Share

Terkenang

Author: Naveen Kenan
last update Last Updated: 2022-08-15 12:27:56

Suasana hening beberapa saat ketika Rion menunggu jawaban dari Owen.

"Kecuali—"

"Katakan, Kak! Kecuali apa? Hal apa yang bisa membuat Opa mengubah keputusannya?" Wajah Rion terlihat kesal karena Owen terkesan bertele-tele untuk menjawab pertanyaan yang dia lontarkan.

"Kak? Cepat katakan!" pinta Rion kesal.

Owen tersenyum, lalu mendekati Rion yang terlihat resah dari tempat dia berdiri.

"Kamu ingin tau jawabannya, Rion?" Owen bertanya dengan senyum sarkastik dan Rion mengangguk cepat karena penasaran.

Owen melangkah maju dan kini berdiri tepat di samping Rion. "Kecuali kalau Opa hanya bermimpi, hahaha ...." Owen tertawa puas ketika menjahili adik tirinya itu.

Rion tidak bodoh, tetapi hanya penampilannya saja yang culun dan membuat siapa pun akan menilai kalau pemuda berkacamata itu kurang normal.

"Ck! Percuma juga aku tanya padamu, Kak!" Bibir Rion mengerucut, ketika menyadari telah dijahili oleh Owen.

"Sudah, tidur sana. Besok kamu kuliah, kan?" ucap Owen sambil menepuk pundak Rion.

Rion mengangguk.

"Sana, tidur!" Suara Owen meninggi karena Rion tak juga beranjak ke kamarnya.

"Baiklaaahhh ... karena percuma juga membahas hal ini sama Kak Owen," kata Rion sambil berjalan mendekati anak tangga yang meliuk untuk sampai di kamarnya.

Pintu berwarna putih telah terlihat di depan mata Rion. Dia masuk, lalu mengempaskan tubuhnya ke ranjang setelah mengganti pakaiannya dengan piyama polos berwarna navy.

Sejenak, si Culun itu melihat langit-langit kamar dan terlintas satu wajah wanita yang sangat dia sayangi. "Mama." Spontan, kata itu meluncur dari bibirnya.

Rion teringat masa-masa indah dan hangat ketika Ibu dan ayahnya masih hidup. Dia merasa menjadi anak yang paling beruntung bisa lahir dari seorang wanita cantik dan pintar. Namun, entah mengapa setelah Yola--ibunya--meninggal, Rion menjadi orang yang lemah. Pikirannya sedikit lemot dan agak susah untuk berkonsentrasi.

"Sial! Kenapa malah jadi susah tidur?"

Rion mematikan lampu kamar dan menyisakan lampu tidur yang hanya berbias oranye hangat di kamarnya dan mencoba menutup mata. Berkali-kali pemuda culun itu mencoba terlelap setelah melepas kacamatanya, tetapi lagi-lagi malah terjaga, bahkan angannya melayang ke mana-mana.

Berbagai posisi tidur pun telah dia coba hingga akhirnya Rion kesal dan turun dari ranjang big size-nya. Pemuda itu melangkah dan menuju ke kamar Owen yang berada di sudut lain.

"Kak, Kakak? Kak Owen uda tidur apa belum?" panggil Rion dari luar sambil mengetuk pintu.

Tidak ada suara dari dalam sana, mungkin saja Owen sudah terlelap karena waktu telah menunjukkan pukul satu dini hari.

Rion akhirnya memutuskan kembali ke kamar. Dia harus begadang malam ini karena memang tidak bisa tidur. Baru saja memutar tubuhnya, suara bariton terdengar memanggilnya. "Rion!"

Pemuda berkacamata itu akhirnya kembali membalikkan tubuh jangkungnya. "Kak Owen? Kirain sudah tidur," kata Rion dengan seulas senyum.

"Belum, tadi aku lagi ke kamar mandi. Kenapa? Enggak bisa tidur?" tebak Owen yang memang sudah hafal kebiasaan adiknya hampir satu tahun ini.

Rion tersenyum dan Owen pun mengerti maksud adiknya.

"Masuklah." Owen membuka pintu kamar dengan lebar.

