Lantai sepuluh Gedung Azure Building adalah simbol kemewahan dan kelas tinggi.Penataan ruangan di lantai ini mengusung konsep seni yang sangat berkualitas tinggi, kabarnya desainnya langsung ditangani oleh seorang arsitek terkenal dari Konoya. Setiap sudut ruangan dihias dengan nilai seni yang tinggi, menciptakan atmosfer yang begitu nyaman dan elegan bagi setiap pengunjungnya.Ruangan pamer ini sangat luas dan dirancang berkelok-kelok, menyerupai tata letak jalanan. Dinding-dindingnya dipenuhi dengan lukisan-lukisan dari berbagai artis, mulai dari karya pop hingga abstrak, menciptakan sebuah galeri yang memanjakan mata. Begitu Xander memasuki ruangan ini, informasi yang dipelajarinya dari sistem toko langsung terlintas dalam pikirannya.“Lukisan kuda liar yang berlari di padang luas ini adalah karya pelukis terkenal dari Negeri Konoya – Abraham, dibuat puluhan tahun lalu,” jelas suara halus yang terdengar di telinganya.Xander berhenti sejenak dan memeriksa detail lukisan tersebut.
Johana seolah tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Ia bahkan bertanya ulang, memastikan dengan nada penuh harap.“Tuan... Apakah Anda benar-benar ingin membeli lukisan kuda karya pelukis Abraham, dan lukisan pemandangan karya Lord Johan?”Xander tidak memberikan jawaban langsung. Ia hanya mendengus, sebuah isyarat penuh kepastian yang membuat Johana tidak bisa menahan senyum.“Beritahu pada kasir, aku akan membayar tunai melalui kartu. Tolong catat alamatku dan kirimkan ke sana!” tegas Xander dengan nada yang menyiratkan bahwa ia memang sangat serius.Dengan gaya seperti seorang raja yang kembali ke ruang kerjanya, Xander melangkah ke dinding pameran di sudut lain dan mulai melihat-lihat kembali. Dari kejauhan, Johana mendengar Xander bergumam dengan nada penuh rencana.“Barangkali ada lagi yang bisa aku tambahkan. Jadi, tunggu sebentar untuk pembayaran. Jangan terlalu lama, aku bisa saja terpesona oleh lukisan-lukisan lain dan akhirnya membeli seluruh koleksi di sini.”Hati Joh
Namun, ketika kartu berwarna hitam itu digesek di mesin, tidak butuh waktu lama untuk suara mesin printer kecil terdengar mendering, mengonfirmasi transaksi berhasil."Apakah kartu hitam itu berhasil?" gumam seorang pria dengan nada terkejut."Apa? Kartu hitam itu punya saldo?" sahut yang lain dengan raut wajah tidak percaya."Bagaimana bisa? Transaksi sebesar miliaran rupiah lolos dari kartu anak muda itu? Siapa dia sebenarnya?" bisik seseorang, suaranya penuh rasa ingin tahu.Johana semakin percaya diri melihat reaksi orang-orang di sekitarnya.Dengan cekatan, dia mencetak bukti transaksi tersebut dan memberikan sertifikat khusus penjualan pada Xander. Mata-mata yang penuh rasa cemburu dari Dahlia dan senior-seniornya mengikuti setiap gerakan Johana."Tuan Xander, terimalah bukti pembelian Anda. Kami akan mengirimkan langsung ke apartemen Pacific Residence di lantai VVIP," kata Johana dengan penuh hormat, suaranya sedikit bergetar. Gadis itu berulang kali membungkuk, memberi hormat
Dengan judes, Lucy Setiawan membentak gadis itu saat memberikan penjelasan pada Kevin Ng. "Apa yang kamu lakukan? Mengapa kamu tersenyum pada kekasihku ini? Apakah kamu wanita penggoda? Perlu aku tegaskan di sini, pacarku Kevin ini tidak suka dengan gadis miskin seperti kamu! Seleranya adalah gadis-gadis kelas atas keturunan orang kaya dari generasi kedua!"Lucy Setiawan melambaikan jaket bulunya dengan angkuh, sehingga menampar wajah gadis kasir itu."Aduh!" teriak gadis itu kesakitan. Bulu-bulu hewan palsu dari jaket musim dingin yang dikenakan Lucy Setiawan terasa seperti cambuk kecil ketika menampar wajahnya. Mata gadis kasir itu berair, menahan sakit dan juga rasa malu yang mendalam.Namun, tanpa memiliki belas kasihan sedikit pun, masih dengan nada jahat dan judes, Lucy Setiawan menambahkan, "Ayo, transaksi sekarang. Guna apa kamu menunda-nunda waktu? Apakah kamu masih ingin melihat pacarku, Kevin? Kukatakan padamu, hai gadis kasir, sebaiknya bekerja dengan benar. Jangan berting
