Share

Tabir Hitam

Penulis: Naveen Kenan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-15 12:31:22

Entah dinamakan sial atau keberuntungan, ponsel Kenzie kembali berdering dan sahabatnya meminta si tomboy itu untuk segera menemuinya di tempat kerja.

"Lu selamat untuk saat ini, tapi besok, jangan harap!" ucap Kenzie sambil menunjuk wajah Rion.

Pria bertubuh kerempeng itu hanya dapat mengangguk pasrah.

"Awas, besok gue akan kejar lu ke mana pun dan jawaban lu akan gue anggap utang! Ingat itu baik-baik, Rion!" ancam Kenzie sebelum dia pergi meninggalkan Rion.

Dada Rion yang terasa sesak seketika lega ketika melihat Kenzie menaiki sebuah bus. Hal itu cukup membuat pemuda bermata sipit itu dapat tenang, meskipun dia menyadari hal ini hanya sementara karena esok hari Kenzie pasti akan mengejarnya dan mencecar dengan begitu banyak pertanyaan.

Tin! Tin!

Suara klakson mobil yang tiba-tiba berada di hadapannya membuat Rion terperanjat.

"Maaf, Tuan muda. Saya tadi sudah mencoba memanggil, tetapi sepertinya Tuan muda Rion sedang melamun," ujar pria yang memakai breton hat di dalam mobil.

Rion tidak menjawab, dia membuka pintu dan duduk di kursi belakang, "Jalan!" titahnya.

Mobil Mercy warna hitam metalik itu akhirnya melesat ke rumah sakit sesuai apa yang telah diperintahkan oleh Rion.

**

Mobil berhenti di depan lobi rumah sakit. Rion turun, sedangkan sopir pribadinya memarkirkan mobil.

Rion melangkah menemui resepsionis untuk menanyakan ruangan Tuan Frederic dirawat. Tidak menunggu waktu lama, pemuda berkacamata itu melangkah ke ruangan yang telah diinfokan padanya.

Tepat di lantai lima, lift yang dinaiki Rion berhenti dan dia pun melanjutkan langkah ke kamar di mana kakeknya dirawat.

Pintu berwarna putih didorong oleh Rion. Di sana hanya ada Tuan Frederic yang terbaring dengan mata terpejam, oksigen yang terpasang pada bagian hidung, dan juga selang infus yang tersambung ke tangannya.

Rion melangkah perlahan-lahan dan berharap derap langkahnya tidak mengganggu istirahat sang Kakek. Namun, baru saja empat langkah, lelaki renta dengan rambut yang hampir semuanya memutih itu pun akhirnya membuka mata. "Ri-on?" Suara seraknya terdengar begitu pelan.

"Gimana keadaan Opa?" tanya Rion setelah dia meraih kursi, lalu mendudukinya di samping ranjang Tuan Frederic.

"Se-sak," jawab Tuan Frederic terbata.

"Opa istirahat saja. Aku akan menemani Opa di sini."

"Ti-dak. Aku i-ngin ber-cerita padamu, Ri-on." Suara Tuan Frederic terbata-bata. Dia seolah-olah ingin mengungkapkan sesuatu, tetapi begitu sulit untuk berbicara. Terlebih saat ini napasnya terasa sesak.

"Opa ingin bicara apa? Kalau tidak kuat, istirahat saja dulu."

Tuan Frederic menggeleng. Dia begitu ingin mengungkapkan sesuatu, tetapi bibirnya begitu sulit untuk berkata.

Pria sepuh itu terus berusaha untuk berbicara pada cucunya yang mewarisi hampir seluruh aset kekayaan keluarga Frederic, tetapi Rion kesulitan untuk mencerna maksud dari kakeknya tersebut.

"Selamat siang." Seseorang dari ambang pintu terdengar menyapa.

Kedua pria berbeda usia itu pun akhirnya menoleh ke arah sumber suara. "Siang, Dok," ucap Rion, sedangkan Tuan Frederic hanya tersenyum saja.

"Bagaimana keadaannya saat ini, Pak? Apakah dadanya masih terasa sakit?" Dokter itu bertanya begitu ramah kepada pasiennya.