***

Tepat jam tujuh pagi, di ruang makan dengan meja panjang yang tertutup kain putih dan begitu banyak menu sarapan di atasnya, keluarga Tuan Frederic sudah bersiap untuk menikmati hidangan yang tersaji.

Suasananya masih kaku, Kemala masih kesal terhadap ayah mertuanya atas keputusan pewaris yang jatuh kepada Rion tadi malam.

Semuanya terlihat menikmati sarapan yang telah tersaji. Namun, tidak terlalu lama hal itu seolah-olah memudar tatkala Rion menangkap raut wajah kesal yang diperlihatkan Kemala.

'Apakah Ibu masih marah sama aku?' Dalam hati Rion berucap ketika hendak memasukkan sepotong sandwich dalam mulutnya.

"Hey, Rion, kamu kenapa?" Owen menyenggol lengan Rion yang duduk di sampingnya.

"Eh, tidak apa-apa, Kak," ujar Rion, lalu mempercepat makannya.

Akhirnya Owen mengerti kenapa adik tirinya bersikap seperti itu ketika tatapan Kemala yang begitu sinis ketika melihat ke arah Rion. Pemuda berjambang tipis itu hanya bisa menggeleng melihat kelakukan ibunya yang seperti anak kecil ketika mainan yang diinginkannya malah dimiliki oleh orang lain.

"Opa, Ma, Kak, aku permisi berangkat ke kampus," pamit Rion sambil meraih tas yang ada di kursi, lalu menyampaikannya di pundak.

Rion berjalan cepat menuju halaman rumah. Mercy berwarna hitam metalik sudah bersiap untuk mengantarnya.

"Silakan, Tuan muda Rion," ucap seorang laki-laki berseragam serba hitam dan kepalanya memakai breton hat.

Rion tersenyum, lalu memasuki mobil Mercy mewahnya.

Mobil melaju kencang menuju kampus. Tidak ada pembahasan apa pun antara Rion dan sopirnya yang khusuk dengan kendali setir.

"Hentikan mobil di tempat biasa!" pinta Rion saat mobil masih sekitar lima ratus meter dari kampus.

"Baik, Tuan Muda."

Karena sopir itu penasaran, akhirnya lelaki yang usianya berkisar empat puluh tahun itu memberanikan diri untuk bertanya.

"Maaf, Tuan. Selama saya bekerja, kenapa Tuan muda selalu minta turun sebelum sampai kampus? Bahkan, masih cukup jauh." Raut sopir itu terlihat heran.

Rion tersenyum dan meraih tas ranselnya. "Hentikan laju mobilnya!"

Seketika mobil direm mendadak dan itu cukup membuat sopirnya Rion merasa kaget karena Rion malah minta menghentikan mobil lebih jauh dari biasanya.

"Kamu tidak usah mengetahui apa kebiasaanku, cukup antarkan aku ke mana pun aku minta," kata Rion sambil membuka pintu mobil.

"Ba-baik, Tuan. Maaf," kata si Sopir dengan keringat yang hampir menetes di dahinya.

Pemuda itu menggendong tas ransel di pundaknya dan melangkah tanpa menatap lagi wajah sopirnya. Rion ternyata sanggup membuat sopirnya terlihat gugup, bahkan takut.

"Woy!!!" Rion kaget ketika ada yang menepuk pundaknya cukup kencang.

"Astaga, ternyata kamu, Nzie!" Rion hampir saja memukul, tetapi tidak dilakukannya ketika menyadari kalau yang menepuk pundaknya merupakan seorang perempuan cantik.

"Kenapa? Mau mukul? Pukul, nih, muka gue!" kata perempuan cantik yang kini berdiri sejajar dengan Rion.

"Enggaklah. Emangnya aku cowok apaan berani mukul cewek?"

"Hahaha … lagian, gue enggak percaya kalau lu bisa mukul gue, Rion."

"Mulai, deh, kamu mandang aku enggak punya keberanian." Si Culun kesal ketika menghadapi perempuan tomboy itu.

