"Terima kasih, Bos. Tapi ... Mas Alex juga berhak bertemu dengan anak ini. Biar bagaimanapun, dia adalah ayahnya."Sepertinya, aku sudah salah bicara. Mata Ray berkilat-kilat penuh amarah. Anehnya, dia tidak marah-marah seperti biasa.Frank menepuk-nepuk punggung Ray. Sementara Ray menghela napas berulang-ulang untuk meredakan emosi.Sungguh aneh! Seorang Ray Balacosa tiba-tiba tersenyum setelah hampir meledakkan amarah! Ini bagaikan sebuah keajaiban!"B-Bos? Kau agak aneh ....""Baby, aku antar ke kamarmu. Jangan bicarakan atau menyebut nama Alexander Arion mulai detik ini." Ray memaksakan senyuman karena emosinya hampir meledak lagi."Baiklah ... jadi, aku harus menyimpan semua kegundahanku sendiri?""Bukan begitu, Baby!"Ray berbalik dan mengacak-acak rambutnya. Aku dapat melihat, Ray sedang sangat mencoba untuk bersabar, padahal Ray tidak pernah memiliki kata sabar di kamus hidupnya."Aku akan memberimu satu botol obat penenang." Frank berbalik mencari-cari sesuatu dalam ruangan k
"Pagi, Baby ..." sapa Ray ketika dia keluar dari kamar mandi."Tumben bangun pagi."Tidak aku sangka, pria yang hobi bermain cinta dengan banyak wanita, bisa menahan diri tidak menyentuhku. Meskipun aku tahu, Ray gelisah sepanjang malam, dia tetap bertahan.Atau mungkin karena terlalu sering bercinta, Ray jadi dapat mengontrol kapan harus meluapkan gairahnya dan kapan harus berhenti. Entahlah ... hanya Ray yang tahu.Tapi, kalau dipikir-pikir lagi, Ray jadi kecanduan bercinta sejak aku menikah. Padahal, Ray sebelumnya lebih sering berlatih tanding melawan eksekutif pria. Apa aku salah?"Mau sarapan apa?" tawar Ray."Aku ingin salad buah, roti panggang keju, dan susu." Aku spontan menjawab sesuai dengan berbagai makanan yang tiba-tiba aku pikirkan."Aku akan meminta Gina membawakan semua pesananmu. Mandilah dulu. Setelah sarapan, kita akan belanja.""Belanja?"Ray menggendong aku ala pengantin sampai kamar mandi. Dia lantas menurunkan aku di bawah pancuran air."Belanja kebutuhan anak
"Itu karena kita sering menjalankan misi berdua. Kau jadi sibuk dan tidak punya waktu berpikir tentang lubang gadis. Ha ha ha!""Bisa jadi." Ray membuang muka ke arah lain. "Bagaimana dengan Alex? Aku harus menjawab apa?""Tidak perlu dibalas. Jika dia masih menginginkan aku, dia pasti akan mencariku. Nyatanya, dia sama sekali tidak menghubungi aku. Aku bahkan tidak mengganti nomor ponselku," balasku acuh tak acuh meskipun hatiku terasa sakit sekaligus senang karena Alex menanyakan kabarku.Namun, aku tidak boleh lemah. Biar bagaimanapun, aku dan Alex sudah bercerai. Mau aku masih mencintai Alex pun, dia sudah bukan milikku lagi.Mengingat perceraianku, air mata ini tiba-tiba meleleh tanpa peringatan. Rasanya menyakitkan. Padahal, perceraian adalah targetku setelah menikah. Tetapi, kata itu menjadi sesuatu yang sangat aku benci saat ini.Kenapa aku harus mencintai Alexander Arion?Bukan ... aku semestinya tidak pernah berpikir tentang perceraian. Ini adalah karmaku.Aku menelan ludah