Rion mendengarkan pertanyaan dokter untuk kakeknya tersebut. Pengecekan pun dilakukan oleh dokter dan asisten wanita yang hadir bersamanya. Setelah itu, Rion pun bertanya pada dokter tentang apa penyebab kakeknya sakit dan sesak seperti saat ini.

"Apa?!" Mata Rion membulat saat dokter itu membacakan hasil tes laboratorium yang dipegangnya.

Rion sama sekali tidak menyangka kenapa bisa seperti ini. Bagaimana mungkin kakeknya bisa keracunan di rumahnya sendiri? Apakah ada orang yang begitu membencinya, sehingga tega memberikan racun pada makanan sang Kakek?

"Aku akan memperkarakan hal ini pada pihak kepolisian, Opa." Rion berucap sambil menggenggam tangan Tuan Frederic setelah dokter dan asistennya pergi meninggalkan ruangan tersebut.

"Ti-dak semu-dah itu, Ri-on."

"Iya, aku tau, Opa, tapi paling tidak mereka pasti akan mengusut dan kita akan mengetahui dalang di balik rentetan peristiwa yang membuat Opa sampai seperti saat ini."

"Dan, se-te-lah ini. Pe-lakunya akan se-makin mem-buatku men-derita?"

"Maksud Opa?" Rion menyipitkan mata ketika Tuan Frederic bercerita.

Begitu susah payah, Tuan Frederic mengutarakan maksudnya. Lelaki sepuh itu meminta kertas dan ballpoint pada Rion, kemudian dia menuliskan inti dari prediksinya.

Hampir setengah halaman pada selembar kertas tertulis inti-inti kemungkinan yang menimpa Tuan Frederic. Awalnya Rion begitu berat untuk mempercayai kalau memang ada orang yang berusaha mencelakakan Tuan Frederic.

"Apa itu Mama Kemala?" ucap Rion dengan bola mata begitu tajam ketika bertanya pada kakeknya.

Tuan Frederic menggeleng. "A-ku ti-dak tau, ka-rena tidak mem-punyai buk-ti apa-apa."

Rion terdiam, memikirkan satu per satu orang yang mungkin saja bisa jadi tersangka atau terlibat dalam perencanaan pembunuhan kepada kakeknya. Terlebih, di rumah Tuan Frederic begitu banyak orang dan semuanya bisa saja menjadi tersangka.

Ini bukan perkara mudah bagi Rion. Pria tersebut ingin membawa masalah ini ke jalur hukum, tetapi Tuan Frederic menolaknya dengan alasan keselamatannya yang akan terancam. Apa mungkin seorang yang berpenampilan culun seperti Rion dapat mengungkap tabir hitam ini?

"Ri-on?" Tuan Frederic memanggil dan Rion pun terlihat sedikit kaget.

"Iya, Opa?"

"A-ku su-dah me-mutus-kan su-paya ka-mu terlibat un-tuk me-ngurus pe-rusahaan."

"Tapi tidak mungkin untuk saat ini, Opa. Aku juga tidak enak pada Kak Owen yang tiba-tiba harus mengubah kedudukannya?"

"A-ku ti-dak me-nyuru-mu se-perti itu. A-ku ha-nya ing-in, ka-mu i-kut me-mantau peru-sahaan."

Sejenak Rion terdiam dan menelaah apa yang dimaksud oleh kakeknya. Setelah beberapa saat, pria culun itu akhirnya mempunyai kesimpulan dan caranya sendiri untuk mengungkap perkara yang diyakini ada kaitannya antara keracunan pada Tuan Frederic dan perusahaan yang saat ini sedikit goyah.

"Te-mui Ow-en. Beri tau di-a, ka-lau ka-mu akan mem-bantu di Fre-deric corp."

"Baik, Opa," ucap Rion yang kemudian terlihat kaget ketika ada wanita yang masuk ke kamar inap Tuan Frederic. "Mama?" Mata Rion membulat saat melihat Kemala dan seorang perawat bersamanya.

"Kenapa?" tanya Kemala dengan pongah.

Ada perasaan cemas pada diri Rion ketika Kemala datang untuk menemani Tuan Frederic. Terlebih dia membawa seorang perawat dari luar untuk mengurus Tuan Frederic yang saat ini sedang sakit. Tidak menutup kemungkinan kalau perawat itu juga pesuruh Kemala, bukan? Rion akhirnya memutuskan pamit pada kakeknya untuk pergi ke perusahaan walau dengan berat hati.