Kenzie Lovexia atau biasa dipanggil Enzie, perempuan muda yang mempunyai bola mata kehijauan, keturunan Indo-Jerman, berusia 24 tahun, wajah tirus, hidung mancung, rambut lurus panjang diikat sembarang, dan berpenampilan tomboy yang telah menjadi sahabat Rion sejak pertama masuk kuliah.

"Rion, gue punya tantangan hari ini buat lu," ucap Kenzie.

"Apa itu?"

"Kita adu kecepatan lari sampe kampus," tantang Kenzie sembari menaik-turunkan alisnya bersama senyum simpul yang menggoda.

"Apa hadiahnya?" Rion mengangkat satu alisnya.

"Apa pun yang lu mau, bakal gue kasih. Tapi ingat, yang terjangkau, ya? Begitu pun kalau gue menang. Gue bebas meminta apa pun dari lu. Gimana?"

Mata Rion memindai tubuh Kenzie yang tidak terlalu tinggi. Bibirnya seketika itu juga tersenyum ketika kata hatinya meyakini kalau dirinya akan memenangkan tantangan kali ini.

"Oke!"

"Baiklah. Gue hitung sampe tiga, setelah itu kita lari sampe kampus. Are you ready?"

Rion mengangguk, lalu keduanya mengambil ancang-ancang untuk berlari.

"Satu––" Kenzie menghentikan hitungannya sejenak. "Tiga!!!" Gadis itu berlari sekencang mungkin.

"Woiii!!! Enzie, kamu curang!" teriak Rion kesal ketika Kenzie sudah berlari lebih dulu.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Az Zahwa Zahwa
makin menarik
goodnovel comment avatar
Vivi Nisfiatul Khoiroh
Gaskeun ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Rahasia Pewaris Culun    Lelaki Misterius

    Ternyata perempuan tomboy itu berlari cukup kencang. Ditambah lagi motor dan mobil yang berlalu-lalang membuat Rion sedikit kesulitan ketika hendak berlari untuk mengejar Kenzie. Tepat di depan gerbang kampus, Kenzie terlihat sudah berkacak pinggang dengan bibir merah muda yang tersenyum seolah-olah meledek. "Haiii, Rion? Baru sampe?" ucap Kenzie saat melihat Rion dengan napas ngos-ngosan dan tangan yang mengusap peluh di dahi. "Kamu curang, Enzie," kata Rion dengan napas yang masih tersengal-sengal. "Bisa-bisanya kamu menghitung tiga, tanpa adanya dua terlebih dahulu. Dasar licik!" kesal Rion. "Wait! Dari mana liciknya? Bukannya gue bilang, setelah hitungan ketiga, kita langsung berlari?" Sejenak Rion terdiam. Dia menelaah apa yang diucapkan oleh perempuan bermata kehijauan itu. "Sial! Sepertinya kamu ngerjain aku, ya?" Kenzie tertawa terbahak-bahak ketika meyakini kalau Rion memang polos dan begitu mudah dikerjai. "Emang enak?! Gue tunggu hadiah dari lu, Rion. Byeee!" Kenzi

    Last Updated : 2022-08-15
  • Rahasia Pewaris Culun    Identitas Tersembunyi

    Pria jangkung berparas tampan yang terlihat rapi mengenakan jas warna hitam serta celana kain dengan warna senada itu kini berada tepat di antara Rion dan Kenzie. Mata sipit Rion melebar ketika pandangannya terfokus pada pria dengan gaya kasual dan terlihat begitu elegan. "Tu-tuan Muda?" Pemuda itu berdiri dari bangku dan menjawab dengan terbata saat menyadari ternyata Owen yang menghampirinya. Owen yang sedang berdiri tegak itu mengernyitkan dahi. Dia begitu bingung dengan ucapan adik tirinya tersebut.'Sejak kapan Rion memanggilku dengan sebutan Tuan muda?' Owen berucap di dalam hatinya. "Ada apa Tuan Muda kemari?" sambung Rion sambil mengedipkan matanya dengan cepat. Pria culun itu memang ingin merahasiakan jati dirinya di depan Kenzie, untung saja Owen mengerti. "Ayahmu sakit dan sedang dirawat, dia memintaku untuk menjemput kamu," ujar Owen yang berusaha mengimbangi sandiwara Rion. Namun, tampaknya akting mereka sedikit gagal. Kenzie akhirnya ikut berdiri, lalu dia menyengg

