“Syila, kau benar-benar baik-baik saja?” Entah berapa kali Arsyila mendengar pertanyaan itu dari teman yang duduk di sebelahnya. Kemarin Arsyila sudah tidak datang ke kampus seharian karena Zhou yang tiba-tiba datang menculiknya. Jadi sebagai gantinya, hari ini Arsyila berusaha menghadiri semua kelas.
“Te-tentu saja,” jawab Arsyila berusaha keras tersenyum dengan natural. Namun wajah temannya bukannya tenang tapi justru semakin terlihat cemas. Sebenarnya seburuk apa Arsyila terlihat sekarang?Arsyila hampir berteriak saat melihat bagaimana wujudnya di depan cermin. Apa Arsyila sungguh datang ke kampus dengan rupa yang menyedihkan ini? Rambut coklat yang kusut, wajah sepucat mayat dengan kantung mata hitam yang menggantung di bawah mata, lalu bibir kering yang pecah-pecah. Bukankah ini yang disebut buruk rupa?Arsyila membasuh wajahnya dengan air dingin. Ini salahnya. Karena terjaga semalaman, Arsyila jadi bangun kesiangan. Arsyila yang terburu-buru tak seSuara dering ponsel yang nyaring mengejutkan Arsyila yang sebelumnya tertidur pulas. Gadis itu mengucek matanya yang masih merah. Ini masih terlalu pagi untuk mengganggu tidur seseorang. Dalam hati Arsyila menggerutu dengan kesal. Dengan malas Arsyila meraih ponselnya. Nama ‘Zhou’ tertulis di layarnya. Barulah saat itu Arsyila segera bangkit dan membuka matanya lebar-lebar.“Uh, umm … kenapa?” Suara serak Arsyila membuat Arsyila menepuk wajahnya yang mulai merah. Otak Arsyila begitu kosong di pagi hari. Gadis itu mengangkat telepon tanpa memikirkan harus berkata apa. “Aku sedang dalam perjalanan menuju asramamu sekarang. Bersiaplah, hari ini kita akan pergi ke Aston,” ucap Zhou singkat langsung menutup panggilan. Arsyila yang belum mencerna perkataan Zhou dengan sempurna mematung seperti orang bodoh. Zhou benar-benar datang menemuinya! Arsyila langsung melompat dari kasurnya. Gadis itu berlari le kamar mandi dan bersiap dengan terburu-buru. Beg
Apa yang terjadi?Untuk beberapa saat Arsyila kebingungan. Tindakan Zhou yang sangat tiba-tiba membuat Arsyila panik. Zhou tiba-tiba menarik tubuhnya, lalu mendorongnya hingga punggung Arsyila menubruk dinding. Tubuh Arsyila menegang. Jantungnya berdetak keras dan cepat. Zhou membekap mulutnya dan mengunci tangan Arsyila. Wajah Zhou yang hanya berjarak lima senti dari wajahnya membuat Arsyila menahan napas. Aroma musk yang menguar dari tangan Zhou semakin mengacaukan orientasi Arsyila.“Jangan bergerak!” Mata hitam Zhou menatap Arsyila tajam, sarat dengan peringatan. Mata hitam itu seolah menghipnotis Arsyila. Membuatnya lupa untuk berkedip dan Arsyila terhisap ke dalamnya.Zhou menoleh ke sekitarnya. Gelagatnya yang aneh terlihat mencurigakan. Mendekatkan bibirnya ke dekat telinga Arsyila, pria itu berbisik pelan, “Orang itu ada di sana, dia melihat kita.”Arsyila berkedip. Keningnya mulai berkerut tak mengerti. Zhou perlahan menurunkan satu tan
“Saki?” panggil seorang gadis cantik mengejutkan Arsyila. Untuk beberapa detik Arsyila kebingungan. Arsyila menoleh ke sekitarnya, namun tak menemukan orang lain selain dirinya. Apakah benar gadis itu memanggilnya?Arsyila langsung tau jawabannya ketika gadis itu berhenti tepat di depannya. Mata hijau gadis itu memperhatikannya, menatap lekat Arsyila dari ujung rambut hingga ujung kaki seolah sedang menilainya. Apa Arsyila terlihat sangat aneh? Tatapan gadis itu cukup mengintimidasi hingga Arsyila merasa gugup di bawah tatapannya. Gadis itu terlihat lebih muda dari Arsyila. Mungkin selisih satu atau dua tahun. Dia memiliki tubuh kecil dan lebih pendek dari Arsyila. Penampilannya cukup mencolok. Benar-benar tak cocok dengan usianya. Gadis itu memakai atasan tanpa lengan warna hitam dengan belahan dada rendah yang panjangnya di atas pusar dan rok hitam pendek yang ketat. Riasan wajahnya cukup tebal. Kelopak matanya berwana keunguan dan bibirnya dipoles warna merah. Itu memberinya kesan
Bola mata Arsyila bergetar. Sebenarnya saat masuk ke tempat ini Arsyila tidak berharap banyak. Bisa keluar dalam keadaan utuh saja sudah cukup untuknya. Tapi setelah melihat reaksi orang-orang tadi membuat Arsyila terlena. Rasanya tetap saja mengejutkan saat ada seseorang yang menyadari kepalsuannya. Yah, meskipun sebenarnya lebih mengejutkan mereka yang tak mengenali Saki palsu lebih awal.“Apa yang kau lakukan, Yerina?” Gadis di depan Arsyila menoleh pada Nora yang sudah keluar dari kerumunan. Tubuh Arsyila menegang saat gadis yang dipanggil Yerina itu tiba-tiba merangkul tubuh Arsyila. “Aku hanya ingin melakukan reuni dengan sahabatku, Nora. Karena lama tak bertemu, banyak yang harus kami bicarakan.” Yerina tersenyum. Mendorong tubuh Arsyila dan menggiringnya menjauh dari Nora dan lainnya. Mereka memasuki lorong panjang yang ternyata terhubung dengan pintu belakang.“Selagi aku masih berbaik hati, lebih baik kau segera pergi dari tempat ini,” ucap Yerina dingin hendak membuka pint