***

Tepat jam tiga sore, ketika Owen masih terlihat sibuk dengan pekerjaannya, Rion mengetuk pintu ruang kerja Kakak tirinya itu.

"Masuk!" jawab Owen dari dalam.

"Sore, Kak?" sapa Rion setelah pintu terbuka.

"Rion?" sepasang mata seorang pria yang mempunyai jambang tipis itu pun menyipit. "Tumben. Ada apa ke sini?" sambungnya dan akhirnya menyuruh Rion untuk duduk.

"Aku ada tugas magang dan ingin ditempatkan di sini, tapi aku tidak ingin mendapat jabatan tinggi seperti Kak Owen. Aku ingin menjadi karyawan biasa seperti halnya anak magang yang lain."

Owen tersenyum.

"Kenapa? Apa kamu belum siap untuk terkenal?" tanya Owen dengan bibir tersungging sarkastik.

"Tidak, Kak. Bukan seperti itu. Aku hanya tidak ingin pihak kampus merasa heran. Mana ada anak magang yang menduduki jabatan tinggi? Bisa-bisa aku dicurigai merupakan salah seorang dari anggota keluarga Frederic. Apa Kakak lupa, kalau identitasku di kampus saja dirahasiakan?"

Owen berdiri dari tempat duduknya, kemudian berjalan mendekati sang Adik yang ada di depan meja kerjanya.

"Mungkin ini belum saatnya. Aku yakin, saat itu akan datang dan kamu akan menjadi pewaris tunggal di sini," ucap Owen sambil menepuk-nepuk pundak adik tirinya itu.

Setelah mengobrol cukup panjang, akhirnya Rion memutuskan untuk pulang, sedangkan Owen masih terlihat sibuk dan mengharuskannya untuk lembur.

"Pulang dan beristirahatlah. Mungkin aku akan pulang larut malam. Jaga kondisi badan, aku tidak ingin kau sakit, Rion." Sungguh terlihat kalau Owen begitu perhatian dan menyayangi Rion walau dia hanya adik tirinya.

Rion pun mengangguk dan berpamitan pada Owen. Pria culun itu akhirnya bangkit dari kursi dan keluar dari ruang kerja sang pemimpin perusahaan.

"Aduh!" ucap seorang wanita yang mengenakan pakaian hitam putih.

"Maaf, maaf, aku tidak sengaja," ucap Rion tanpa menatap wajah orang yang dia tubruk.

Pemuda berkacamata itu membantu memunguti lembar-lembar kertas berserakan yang keluar dari map. "Sekali lagi, aku minta maaf, ya?" Rion memberikan lembar kertas yang ada di tangannya.

"Rion? Lu ngapain ada di sini?" ucap perempuan tersebut yang ternyata Kenzie.

Bab terkait

  • Rahasia Pewaris Culun    Ide Kenzie

    Mata sipit Rion membulat saat melihat si tomboy ada di hadapannya. Debar dalam dada semakin kencang dan dalam hatinya berkata, 'akankah ini akhir dari persahabatanku dengan Enzie, Tuhan?'Keduanya terdiam. Rion yang masih sibuk dengan angannya dan Kenzie yang sibuk dengan segala perkiraan serta sanggahan yang ada di otaknya. Namun, kebisuan mereka berakhir saat pintu ruang kerja Owen terbuka. "Saya tunggu dari tadi, kenapa tidak masuk?" Tanya Owen ketika melirik seorang perempuan berseragam hitam-putih. "Tunggu, kamu siapa? Bukankah yang harusnya membawa berkas itu Angel? Ke mana dia?" "Maaf, Pak. Saya disuruh oleh Mbak Angel untuk memberikan laporan ini pada Bapak. Di sini saya hanya seseorang yang diberikan kesempatan untuk magang di perusahaan Bapak." Kenzie mencoba menjelaskan. "Baiklah, mari masuk." Owen lebih dulu masuk ke ruang kerja. "Lu jangan pergi, Rion. Urusan kita belum selesai." Kenzie pun akhirnya ikut serta masuk ke ruang kerja Owen. Rion mulai gelisah. Dia tidak

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-15
  • Rahasia Pewaris Culun    Perubahan Rion

