar jendela, menciptakan simfoni yang menenangkan sekaligus penuh kecemasan di hati Alya. Ia duduk di sofa ruang kerja Adrian, tangannya menggenggam secangkir teh yang kini sudah mulai mendingin. Tatapannya terpaku pada tumpukan dokumen di meja Adrian, dokumen-dokumen yang sebagian besar bertuliskan nama yang tidak ia kenal.Adrian, yang biasanya begitu tenang dan terkendali, terlihat berbeda malam ini. Ia berjalan bolak-balik di ruang kerja dengan raut wajah tegang. Bibirnya terkatup rapat, seolah-olah ia sedang mencoba menahan kata-kata yang tak ingin diucapkan.“Adrian...” panggil Alya, suaranya terdengar ragu. “Ada apa sebenarnya? Kau tampak gelisah.”Adrian menghentikan langkahnya, menatapnya sejenak dengan tatapan yang sulit diartikan. “Ini bukan sesuatu yang perlu kau khawatirkan, Alya,” jawabnya, mencoba terdengar meyakinkan.Namun, Alya tahu lebih baik daripada percaya pada kata-kata itu. Selama beberapa minggu terakhir, ia telah belajar membaca emos

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    37. Bisikan Rahasia dalam Kegelapan

    Ruangan itu diterangi oleh lampu gantung kristal yang memancarkan kilau lembut, menciptakan bayangan samar di dinding. Alya berdiri di sudut ruangan, jantungnya berdegup cepat. Gaun hitam panjang yang ia kenakan malam itu menonjolkan keanggunannya, tetapi juga membuatnya merasa rentan di tengah keramaian. Semua mata seolah tertuju padanya, atau lebih tepatnya, pada pria yang kini berdiri di sampingnya—Adrian.Pria itu mengenakan setelan jas yang sempurna, dengan dasi sutra yang senada dengan warna mata tajamnya. Senyum kecil yang menghiasi bibirnya seperti sebuah peringatan tersembunyi, membuat siapa pun yang menatapnya berpikir dua kali sebelum mendekat. Namun, Alya tahu bahwa senyum itu adalah bagian dari topeng yang Adrian kenakan. Di balik itu, ada badai yang siap menghancurkan siapa saja yang berani menantangnya.“Tenanglah,” bisik Adrian di telinganya, suaranya rendah tetapi penuh otoritas. “Ini hanya pesta.”Alya mengangguk pelan, meskipun tubuhnya kaku. “Hanya pesta?” tanyanya

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    36. Gairah yang Bersembunyi

    Alya berdiri di depan cermin besar yang terpajang di sudut kamar. Kilauan lampu remang menyentuh kulitnya yang tampak bersinar, seolah membungkusnya dalam suasana yang memancarkan kemewahan dan ketegangan. Gaun sutra biru tua yang ia kenakan membalut tubuhnya dengan sempurna, setiap lekuknya diperlihatkan tanpa berlebihan. Namun, bukan penampilannya yang membuatnya terdiam di depan cermin. Pikirannya melayang pada kejadian-kejadian yang baru saja terjadi, terutama saat Adrian memandangnya dengan sorot mata yang tak biasa.“Apa yang sebenarnya dia pikirkan?” gumamnya pelan, suaranya hampir tidak terdengar di tengah heningnya ruangan. Ia teringat bagaimana Adrian, yang biasanya dingin dan tak tersentuh, tiba-tiba berubah menjadi sosok yang berbeda saat mereka berada di ruang makan tadi.Adrian, dengan jas hitam yang begitu rapi, terlihat seperti seorang raja di tengah kerajaan kecilnya. Tatapan tajamnya, senyum simpul yang sesekali muncul, dan caranya mengamati Alya—semuanya membuatnya

  • Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan    35. Sentuhan di Batas Malam

    Cahaya pagi menyelinap perlahan melalui celah tirai, memantulkan bayangan samar di dinding kamar yang hening. Alya masih terbaring di ranjang, matanya tertutup, tetapi tubuhnya terasa lelah meski semalam ia memejamkan mata lebih lama dari biasanya. Dalam kepalanya, berbagai potongan kejadian terus berputar, membuat dadanya terasa sesak.Suara ketukan pintu yang lembut membangunkannya. Ia membuka mata dengan perlahan, membiarkan pandangannya beradaptasi dengan cahaya yang mulai memenuhi ruangan. Hanya beberapa detik berlalu sebelum ia menyadari bahwa ketukan itu berasal dari Adrian.“Alya, aku perlu bicara,” suara Adrian terdengar lebih tegas dari biasanya, seperti seseorang yang mencoba menutupi gejolak emosi di dalam dirinya.Alya bangkit dari ranjang, merapikan rambutnya yang sedikit kusut dengan jari-jarinya. Tanpa banyak berpikir, ia berjalan ke arah pintu dan membukanya. Di sana berdiri Adrian, mengenakan kemeja hitam yang membuat aura maskulinnya semakin mencolok. Matanya yang t

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status