Setelah mengantar ketiga gadis itu ke hotel dan mereka berganti pakaian kasual, tak lama kemudian Xander, bersama Gladys, Ling, dan Joey, sudah duduk di sebuah bar dan resto bernama Whisper Garden.Suasana di dalamnya elegan, dengan pencahayaan lembut yang memantulkan kilauan dari berbagai ornamen di dinding.Dari lantai 67, ketiga gadis itu berdiri mengagumi pemandangan Kota Jayavia yang menyala di malam hari, kota metropolitan yang seolah berkilau dengan gemerlap lampu.“Aku terbiasa melihat dari ketinggian saat melakukan penerbangan. Namun, kali ini memandang keindahan kota dari sebuah gedung tinggi sungguh berbeda,” desis Gladys, tidak dapat menyembunyikan rasa kagumnya.Sorot matanya penuh keinginan, seakan ingin menyerap setiap detail dari pemandangan yang menakjubkan itu.“Aku juga. Baru sekali ini, dan rasanya luar biasa,” Ling menambahkan. Senyumnya lebar, menandakan betapa terpesonanya dia dengan panorama di hadapannya.“Aku juga sama,” Joey menyusul, berbagi semangat yang s
Setelah Xander mengantar tiga gadis pramugari yang sudah ketakutan itu, dia berpikir bahwa semua ini tidak akan berhenti di sini.Dengan pikiran yang masih dipenuhi oleh kejadian barusan, ia meraih ponselnya dan menelpon seseorang yang sangat penting, yaitu Grace Song.Saat ini, Grace menjabat sebagai Direktur Utama di Bank Central Halilintar, dan bisa dipastikan dia tengah sibuk. “Halo, Tuan Xander? Anda di mana?” suara Grace Song terdengar.Ada suara hiruk-pikuk di latar belakang yang menandakan betapa sibuknya dia di kantor.‘Ia masih di kantor,’ batin Xander sambil mengamati pemandangan kota Jatavia di sekelilingnya. “Aku sudah di Jatavia,” jawab Xander pendek, berusaha menjaga nada suaranya tetap tenang.“Mengapa Anda tidak memintaku menjemputmu? Bukankah sudah kukatakan bahwa Randy siap mengantar Anda kapan saja?” Suara Grace terdengar sedikit menyesal, seolah dia merasa bersalah karena tidak bisa membantu.Randy Anker, sopirnya, adalah seorang mantan preman yang ahli bela diri
Namanya Manager Ruddy. Pria berusia tiga puluh lima tahun ini telah bekerja di Whisper Garden selama sepuluh tahun.Karirnya dimulai dari bawah, seperti pelayan biasa yang bekerja shift malam, menahan lelah dan hiruk pikuk para tamu. Tapi perlahan, kerja kerasnya terbayar. Manajemen Whisper Garden mengakui ketekunan Ruddy. Dari supervisor, akhirnya ia dipromosikan menjadi Manager di restoran dan bar eksklusif di rooftop Bank Central Halilintar—sebuah posisi yang menjadi puncak karirnya.Sebagai Manager, Ruddy tahu Whisper Garden dimiliki oleh pemilik Bank Central Halilintar. Karena Grace Song adalah Direktur Utama bank tersebut, Ruddy berasumsi bahwa Grace Song juga pemilik Whisper Garden.Setiap seminggu sekali atau tiga hari sekali, seorang sekretaris akan datang meminta laporan atas semua yang terjadi di sana.Beberapa hari yang lalu, Kevin Ng, anak dari keluarga Santoso Coorporation yang terkenal di Jatavia, datang ke Whisper Garden.Dengan gaya berkelas, mengenakan jas mahal yang
Sejak berhasil membujuk Manager Whisper Garden, Ruddy, untuk mengusir Xander, hati Kevin Ng dipenuhi kepuasan yang dalam.“Langkah awal yang sempurna untuk menjalin kerjasama dengan investor yang akan menyuntikkan dana besar ke Santoso Corporation. Dimulai dengan hiburan yang tak terduga!” pikir Kevin sambil tersenyum kecil.Dia menyesap anggur merah yang berputar pelan di dalam gelas kristalnya. Dari sudut matanya, ia melihat seorang waiter berbicara dengan Xander dan tiga gadis yang sibuk berpose untuk akun media sosial mereka.Kevin tak bisa menahan tawa kecil ketika aksi selfie mereka terhenti seketika. Waiter, ditemani bodyguard berjas hitam, perlahan menghampiri Xander dan mengusirnya dengan sopan.Namun, di mata Kevin, tindakan itu terasa terlalu lembut.“Kenapa mereka begitu sopan? Seharusnya seret saja pria miskin itu keluar! Berani-beraninya dia berlagak seperti orang kaya, makan dan minum di Whisper Garden.” Kevin mencibir dalam hati, menatap tajam ke arah lift yang membawa