    Kenzie Menarik tangan Rion dan berlari di trotoar yang disoroti warna oranye dari lampu-lampu pinggir jalan. "Enzie, mau ke mana?" "Enggak usah banyak tanya, lu bawa duit cash, bukan?" "Ada, tapi buat apa?" Langkah Kenzie terhenti, mata kehijauannya kini menatap Rion––pria berkacamata yang memang terlihat culun dengan gaya rambut yang mulai panjang menutupi telinga. "Gue mau bikin lu gak dipandang culun lagi," ucap Kenzie dengan tatap penuh keyakinan. "Kamu mau merubah penampilanku?" "Ssttt .... Gue memang mau merubah penampilan lu, tapi tidak dengan hati lu. Lu tetap Rion, pria baik yang gue kenal. Gue hanya ingin, lu gak minder.""Tapi––" "Gue gak menerima bantahan, terlebih gue punya reward dari lu." Rion tidak dapat membantah, dia hanya bisa pasrah ketika jemari lentik Kenzie menariknya kembali untuk berlari. "Gak usah lari juga, Enzie!" Separuh napas Rion sudah tersengal karena Kenzie mengajaknya berlari cukup kencang. Saat ini mereka ada di salah satu mall yang cukup

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-16
  • Rahasia Pewaris Culun    Menghilang

    Dalam keheningan malam, Rion tidak dapat beristirahat dengan tenang. Terlebih ketika mengingat Fredrick yang bisa saja nyawanya terancam. Owen masih belum pulang, sedangkan Kemala sepertinya sudah terlelap. 'Apa Kak Owen di rumah sakit, ya?' Batin Rion berkata. Lamunannya terempas ketika dering ponsel menyapa malam yang cukup dingin. "Halo?" Rion mengangkat panggilan telepon dari Kakaknya. "Rion, aku tidak dapat menemani Opa malam ini. Apakah Ibu sudah pulang dari rumah sakit?" tanya Owen dari dalam sambungan ponsel. "Mama tampaknya kelelahan, Kak. Sepertinya sudah tidur. Aku kira Kakak sudah ada di rumah sakit." "Tidak. Ada urusan lain di luar kantor." "Ya sudah, selesaikan urusan Kakak, biar aku yang menjaga Opa." "Baiklah, makasih, ya, De." Sambungan ponsel terputus dan Rion bergegas mendobel kemejanya dengan sweater warna hitam. Ya, Rion memang penyuka warna itu. Barang-barang yang dia miliki, hampir semuanya berwarna hitam. "Jalan," pinta Rion pada sopir pribadinya. "M

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-16
  • Rahasia Pewaris Culun    Koma

    Ponsel masih ada di tangan Rion. Namun, seketika sorot matanya beralih pada seorang perempuan yang baru saja turun dari mobil angkot. Wanita itu terlihat berjalan menuju bengkel. "Mbak!" Rion memanggil wanita yang sepertinya dia kenal. Ya, pemuda itu merasa pernah melihat wanita yang baru saja turun dari mobil angkot. "Iya?" jawab wanita tersebut dan seketika langkahnya pun terhenti saat menjawab panggilan dari seorang pemuda. "Maaf, sepertinya saya pernah melihat, Mbak di kontrakan Kenzie. Apa Mbak teman kostnya Kenzie, ya?" tebak Rion cukup percaya diri karena dia cukup sering melihat wanita itu disapa oleh Kenzie. "Iya, Enzie teman satu kontrakanku. Bahkan, dia sudah seperti adikku." "Kebetulan. Saya ada perlu sama Enzie. Kami sudah janjian di bengkel ini, tapi sudah lebih dari dua jam, Enzie belum juga datang. Apakah Mbak tau dia ke mana?" tanya Rion dengan tatap heran. Seketika ekspresi wajah wanita yang ada di hadapan Rion menjadi sedih. "Sebetulnya––" Kata-kata wanita it

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-17
  • Rahasia Pewaris Culun    Kabar Buruk