    Last Updated : 2022-08-15
  • Rahasia Pewaris Culun    Tabir Hitam

    Entah dinamakan sial atau keberuntungan, ponsel Kenzie kembali berdering dan sahabatnya meminta si tomboy itu untuk segera menemuinya di tempat kerja. "Lu selamat untuk saat ini, tapi besok, jangan harap!" ucap Kenzie sambil menunjuk wajah Rion. Pria bertubuh kerempeng itu hanya dapat mengangguk pasrah."Awas, besok gue akan kejar lu ke mana pun dan jawaban lu akan gue anggap utang! Ingat itu baik-baik, Rion!" ancam Kenzie sebelum dia pergi meninggalkan Rion.Dada Rion yang terasa sesak seketika lega ketika melihat Kenzie menaiki sebuah bus. Hal itu cukup membuat pemuda bermata sipit itu dapat tenang, meskipun dia menyadari hal ini hanya sementara karena esok hari Kenzie pasti akan mengejarnya dan mencecar dengan begitu banyak pertanyaan. Tin! Tin! Suara klakson mobil yang tiba-tiba berada di hadapannya membuat Rion terperanjat. "Maaf, Tuan muda. Saya tadi sudah mencoba memanggil, tetapi sepertinya Tuan muda Rion sedang melamun," ujar pria yang memakai breton hat di dalam mobil.

    Last Updated : 2022-08-15
  • Rahasia Pewaris Culun    Ide Kenzie

    Mata sipit Rion membulat saat melihat si tomboy ada di hadapannya. Debar dalam dada semakin kencang dan dalam hatinya berkata, 'akankah ini akhir dari persahabatanku dengan Enzie, Tuhan?'Keduanya terdiam. Rion yang masih sibuk dengan angannya dan Kenzie yang sibuk dengan segala perkiraan serta sanggahan yang ada di otaknya. Namun, kebisuan mereka berakhir saat pintu ruang kerja Owen terbuka. "Saya tunggu dari tadi, kenapa tidak masuk?" Tanya Owen ketika melirik seorang perempuan berseragam hitam-putih. "Tunggu, kamu siapa? Bukankah yang harusnya membawa berkas itu Angel? Ke mana dia?" "Maaf, Pak. Saya disuruh oleh Mbak Angel untuk memberikan laporan ini pada Bapak. Di sini saya hanya seseorang yang diberikan kesempatan untuk magang di perusahaan Bapak." Kenzie mencoba menjelaskan. "Baiklah, mari masuk." Owen lebih dulu masuk ke ruang kerja. "Lu jangan pergi, Rion. Urusan kita belum selesai." Kenzie pun akhirnya ikut serta masuk ke ruang kerja Owen. Rion mulai gelisah. Dia tidak

    Last Updated : 2022-09-15
  • Rahasia Pewaris Culun    Perubahan Rion

    Kenzie Menarik tangan Rion dan berlari di trotoar yang disoroti warna oranye dari lampu-lampu pinggir jalan. "Enzie, mau ke mana?" "Enggak usah banyak tanya, lu bawa duit cash, bukan?" "Ada, tapi buat apa?" Langkah Kenzie terhenti, mata kehijauannya kini menatap Rion––pria berkacamata yang memang terlihat culun dengan gaya rambut yang mulai panjang menutupi telinga. "Gue mau bikin lu gak dipandang culun lagi," ucap Kenzie dengan tatap penuh keyakinan. "Kamu mau merubah penampilanku?" "Ssttt .... Gue memang mau merubah penampilan lu, tapi tidak dengan hati lu. Lu tetap Rion, pria baik yang gue kenal. Gue hanya ingin, lu gak minder.""Tapi––" "Gue gak menerima bantahan, terlebih gue punya reward dari lu." Rion tidak dapat membantah, dia hanya bisa pasrah ketika jemari lentik Kenzie menariknya kembali untuk berlari. "Gak usah lari juga, Enzie!" Separuh napas Rion sudah tersengal karena Kenzie mengajaknya berlari cukup kencang. Saat ini mereka ada di salah satu mall yang cukup