“Kevin Sanjaya... menantu matrilokal yang menumpang hidup di Keluarga Setiawan!” Suara Kevin Ng bergema setengah berteriak di ruangan itu, seolah-olah dia ingin mengumumkan kepada semua orang bahwa Xander hanyalah seorang menantu matrilokal yang tidak memiliki hak istimewa di keluarga tersebut.“Xander Sanjaya!” teriak Lucy Setiawan, suaranya tidak kalah nyaring. Ia merasa penting saat menyadari sosok yang membeli lukisan seharga tiga ratus juta itu adalah Xander, suaminya yang telah ia selingkuhi. Rasa terkejut dan kemarahan bercampur dalam nada suaranya.“Apakah kamu membuntuti aku? Ataukah kamu masih menginginkanku?” Lucy melanjutkan dengan nada menuduh, ekspresi arogan terpatri di wajahnya.“Dengar baik-baik, Xander... meskipun kamu berusaha menunjukkan kekayaan di hadapanku, aku tahu siapa kamu sebenarnya.” Aku yakin lukisan yang kamu beli ini bukan milikmu!” Ucapannya penuh sindiran dan kesombongan, seolah-olah ia ingin menghancurkan harga diri Xander.Sebenarnya, Xander sudah l
Sementara itu, Lucy berdiri di sudut ruangan, matanya terpaku pada adegan di depan matanya.Dia menyaksikan Grace Song yang berbicara dengan penuh perhatian kepada Xander. Terpancar rasa terkejut di wajahnya saat ia menyadari bahwa Xander sudah memiliki pengganti dalam waktu yang sangat singkat.Meski wanita itu tampak sedikit lebih tua, keanggunannya sangat mencolok dan tidak bisa diabaikan.Rasa cemburu mendalam seketika membakar hati Lucy. Ia merasa bahwa Xander adalah hak miliknya dan seharusnya dialah yang memiliki kekuasaan untuk memperlakukan Xander dengan keleluasaan, bukan wanita elegan tersebut.“Bagus sekali, Xander. Anda benar-benar orang yang bermuka dua. Mengatakan bahwa saya berselingkuh dengan orang lain, padahal kita masih sah sebagai suami istri!” ujar Lucy dengan nada penuh sindiran, suara marahnya membelah keheningan ruangan.Lucy melangkah dengan penuh kemarahan menuju Xander dan Grace Song yang tampak sedang terlibat percakapan akrab. Wajah mereka tampak sangat d
Namun, saat Kevin Ng mencoba menarik perhatian dengan segala sikap manis dan penuh kepura-puraan, Grace Song hanya menanggapinya dengan dingin.Tatapan Grace Song yang tajam, penuh ketenangan, seakan menegaskan jarak yang tak terlihat namun begitu nyata di antara mereka. Tanpa sepatah kata pun, dia berpaling, seolah-olah Kevin tak lebih dari bayang-bayang tak berarti di ruangan megah tersebut."Mari kita pergi," ujar Grace Song, suaranya mengandung kekuatan dan ketegasan. Dia memandang dengan sopan pada Xander, semakin membuat Kevin Ng kebingungan dengan status hubungan antara Grace Song dan Xander.Grace berjalan anggun bersama Xander meninggalkan aula Peza Gallery, meninggalkan keheningan yang tak nyaman di belakang mereka. Semua orang di aula Pezza galleri menatap kepergian dua orang itu dengan taapan penuh tanda tanya.Para penonton yang mengawasi, mulai berpendapat..."Apa sebenarnya hubungan antara Xander dengan Grace Song? Semakin membingungkan saja. Xander mengaku sebagai suam
Xander berbaring santai di atas ranjang empuk di kamarnya yang luas dan sejuk, udara dingin dari pendingin ruangan mengalir lembut di sekelilingnya.Apartemen mewahnya ini adalah sebuah oase modern di tengah hiruk-pikuk kota, dikelilingi oleh dinding kaca yang menawarkan pemandangan cakrawala kota yang gemerlap. Namun, meskipun berada di tempat yang begitu nyaman, Xander belum sempat mandi.Pikiran tentang aktivitas lain sudah memenuhi kepalanya, terutama tentang rencana untuk berenang di kolam renang pribadinya yang dilengkapi dengan teknologi canggih, termasuk kamera Obscura yang mampu mengubah pemandangan di berbagai sudut, terlihat nyata seolah-olah ia hadir sendiri di tempat dibelahan bumi lain."Bagaimana kalau aku berenang, dan membayangkan sedang berada di tengah dinginnya udara Finlandia? Sekalian melihat apakah suhu di ruangan ini bisa mengalahkan suhu di luar yang sangat panas?" pikirnya sambil tersenyum kecil.Ia merasakan sensasi aneh yang tiba-tiba membangkitkan adrenali