    Wajah Rion seketika heran melihat Angel yang bereaksi seperti itu. "Mbak kenapa?" "Tolong panggilkan dokter, Rion. Ada sesuatu yang terjadi pada Enzie," terang seorang wanita yang berusia lebih tua dari Rion. Sebetulnya Angel telah mencoba menghubungi dokter melalui pemanggil yang telah terhubung di ruangan. Hanya saja, dokter tidak kunjung datang dan hal tersebut membuat Angel panik. Baru saja Rion berdiri dari tempat duduknya. Seorang dokter dan asistennya terlihat menuju ke ruang ICU. "Dokter tolong, tolong adik saya, Dok. Monitornya tiba-tiba berbunyi cepat. Itu kenapa, Dok?" terang Angel setelah dokter berada di depan pintu ruang ICU. "Biar saya periksa dulu, ya, Mbak. Permisi." Dokter itu pun masuk lebih dulu. "Maaf, Mbak. Biar Dokter periksa keadaan pasien, ya? Dan maaf, Mbak tidak boleh masuk dulu," jelas suster saat menahan tubuh Angel yang berusaha masuk ke ruang ICU. Walau pun berat, akhirnya Angel menuruti apa yang dipinta oleh suster. "Mbak tenang, ya?" Rion mencoba

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-18
  • Rahasia Pewaris Culun    Tidak Rela

    "Rion." Terdengar sayup-sayup suara wanita memanggil namanya. "Hey, Rion. Bangun, Rion!" Saat ini pipi Rion terasa ada yang menepuk. Pemuda berkacamata itu akhirnya terperanjat. Matanya terbuka, lalu tubuhnya langsung berdiri tegak. "No! Itu bukan Enzie, dia masih hidup, Mbak. Aku yakin!" Reaksi Rion menjadikan Angel heran. 'Apa yang terjadi dengan dia?' Dalam hati Angel bertanya."Kamu kenapa Rion? Pasti kamu bermimpi ada hal buruk yang terjadi menimpa Enzie, ya?" Senyum simpul kini terukir indah di bibir merah Angel. Rion sempat terdiam ketika kakinya masih tegap berdiri. Tangannya mulai mengusap tengkuk saat dia menyadari dirinya berada di luar kamar ICU. Lalu apa yang baru saja terjadi pada Rion tadi?"Enzie ingin bertemu denganmu. Temuilah, dia sudah siuman dan menunggumu di dalam."Rion terdiam. Terlihat raut wajah yang bingung ketika mendengar kabar dari Angel. Bukan tidak senang, dia hanya masih bingung dengan apa yang terjadi sesungguhnya. "Bukankah kata Mbak, Enzie tela

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-19
  • Rahasia Pewaris Culun    Apa Salahnya dengan Rindu?

    Sudah sekitar satu Minggu berlalu, Frederick ada di rumah dan menjalani perawatan bersama seorang suster yang bernama Khanza. Dia seorang perempuan berusia lebih tua dua tahun dari Rion. "Su-dah cu-kup," ujar Frederick ketika Khanza menyuapi dirinya. Khanza pun meletakkan piring di meja, lalu menyeka sisa makanan yang ada di sudut pipi Frederick. "Terima-kasih," ujar Frederick ketika Khanza membersihkan sisa makanan. Khanza tersenyum, "Sama-sama, Tuan." Khanza cukup telaten menjalankan tugasnya sebagai seorang perawat. Dia mengajak Frederick ke halaman rumah menggunakan kursi roda. "Kita berjemur, ya, Tuan?" ucap si perawat berwajah cantik dan Frederick pun mengangguk.Perlahan, gadis itu mendorong kursi roda ke sebuah taman yang indah. Sudah lama Fredrick tidak merasakan nuansa di taman. Semenjak stroke menggerogoti tubuhnya, dia lebih senang menyendiri dan mengurung diri di dalam rumah. Semilir angin telah mengusap tubuh Frederick yang disertai oleh hangatnya sinar mentari pa

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-20
  • Rahasia Pewaris Culun    Terjebak Rasa