    Last Updated : 2022-09-16
  • Rahasia Pewaris Culun    Menghilang

    Dalam keheningan malam, Rion tidak dapat beristirahat dengan tenang. Terlebih ketika mengingat Fredrick yang bisa saja nyawanya terancam. Owen masih belum pulang, sedangkan Kemala sepertinya sudah terlelap. 'Apa Kak Owen di rumah sakit, ya?' Batin Rion berkata. Lamunannya terempas ketika dering ponsel menyapa malam yang cukup dingin. "Halo?" Rion mengangkat panggilan telepon dari Kakaknya. "Rion, aku tidak dapat menemani Opa malam ini. Apakah Ibu sudah pulang dari rumah sakit?" tanya Owen dari dalam sambungan ponsel. "Mama tampaknya kelelahan, Kak. Sepertinya sudah tidur. Aku kira Kakak sudah ada di rumah sakit." "Tidak. Ada urusan lain di luar kantor." "Ya sudah, selesaikan urusan Kakak, biar aku yang menjaga Opa." "Baiklah, makasih, ya, De." Sambungan ponsel terputus dan Rion bergegas mendobel kemejanya dengan sweater warna hitam. Ya, Rion memang penyuka warna itu. Barang-barang yang dia miliki, hampir semuanya berwarna hitam. "Jalan," pinta Rion pada sopir pribadinya. "M

    Last Updated : 2022-09-16
  • Rahasia Pewaris Culun    Koma

    Ponsel masih ada di tangan Rion. Namun, seketika sorot matanya beralih pada seorang perempuan yang baru saja turun dari mobil angkot. Wanita itu terlihat berjalan menuju bengkel. "Mbak!" Rion memanggil wanita yang sepertinya dia kenal. Ya, pemuda itu merasa pernah melihat wanita yang baru saja turun dari mobil angkot. "Iya?" jawab wanita tersebut dan seketika langkahnya pun terhenti saat menjawab panggilan dari seorang pemuda. "Maaf, sepertinya saya pernah melihat, Mbak di kontrakan Kenzie. Apa Mbak teman kostnya Kenzie, ya?" tebak Rion cukup percaya diri karena dia cukup sering melihat wanita itu disapa oleh Kenzie. "Iya, Enzie teman satu kontrakanku. Bahkan, dia sudah seperti adikku." "Kebetulan. Saya ada perlu sama Enzie. Kami sudah janjian di bengkel ini, tapi sudah lebih dari dua jam, Enzie belum juga datang. Apakah Mbak tau dia ke mana?" tanya Rion dengan tatap heran. Seketika ekspresi wajah wanita yang ada di hadapan Rion menjadi sedih. "Sebetulnya––" Kata-kata wanita it

    Last Updated : 2022-09-17
  • Rahasia Pewaris Culun    Kabar Buruk

    Wajah Rion seketika heran melihat Angel yang bereaksi seperti itu. "Mbak kenapa?" "Tolong panggilkan dokter, Rion. Ada sesuatu yang terjadi pada Enzie," terang seorang wanita yang berusia lebih tua dari Rion. Sebetulnya Angel telah mencoba menghubungi dokter melalui pemanggil yang telah terhubung di ruangan. Hanya saja, dokter tidak kunjung datang dan hal tersebut membuat Angel panik. Baru saja Rion berdiri dari tempat duduknya. Seorang dokter dan asistennya terlihat menuju ke ruang ICU. "Dokter tolong, tolong adik saya, Dok. Monitornya tiba-tiba berbunyi cepat. Itu kenapa, Dok?" terang Angel setelah dokter berada di depan pintu ruang ICU. "Biar saya periksa dulu, ya, Mbak. Permisi." Dokter itu pun masuk lebih dulu. "Maaf, Mbak. Biar Dokter periksa keadaan pasien, ya? Dan maaf, Mbak tidak boleh masuk dulu," jelas suster saat menahan tubuh Angel yang berusaha masuk ke ruang ICU. Walau pun berat, akhirnya Angel menuruti apa yang dipinta oleh suster. "Mbak tenang, ya?" Rion mencoba