"Ini bagaimana, Baby? Aku bingung harus bagaimana?!" seru Ray."Aduh ... panggil Frank! Aku masih susah berjalan. Pahaku sangat ngilu ... Tidak ... tidak ... bawa ke sini saja.""Raka menangis saat aku sentuh! Dia pasti merasakan kekejaman tanganku!" Ray semakin panik.Terjadi keributan di pagi hari ketika aku membuka mata karena Raka terus-terusan menangis. Ray malah mondar-mandir di dekat tempat tidur bayi.Aku menahan rasa ngilu di pangkal paha dan bangkit dari ranjang. Kakiku juga masih terasa gemetaran tidak tahu sebabnya."Bantu aku jalan!" Ray meraih pinggangku dengan kecepatan tinggi, lalu mengantar aku ke dekat tempat tidur Raka. Rupanya, bayi mungilku mengompol!Aku mengganti popok Raka dengan telaten meskipun hasilnya tidak serapi Frank. Aku gendong Raka dengan hati-hati ke pelukanku. Lalu aku kembali ke ranjang dengan Ray yang memapahku.Wajah Ray masih panik karena Raka belum berhenti menangis. Aku pikir, Raka lapar.Aku menurunkan tali gaunku sampai memperlihatkan dadak
"Jadi ... kita belum bercerai?" Suaraku terdengar serak.Air mataku tumpah tidak terkendali. Aku tidak peduli dengan tatapan orang-orang dan mereka yang mencibir di sekitarku.Aku mencoba meraih tangan Alex. Dia melepaskan genggaman tanganku perlahan."Kau sudah bahagia bersama suami dan anakmu. Aku akan menceraikan kau secepatnya. Aku tidak apa-apa. Aku akan menerima kenyataan menyakitkan ini." Alex terus-menerus mengusap matanya yang basah."Alex! Kau masih berhubungan dengannya?!" bentak Papa yang tiba-tiba muncul."Katminah ...." Mama menangkup mulutnya dengan tangan.Mama tercengang sejenak, lalu berlari kecil dan memelukku. Aku menerima pelukan Mama sangat erat."Mama ... hu hu hu ... maaf." Aku hanya bisa mengatakan itu.Alexa juga ada di sini. Alexa dan Papa menatapku penuh permusuhan. Mereka ikut duduk di sebelah Alex, seakan-akan ingin melindungi Alex dariku.Dua orang yang dulu tulus menyayangi aku, berbalik dalam sekejap. Sementara Mama yang dulu pernah jahat padaku, tampa
"Nak ...." Suara Alex terdengar bergetar dan parau.Ray melepaskan pelukan Raka. "Boy, tidak boleh begitu. Kemarin siapa yang-""Diam, Papi!" Raka mengentak-entakkan kaki dengan kesal sambil meninju-ninju paha Ray.Ray menghalangi tinjuan Raka dengan kedua telapak tangan terbuka. "Mau adu jotos sama Papi, hum? Sakit tahu ...."Aku tidak dapat memalingkan pandangan dari Alex. Dia terlihat iri dengan kedekatan putra kandungnya dan pria lain yang dipanggil Papi.Badan Alex bergerak maju, tapi berhenti di tengah jalan karena ragu. Alex ingin mendekat dan memeluk Raka, tapi tidak mau membuat Raka takut. Terlihat jelas dari raut muka dan gerakan-gerakan kecil di tangan Alex."Raka, sini sama Mami." Aku lantas mendekati Raka. Namun, Raka malah mengibaskan kedua tangan agar aku tidak menyentuhnya.Sejak dulu, Raka memang lebih dekat dengan Ray. Karena Ray selalu memberi banyak perhatian pada Raka. Tidak pernah sekali pun Ray mengeluh atau lelah. Sedangkan aku, terkadang aku kesal jika Raka