    Suasana dalam kamar begitu mencekam ketika tidak ada cerita atau kata-kata celoteh dari keduanya. "Kenapa lu rindu sama gue?" Kenzie bertanya dengan suara pelan, nyaris tidak terdengar. Rion tidak menjawab, hanya tatap mata teduh di balik kacamata yang cukup tebal. "Rion, jawab pertanyaan gue," pinta Kenzie dengan tangan masih mencengkeram sweater berwarna hitam. "Jawab gimana, Enzie? Sepertinya tanpa gue bilang, pun, lu udah tau kenapa." "Jawab, Rion!" Kenzie menyentak Rion dengan bola mata hijau yang seolah hendak keluar dari tempatnya. "Oke, fine! Gue jawab." Rion menarik napas dalam. "Iya. Iya kalau gue rindu, gue rindu sama lu, Enzie. Karena gue––" Kenzie menunggu kata yang seolah Rion gantung di udara. "Karena gue sayang sama lu," lirih Rion dengan merundukkan kepala, wajah Rion tidak berani menatap Kenzie. Perlahan, jemari Kenzie pun melepaskan cengkeramannya dari sweater Rion. "Sejak kapan lu sayang sama gue?" lirih suara Kenzie terdengar di telinga Rion, serta panda

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-22

Bab terbaru

  • Rahasia Pewaris Culun    Partner Bisnis

    Rupanya Rion dijadikan saksi karena terakhir Oris berbicara padanya dalam panggilan ponsel sebelum Oris meninggal dunia secara tidak wajar, sehingga dari pihak kepolisian memberikan keterangan tersebut. "Terima kasih, Pak!" Willson yang menjadi pengacara Rion berjabat tangan dengan polisi yang menangani Rion. Rion terbebas dari status saksi dari pembuahan Oris yang mungkin bisa saja dirinya akan berubah status menjadi tersangka apabila tidak didampingi oleh kuasa hukumnya. "Terima kasih, Pak!" Rion berjabat tangan dengan Willson dan saat kasus telah usai, mereka kembali terpisah karena Rion memang tidak dekat pada Willson dan hanya terikat kerjaan Willson saja yang menjadi pengacara. *** Banyak sekali kejadian yang menimpa Rion setelah Kenzie pergi. Hidupnya sepi bahkan terasa kosong karena satu-satunya orang yang dia sayang di dunia ini pun pergi meninggalkannya meskipun dia menjanjikan akan kembali. Namun, entah hal itu akan terealisasikan kapan? Tidak ada jaminan dari siapa pu

  • Rahasia Pewaris Culun    Kematian Oris

    Sudah beberapa hari ini Khanza merasa was-was dengan keadaan Rion. Ingin bicara, tetapi dia tidak memiliki bukti yang kuat akan perbincangan adik tirinya karena Owen memang tidak menyebut nama Rion. Bisa saja Owen malah merencanakan pembunuhan untuknya, bukan? "Tuan, apakah Tuan Muda baik-baik saja?" tanya Khanza yang merasa khawatir dengan keadaan Rion. "Aku baik-baik saja." Rion kembali terdiam. Dia hanya memperhatikan halaman rumah dari balkon. Sudah beberapa hari semenjak kematian Frederic, Rion memang betah berlama-lama di balkon hanya memperhatikan keadaan rumah saja. "Sus?" Rion memanggil Khanza."Iya, Tuan." "Biasanya Suster mengajak Opah berjemur di sana." Rion menunjuk yang disertai bibir tersenyum, tetapi pandangannya seolah kosong.Khanza tidak menjawab, karena dia tahu kalau Rion hanya butuh didengarkan saja, bukan membutuhkan jawaban darinya. "Aku kangen sama Opah," ucap Rion yang terdengar pilu. Rupanya Rion masih terlihat berat sejak kepergian Frederic. Dia seol

  • Rahasia Pewaris Culun    Kembali Pada-Nya

    Dokter itu menatap Rion dan Owen bergantian yang disertakan tarikan napas dalam sebelum dia menceritakan keadaan Frederic. "Hhuuufff ...." Napas itu terembus. "Kami tim dokter sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi Tuan Frederic tidak dapat tertolong." "Apa?!" Spontan Owen berucap. Rion tidak berkata apa-apa, dia berjalan mundur hingga akhirnya terpentok pada kursi stainless dan detik itu juga dia terduduk lemas, lakinya seolah tidak mampu menopang tubuhnya sendiri saat mendengar Frederic telah kembali pada-Nya.Rion menutup wajahnya. Ingin menangis, tetapi dia tahan sekuat tenaga meski akhirnya ada yang meluncur dari sudut matanya. "Menangis saja, Tuan Muda. Tangisan tidak akan menjatuhkan derajatmu sebagai seorang laki-laki," ucap Khanza yang duduk di sampingnya. Memang benar apa yang dikatakan oleh Khanza kalau tangis tidak akan membuat derajat laki-laki terjatuh. Laki-laki juga manusia, dia punya hati yang dapat merasakan sakit. Rion merasa sendirian. Ketika Frederic corp