    Last Updated : 2022-09-18

Latest chapter

  • Rahasia Pewaris Culun    Partner Bisnis

    Rupanya Rion dijadikan saksi karena terakhir Oris berbicara padanya dalam panggilan ponsel sebelum Oris meninggal dunia secara tidak wajar, sehingga dari pihak kepolisian memberikan keterangan tersebut. "Terima kasih, Pak!" Willson yang menjadi pengacara Rion berjabat tangan dengan polisi yang menangani Rion. Rion terbebas dari status saksi dari pembuahan Oris yang mungkin bisa saja dirinya akan berubah status menjadi tersangka apabila tidak didampingi oleh kuasa hukumnya. "Terima kasih, Pak!" Rion berjabat tangan dengan Willson dan saat kasus telah usai, mereka kembali terpisah karena Rion memang tidak dekat pada Willson dan hanya terikat kerjaan Willson saja yang menjadi pengacara. *** Banyak sekali kejadian yang menimpa Rion setelah Kenzie pergi. Hidupnya sepi bahkan terasa kosong karena satu-satunya orang yang dia sayang di dunia ini pun pergi meninggalkannya meskipun dia menjanjikan akan kembali. Namun, entah hal itu akan terealisasikan kapan? Tidak ada jaminan dari siapa pu

  • Rahasia Pewaris Culun    Kematian Oris

    Sudah beberapa hari ini Khanza merasa was-was dengan keadaan Rion. Ingin bicara, tetapi dia tidak memiliki bukti yang kuat akan perbincangan adik tirinya karena Owen memang tidak menyebut nama Rion. Bisa saja Owen malah merencanakan pembunuhan untuknya, bukan? "Tuan, apakah Tuan Muda baik-baik saja?" tanya Khanza yang merasa khawatir dengan keadaan Rion. "Aku baik-baik saja." Rion kembali terdiam. Dia hanya memperhatikan halaman rumah dari balkon. Sudah beberapa hari semenjak kematian Frederic, Rion memang betah berlama-lama di balkon hanya memperhatikan keadaan rumah saja. "Sus?" Rion memanggil Khanza."Iya, Tuan." "Biasanya Suster mengajak Opah berjemur di sana." Rion menunjuk yang disertai bibir tersenyum, tetapi pandangannya seolah kosong.Khanza tidak menjawab, karena dia tahu kalau Rion hanya butuh didengarkan saja, bukan membutuhkan jawaban darinya. "Aku kangen sama Opah," ucap Rion yang terdengar pilu. Rupanya Rion masih terlihat berat sejak kepergian Frederic. Dia seol

  • Rahasia Pewaris Culun    Kembali Pada-Nya

    Dokter itu menatap Rion dan Owen bergantian yang disertakan tarikan napas dalam sebelum dia menceritakan keadaan Frederic. "Hhuuufff ...." Napas itu terembus. "Kami tim dokter sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi Tuan Frederic tidak dapat tertolong." "Apa?!" Spontan Owen berucap. Rion tidak berkata apa-apa, dia berjalan mundur hingga akhirnya terpentok pada kursi stainless dan detik itu juga dia terduduk lemas, lakinya seolah tidak mampu menopang tubuhnya sendiri saat mendengar Frederic telah kembali pada-Nya.Rion menutup wajahnya. Ingin menangis, tetapi dia tahan sekuat tenaga meski akhirnya ada yang meluncur dari sudut matanya. "Menangis saja, Tuan Muda. Tangisan tidak akan menjatuhkan derajatmu sebagai seorang laki-laki," ucap Khanza yang duduk di sampingnya. Memang benar apa yang dikatakan oleh Khanza kalau tangis tidak akan membuat derajat laki-laki terjatuh. Laki-laki juga manusia, dia punya hati yang dapat merasakan sakit. Rion merasa sendirian. Ketika Frederic corp