Di bawah netra hitam Zhou, Arsyila membeku. Rahang Zhou yang mengeras dan wajah kakunya membuat Arsyila merasa takut. Apakah Zhou akan marah lagi padanya? Apa dia akan diomeli lagi? Tidak, rasanya Arsyila tak sanggup mendengar omelan bertubi-tubi dalam satu hari.“Apa kau pergi ke sana? Kau menjual dirimu ke sana?!”“A-apa?!” Arsyila terkejut dengan kesimpulan yang dibuat Zhou. Wajah Arsyila dengan cepat memerah. “Bagaimana bisa kau menyimpulkannya begitu?! Aku kan hanya bertanya!” seru Arsyila merasa tak terima. Sepasang alis Arsyila menukik. Menatap Zhou tajam dengan wajah kesal. Mendengar pembelaan Arsyila, Zhou mengendurkan cengkraman tangannya dan meminta maaf.“Lain kali, berpikirlah dulu sebelum bicara! Lagi pula bagaimana bisa kau berpikir jika aku bukan gadis baik-baik?”“Bukankah begitu? Kau tak ingat di pertemuan pertama kau bahkan membawa kotak merah yang—““Tidak!” teriak Arsyila panik langsung membungkam mulut Zhou. Kenapa pria itu malah mengingat hal memalukan itu?! Wa
Arsyila melamun menatap piring kosong di depannya. Arsyila ingat piring itu sebelumnya berisi chicken cordon blue dengan keju meleleh ketika Arsyila mencoba memotongnya. Itu sangat lezat saat dibayangkan. Tapi chicken cordon bluenya telah raib sekarang. Arsyila menatap piringnya dengan menyesal. Harusnya Arsyila memakannya pelan-pelan. Bahkan Arsyila sudah lupa bagaimana rasa makananya. Apakah tadi itu enak? Begitu Arsyila ingin merasakan makanannya, gadis itu sadar telah menelan potongan terakhir dari makanannya.“Apa kau mau tambah?” tawar Zhou yang sedari tadi memperhatikan Arsyila meratapi piring kosongnya. Arsyila mengapresiasi kepekaan Zhou, tapi tentu saja dia dengan cepat menolaknya. Zhou pasti berpikir Arsyila adalah babi gemuk yang makan dengan porsi besar. Lebih buruk lagi, makanan itu Zhou yang membayarnya.“Tidak masalah jika kau ingin tambah.” tawar Zhou lagi sedikit membuat Arsyila tergiur. Arsyila yakin masih ada tempat kosong di perutnya.
“Apa yang kau lakukan? Cepatlah! Jangan membuat tamu menunggu!” teriak Nora mendorong Arsyila ke bar, dimana tamu yang Nora maksud sedang duduk sambil minum di sana.“Saki sudah disini. Aku akan pergi sekarang!” seru Nora pada bartender sebelum pergi meninggalkan Arsyila. Arsyila sempat menahan Nora, tapi Nora menatap Arsyila jengkel dan bingung. Tentu saja, bagi mereka ini adalah pekerjaan rutin yang biasa mereka lakukan. Dan semua orang sedang sibuk sekarang. Jadi, Apa yang dilakukan Arsyila terlihat seperti sedang mangganggu pekerjaan Nora.Arsyila yang ditinggalkan sendiri, berdiri kaku sambil meremas ujung celana pendeknya. Bohong jika Arsyila bisa tenang di situasinya yang sekarang. Bartender memberi isyarat pada Arsyila untuk mendekat. “Nah, Saki, ini Mr. Ji. Setelah melihat potretmu, dia merasa tertarik padamu. Jadi, layani dia dengan baik.” Bartender itu tersenyum memperkenalkan seorang pria tua botak dengan gelambir di perut. Pria itu tersenyum
“Apa kau sudah tidak waras?! Atau kau bodoh?!”Arsyila tercengang. Dalam sekejap Yerina mengurung Arsyila di dinding. Arsyila mengedipkan kedua matanya. Kemudian bersiap dengan bentakan berikutnya.“Aku sudah memperingatkanmu untuk tidak kembali kan?! Jika tadi aku tidak datang, apa kau bisa bayangkan apa yang terjadi padamu?!” Nada suara Yerina lebih tinggi. Sebelumnya Arsyila merasa waspada dan takut. Tapi kini semua perasaan itu telah luntur sepenuhnya. Yerina mengkhawatirkannya. Mengetahui fakta itu membuat Arsyila merasa lega.“Maafkan aku,” ucap Arsyila lirih. “ … dan terimakasih,” lanjutnya tersenyum tipis. Melihat respon Arsyila, wajah Yerina semakin mengeras.“Apa kau tidak sadar, aku sedang memarahimu sekarang!” Yerina memasang wajah yang mengerikan. Arsyila mungkin akan ketakutan seperti sebelumnya seandainya dia tidak tahu jika Yerina sebenarnya peduli padanya. Tentu saja. Jika tidak, saat ini bukan Yerina yang akan terkunci bersamanya