  • Rahasia Pewaris Culun    Kritis

    Keadaan Frederic semakin memburuk. Sudah tiga hari dia masih koma, bahkan harapan untuk hidup sangatlah kecil menurut dokter. "Ya Tuhan ... cobaan apa lagi yang akan aku dapatkan setelah ini?" ucap Rion saat berada di kantor. Tidak dipungkiri, dirinya sangat sulit untuk berkonsultasi. Bahkan dalam tiga hari ini seolah raganya saja berada di kantor, tetapi jiwanya entah ke mana. Dia seolah terombang-ambing tanpa pijakan. "Permisi ...." Seseorang mengetuk pintu ruang kerja Owen. "Masuk!" Rion terperanjat saat suara seseorang mengetuk pintu. Dari balik pintu yang terbuka terlihat Angel yang membawa berkas dalam map warna biru. "Eh, Mbak. Silahkan duduk," ucap Rion. Angel tersenyum, menarik kursi lalu duduk. Namun, dia memperhatikan Rion yang seolah semakin terpuruk. "Kamu kenapa, Rion?" "Enggak apa-apa, Mbak," jawab Rion sekenanya. "Oh, iya. Apakah ada tender baru yang masuk?" sambung Rion seolah-olah mengalihkan pembicaraan. "Ada, bahkan cukup banyak. Yang Mbak khawatirkan itu

  • Rahasia Pewaris Culun    Peselingkuh

    Kemala mengajak Owen ke ruang perawatan. Ternyata Wanda sedang tidur dan baru siuman sejak beberapa menit yang lalu. "Tante?" Owen menyapa mertuanya. "Owen, gimana keadaanmu, Nak? Kamu sakit apa? Kok, Tante enggak tau kamu dirawat. Apa Wanda mengetahuinya?" Seolah berbasa-basi, Nyonya Pranata bertanya pada calon menantunya. "Tidak, Tan. Wanda tidak tau apa-apa, lagian aku juga udah sehat, kok." Mungkin karena suara perbincangan Owen, Kemala dan ibunya, Wanda akhirnya membukakan mata. "Sayang? Kamu ada di sini?" Suara Wanda terdengar pelan. "Iya. Kamu kenapa, Sayang?" Owen bertanya dan saat itu sepasang mata Wanda kembali berkabut. Kemala mengerti kalau Wanda menginginkan cerita pada putranya dan dia mengajak Nyonya Pranata untuk ke luar dari ruangan tersebut. Agar mereka bisa leluasa mengobrol. "Kamu sayang aku enggak?" Tiba-tiba saja Wanda bertanya seperti itu dan hal ini dirasa aneh oleh Owen. "Kok, nanyanya begitu?" "Jawab aja, sayang atau enggak?" "Sayanglah, kamu, kan

  • Rahasia Pewaris Culun    Harta, Tahta dan Wanita

    Tepat jam sebelas siang, Rion sengaja pergi menemui Angel hanya untuk makan siang sekaligus membahas apa yang sebenarnya terjadi. "Mbak?" Rion memanggil."Iya." "Aku bingung harus menerangkannya seperti apa? Aku pun paham kalau sampai ada di posisi, Mbak. Aku pun akan salah paham. Tapi aku mohon percaya sama aku, Mbak. Aku bukan takut Mbak bilang sama Kenzie, karena aku benar. Hanya saja kalau keadaannya jauh seperti ini, aku takut Enzie terluka dan aku hanya bisa menatapnya menangis di layar ponsel." "Sebenarnya Mbak juga tidak percaya Rion, tapi penampilan dia tadi pagi? Ah, Mbak jadi inget Enzie ketika hendak dinodai oleh Pak Owen." "Tapi aku bukan Kak Owen, Mbak. Kami berbeda dan aku begitu mencintai Kenzie." "Iya, Mbak tau, Rion. Cinta memang bisa membutakan siapa saja." Sepertinya Angel masih belum sepenuhnya mempercayai pengakuan Rion. Dia juga tidak mempercayai kesimpulan yang ada di otaknya. Baginya, Rion terlalu tulus kalau sampai selingkuh, itu merupakan hal yang tida