  • Rahasia Pewaris Culun    Kritis

    Keadaan Frederic semakin memburuk. Sudah tiga hari dia masih koma, bahkan harapan untuk hidup sangatlah kecil menurut dokter. "Ya Tuhan ... cobaan apa lagi yang akan aku dapatkan setelah ini?" ucap Rion saat berada di kantor. Tidak dipungkiri, dirinya sangat sulit untuk berkonsultasi. Bahkan dalam tiga hari ini seolah raganya saja berada di kantor, tetapi jiwanya entah ke mana. Dia seolah terombang-ambing tanpa pijakan. "Permisi ...." Seseorang mengetuk pintu ruang kerja Owen. "Masuk!" Rion terperanjat saat suara seseorang mengetuk pintu. Dari balik pintu yang terbuka terlihat Angel yang membawa berkas dalam map warna biru. "Eh, Mbak. Silahkan duduk," ucap Rion. Angel tersenyum, menarik kursi lalu duduk. Namun, dia memperhatikan Rion yang seolah semakin terpuruk. "Kamu kenapa, Rion?" "Enggak apa-apa, Mbak," jawab Rion sekenanya. "Oh, iya. Apakah ada tender baru yang masuk?" sambung Rion seolah-olah mengalihkan pembicaraan. "Ada, bahkan cukup banyak. Yang Mbak khawatirkan itu

  • Rahasia Pewaris Culun    Peselingkuh

    Kemala mengajak Owen ke ruang perawatan. Ternyata Wanda sedang tidur dan baru siuman sejak beberapa menit yang lalu. "Tante?" Owen menyapa mertuanya. "Owen, gimana keadaanmu, Nak? Kamu sakit apa? Kok, Tante enggak tau kamu dirawat. Apa Wanda mengetahuinya?" Seolah berbasa-basi, Nyonya Pranata bertanya pada calon menantunya. "Tidak, Tan. Wanda tidak tau apa-apa, lagian aku juga udah sehat, kok." Mungkin karena suara perbincangan Owen, Kemala dan ibunya, Wanda akhirnya membukakan mata. "Sayang? Kamu ada di sini?" Suara Wanda terdengar pelan. "Iya. Kamu kenapa, Sayang?" Owen bertanya dan saat itu sepasang mata Wanda kembali berkabut. Kemala mengerti kalau Wanda menginginkan cerita pada putranya dan dia mengajak Nyonya Pranata untuk ke luar dari ruangan tersebut. Agar mereka bisa leluasa mengobrol. "Kamu sayang aku enggak?" Tiba-tiba saja Wanda bertanya seperti itu dan hal ini dirasa aneh oleh Owen. "Kok, nanyanya begitu?" "Jawab aja, sayang atau enggak?" "Sayanglah, kamu, kan

  • Rahasia Pewaris Culun    Harta, Tahta dan Wanita

    Tepat jam sebelas siang, Rion sengaja pergi menemui Angel hanya untuk makan siang sekaligus membahas apa yang sebenarnya terjadi. "Mbak?" Rion memanggil."Iya." "Aku bingung harus menerangkannya seperti apa? Aku pun paham kalau sampai ada di posisi, Mbak. Aku pun akan salah paham. Tapi aku mohon percaya sama aku, Mbak. Aku bukan takut Mbak bilang sama Kenzie, karena aku benar. Hanya saja kalau keadaannya jauh seperti ini, aku takut Enzie terluka dan aku hanya bisa menatapnya menangis di layar ponsel." "Sebenarnya Mbak juga tidak percaya Rion, tapi penampilan dia tadi pagi? Ah, Mbak jadi inget Enzie ketika hendak dinodai oleh Pak Owen." "Tapi aku bukan Kak Owen, Mbak. Kami berbeda dan aku begitu mencintai Kenzie." "Iya, Mbak tau, Rion. Cinta memang bisa membutakan siapa saja." Sepertinya Angel masih belum sepenuhnya mempercayai pengakuan Rion. Dia juga tidak mempercayai kesimpulan yang ada di otaknya. Baginya, Rion terlalu tulus kalau sampai selingkuh, itu merupakan hal yang tida