Titania Auction telah menjadi nama besar yang bergaung di seluruh negeri. Meski baru didirikan dua tahun yang lalu, lembaga lelang ini sudah menjadi buah bibir di kalangan elit.Diambil dari nama Ratu Peri dalam drama A Midsummer Night's Dream karya William Shakespeare, Titania melambangkan kekuatan, keanggunan, dan kemewahan—citra yang sempurna untuk lembaga lelang paling bergengsi di Negeri Konoya.Di bawah namanya yang berkilau, Titania Auction berdiri sebagai simbol kemewahan megah yang mengundang decak kagum dari siapa saja yang mendengar namanya.Namun, yang jarang diketahui publik adalah siapa pemilik sebenarnya dari pelelangan eksklusif ini. Titania Auction adalah bagian dari kerajaan bisnis Tjiang Corporation, perusahaan milik David Tjiang, orang kedua paling berpengaruh di negeri ini menurut berbagai sumber terpercaya.Namanya mengisi halaman-halaman majalah bisnis dan sosial kelas atas, seperti sebuah kehadiran yang tak terbantahkan di puncak daftar kekuasaan.Setiap tiga b
Xander tiba di Pulau Para Dewa dan langsung disambut oleh panitia acara—seorang pria berusia tiga puluhan dengan wajah ramah yang mengenakan pakaian tradisional. Penampilannya memberi kesan formal, sopan, dan penuh etiket, sangat sesuai dengan acara kelas atas yang akan dihadiri.“Tuan Xander?” sapa pria itu di antara keramaian terminal kedatangan di bandara internasional. Di tangannya ada papan nama tebal bertuliskan “Xander Sanjaya” yang ditunjukkannya dengan hormat.“Ya, benar,” jawab Xander singkat, sedikit bingung karena perhatian yang ia terima terasa berlebihan untuk seseorang yang dahulu bukan siapa-siapa, hanya seorang barista di kehidupan sehari-harinya.“Nama saya Kusuma, saya akan menjadi pemandu Anda selama acara pelelangan eksklusif berlangsung di Pulau Para Dewa. Mari ikut saya. Mobil Anda sudah menunggu, Tuan Xander,” kata Kusuma dengan senyum ramah yang profesional.Di luar, sebuah Mercedes-Benz G-Class mengkilap sudah menunggu dengan pintu yang dibuka lebar oleh Kusu
"Tuan muda Xander! Apa Anda juga menghadiri acara ini?"Sebuah suara yang familiar terdengar di telinga Xander, membuatnya secara refleks menoleh untuk melihat siapa yang menyapanya.BAM!Di hadapannya, berdiri seorang wanita dengan kecantikan yang luar biasa langka. Clara Gunawan, tampil memukau dalam balutan gaun merah menyala, karya seorang desainer ternama. Bahu rampingnya yang terbuka memperlihatkan kulit putih mulus yang kontras dengan warna bajunya.Pinggangnya yang ramping dibalut dengan sabuk kain satin khusus berwarna merah yang membentuk pita di bagian belakang, memberikan sentuhan elegan dan anggun pada penampilannya. Gaun itu melebar ke bawah, menutupi kakinya hingga ke lantai, seolah-olah Clara adalah bintang yang sesungguhnya pada acara itu."Instruktur Lala... apa kabar? Sudah lama tidak bertemu," sapa Xander dengan ramah. Meski suaranya terdengar tenang, namun matanya tak bisa menyembunyikan kekaguman yang jelas tergambar dari tatapannya.Seketika Xander terpaku pada
Beberapa waktu yang lalu, hati Sandy Setiawan dipenuhi kegembiraan yang sulit ia sembunyikan.Setelah ia, ayah, ibu, dan adiknya Lucy diusir dari lingkaran keluarga besar Setiawan oleh Nyonya Ouyang—kerabat dari cabang keluarga Setiawan di Shanghai—sebuah kejutan terjadi.Sandy dipanggil untuk berbicara empat mata dengan sang nyonya, dalam ruangan tertutup, tanpa kehadiran siapa pun selain mereka berdua.Saat itu, atmosfer terasa dingin, seolah ruangan itu tak pernah mengenal kehangatan—begitu pula dengan hati Nyonya Ouyang yang terkenal dingin.Dengan tatapan tajam namun penuh perhitungan, Nyonya Ouyang akhirnya berbicara."Sandy Setiawan... Aku telah menilai ulang dirimu. Setelah meneliti pembukuan serta hasil kerja yang kau lakukan belakangan ini, ternyata kau memiliki potensi yang tak terduga!”Oleh karena itu, aku memutuskan untuk menarik kata-kataku sebelumnya dan menunjukmu sebagai direktur utama perusahaan, untuk masa percobaan tiga bulan."Perempuan tua itu berhenti sejenak,