  • Rahasia Pewaris Culun    Trauma

    "Permisi, Pak! Pak Rion?" Dari luar sana seorang wanita mengetuk pintu dan memanggil namanya. Rion seolah terperangkap, sementara otak Wanda begitu bergelayut rencana licik demi mendapatkan Rion. Tentu saja tujuan utamanya merupakan harta dan kepuasan melihat orang lain bertengkar. "Jangan Rion, aku mohon. Aku ini calon kakak iparmu." Terdengar suara Wanda memelas. "Maksud lu apa, Wanda?" Rion heran dengan kelakuan Wanda."Siapa aja yang ada di luar, tolooonggg!!! Tolong akuuuu!!!" Tiba-tiba saja Wanda berteriak setelah dia mengacak-acak penampilannya. Baik baju, juga rambut yang sedikit diacak-acak. Rion semakin bingung, dia tidak menyangka Wanda bersikap aneh di depannya. Lagi, Wanda berteriak histeris dan pintu ruang kerjanya pun terbuka. Sial, Wanda menjatuhkan dirinya ke pelukan Rion yang membuat orang yang melihat akan salah sangka. "Rion?" Ternyata yang masuk ke ruang kerja adalah Angel. Sial, Rion terjebak oleh permainan Wanda. "Maaf, saya mendorong pintu karena––" Angel

  • Rahasia Pewaris Culun    Tabir Hitam Keluarga Frederic

    Rion akhirnya memanggil Khanza, padahal waktu hampir menunjukkan jam sebelas malam dan mereka bertiga masih mengungkap satu fakta yang tentu saja Frederic tercengang atas cerita Khanza. "Jadi, ayahmu dan ayah Owen itu Willson?" Frederic bertanya dengan ekspresi heran. "Iya, Tuan. Pak Willson merupakan ayah kandung kami, hanya berbeda ibu." Khanza membenarkan. "Lalu, kenapa Kemala malah menyebutkan kalau ayah dari Owen meninggal dunia?" tanya Frederic merasa heran. "Saya tidak ingin menyimpulkan, Tuan. Takut saya salah." Khanza menjawab sambil menunduk."Bicaralah, Suster. Jujur, aku sama sekali tidak bisa menggambarkan apa pun tentang peristiwa ini. Mungkin sedikitnya Suster bisa memberikan gambaran dari kehidupan ibunya Suster Khanza," pinta Rion. "Sesungguhnya––aku––" Khanza sepertinya ragu mengemukakan pendapatnya. "Bicaralah, tidak usah takut." Rion mencoba menenangkan."Pandanganku terhadap masalah ini mempunyai dua kemungkinan, Tuan. Pertama, Nyonya Kemala sengaja memalsuk

  • Rahasia Pewaris Culun    Labirin

    Sekitar jam tujuh malam, keluarga Frederic berkumpul di ruang makan. Namun, ada hal berbeda di sana karena bukan hanya makan malam saja yang mereka lakukan, tetapi ada lagi hal yang sesungguhnya menjadi inti dari permasalahan. "Rion, kenapa kamu bisa menghajar Kakakmu?" Frederic bertanya setelah semuanya selesai makan. "Mungkin Opah bisa tanya sendiri sama Kak Owen." Rion menjawab santai."Hallah! Tinggal jawab saja, kamu punya masalah apa sama Owen sampe bikin dia babak belur begitu?" sungut Kemala yang tidak terima."Semuanya harus berkumpul, Opah. Tidak bisa kalau ditanya hanya sepihak seperti ini. Bisa saja Kak Owen menyanggah atau bahkan aku yang menyanggah pengakuan Kak Owen." "Kamu itu memang dari dulu bikin aku emosi. Dasar anak sialan! Kamu tak ada bedanya dengan Mamamu yang selalu merebut kebahagiaan orang lain!" pekik Kemala dengan wajah kesal. "Stop! Lebih baik kamu istirahat, Kemala. Bukan kah kamu akan ke rumah sakit besok pagi?" ujar Frederic. "Lebih baik aku ke ru

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status