  • Rahasia Pewaris Culun    Trauma

    "Permisi, Pak! Pak Rion?" Dari luar sana seorang wanita mengetuk pintu dan memanggil namanya. Rion seolah terperangkap, sementara otak Wanda begitu bergelayut rencana licik demi mendapatkan Rion. Tentu saja tujuan utamanya merupakan harta dan kepuasan melihat orang lain bertengkar. "Jangan Rion, aku mohon. Aku ini calon kakak iparmu." Terdengar suara Wanda memelas. "Maksud lu apa, Wanda?" Rion heran dengan kelakuan Wanda."Siapa aja yang ada di luar, tolooonggg!!! Tolong akuuuu!!!" Tiba-tiba saja Wanda berteriak setelah dia mengacak-acak penampilannya. Baik baju, juga rambut yang sedikit diacak-acak. Rion semakin bingung, dia tidak menyangka Wanda bersikap aneh di depannya. Lagi, Wanda berteriak histeris dan pintu ruang kerjanya pun terbuka. Sial, Wanda menjatuhkan dirinya ke pelukan Rion yang membuat orang yang melihat akan salah sangka. "Rion?" Ternyata yang masuk ke ruang kerja adalah Angel. Sial, Rion terjebak oleh permainan Wanda. "Maaf, saya mendorong pintu karena––" Angel

  • Rahasia Pewaris Culun    Tabir Hitam Keluarga Frederic

    Rion akhirnya memanggil Khanza, padahal waktu hampir menunjukkan jam sebelas malam dan mereka bertiga masih mengungkap satu fakta yang tentu saja Frederic tercengang atas cerita Khanza. "Jadi, ayahmu dan ayah Owen itu Willson?" Frederic bertanya dengan ekspresi heran. "Iya, Tuan. Pak Willson merupakan ayah kandung kami, hanya berbeda ibu." Khanza membenarkan. "Lalu, kenapa Kemala malah menyebutkan kalau ayah dari Owen meninggal dunia?" tanya Frederic merasa heran. "Saya tidak ingin menyimpulkan, Tuan. Takut saya salah." Khanza menjawab sambil menunduk."Bicaralah, Suster. Jujur, aku sama sekali tidak bisa menggambarkan apa pun tentang peristiwa ini. Mungkin sedikitnya Suster bisa memberikan gambaran dari kehidupan ibunya Suster Khanza," pinta Rion. "Sesungguhnya––aku––" Khanza sepertinya ragu mengemukakan pendapatnya. "Bicaralah, tidak usah takut." Rion mencoba menenangkan."Pandanganku terhadap masalah ini mempunyai dua kemungkinan, Tuan. Pertama, Nyonya Kemala sengaja memalsuk

  • Rahasia Pewaris Culun    Labirin

    Sekitar jam tujuh malam, keluarga Frederic berkumpul di ruang makan. Namun, ada hal berbeda di sana karena bukan hanya makan malam saja yang mereka lakukan, tetapi ada lagi hal yang sesungguhnya menjadi inti dari permasalahan. "Rion, kenapa kamu bisa menghajar Kakakmu?" Frederic bertanya setelah semuanya selesai makan. "Mungkin Opah bisa tanya sendiri sama Kak Owen." Rion menjawab santai."Hallah! Tinggal jawab saja, kamu punya masalah apa sama Owen sampe bikin dia babak belur begitu?" sungut Kemala yang tidak terima."Semuanya harus berkumpul, Opah. Tidak bisa kalau ditanya hanya sepihak seperti ini. Bisa saja Kak Owen menyanggah atau bahkan aku yang menyanggah pengakuan Kak Owen." "Kamu itu memang dari dulu bikin aku emosi. Dasar anak sialan! Kamu tak ada bedanya dengan Mamamu yang selalu merebut kebahagiaan orang lain!" pekik Kemala dengan wajah kesal. "Stop! Lebih baik kamu istirahat, Kemala. Bukan kah kamu akan ke rumah sakit besok pagi?" ujar Frederic. "Lebih baik aku ke ru

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status