"Itu artinya kau meminta Papa untuk memilih antara anak dan istri Papa." Alex kehilangan semangat dalam hitungan detik."Kalau tidak mau, pergi saja sana!" bentak Raka.Mata Alex kembali memerah. Dia mengusap wajah dengan kasar.Ray terus membisikkan Raka supaya lebih sopan kepada orang tua. Tetapi, Raka terus berontak dan tidak mau mematuhi Ray."Papa tidak bisa bercerai dengan mamimu. Kalaupun Mami akan menikah dengan Papi Ray, Papa tetap akan menjadi suaminya sampai Papa mati. Papa rela menjadi bayang-bayang kalian selamanya," ungkap Alex dengan suara bergetar."Pergi saja kau! Aku tidak mau kau di sekitar sini!" bentak Raka.Ray menegur Raka cukup keras. "Jaga ucapanmu, Raka!""Kenapa kau tidak suruh Papa mati sekalian saja?" lirih Alex tanpa memedulikan perdebatan Ray dan Raka.Diam. Tidak ada yang menanggapi Alex bicara. Hingga Raka akhirnya buka suara."Mati saja sana!" bentak Raka yang mulutnya segera dibungkam Ray."Raka!" geram Ray."Kau mau Papa mati? Baiklah, kalau itu yan
"Mas Alex ...." Suaraku sangat pelan hingga tidak terdengar oleh telingaku sendiri. Tanganku gemetaran di gagang pintu.Jantungku seakan berhenti berdetak ketika suara pistol menggema di ruang tembak. Alex menggenggam pistol itu dan mengarahkan ke kepalanya sendiri.Beruntung, Ray segera mencegah Alex. Kini, Ray menghajar Alex habis-habisan.Aku sangat takut! Aku takut sekali Alex benar-benar mati! Aku baru sadar saat Alex hampir mati. Aku tidak bisa kehilangan Alex lagi."Sialan! Apa kau gila?!" bentak Ray menindih Alex dan melempar pistol itu jauh-jauh."Bodoh! Kau bisa mendapatkan mereka berdua seutuhnya jika aku mati," ucap Alex dengan suara lirih."Bukan begini caranya!" Suara Ray menggelegar kencang."Anakku menyuruhku mati. Istriku tidak mau kembali lagi padaku. Duniaku hancur, Ray ...."Ray kembali menghajar wajah Alex dalam kungkungannya. "Apa kau mau melihat Raka menyesal seumur hidup setelah dia tahu kalau kau mati karena ucapannya?!"Alex tertawa hambar. "Kau mencintai is
"Aku tidak akan mau punya anak lagi. Dua saja sudah cukup." Keputusanku membuat dua pria di sampingku kecewa. "Kalian saja yang mengandung, biar tahu bagaimana rasanya.""Ya sudah. Lagi pula, aku hanya butuh Leah, Baby. Kau berbahagialah dengan Alex. Aku hanya akan menjadi suami di atas kertas saja." Ray mulai merajuk."Yakin? Perlu aku buatkan perjanjian di atas kertas?" cibir Mas Alex."Tidak perlu. Aku pria yang tidak bisa memegang janjiku," balas Ray dengan cepat."Dasar gila!" maki Mas Alex.Aku menghela napas panjang. Hari-hari yang akan aku lewati nanti, akan menjadi sangat berbeda dengan adanya dua pria dalam kisah cintaku. Entah mereka yang bodoh atau hanya benar-benar mencintaiku ... aku masih tidak bisa mengabaikan salah satu dari mereka.Pertengkaran kecil pasti selalu ada. Apalagi, dua lelakiku ini hanya akur jika sedang merencanakan sesuatu di belakangku. Tak jadi masalah ... asalkan bukan menyangkut nyawa, mereka boleh bertengkar sepuasnya.Jika aku wanita lain, mungki
"Mas Alex ... kau pasti tahu apa yang dikatakan Bos Ray, bukan?"Tentu saja Mas Alex tahu! Lihat saja wajahnya yang ketakutan. Seharusnya, Mas Alex marah saat bayi kami diakui sebagai anak kandung Ray."Wah ... ini tidak benar, Zero. Lihatlah ... kedua suamimu telah membohongimu." Billy berdecak-decak mendekat padaku. "Zero, sudah benar kalau kau menceraikan mereka berdua dan menikah denganku. Kita rekan yang sangat kompak, tidak mungkin ada rahasia di antara kita berdua. Tidak seperti mereka yang selalu membohongimu," bisik Billy."Diam, Billy! Kau malah semakin membuatku pusing!"Karena bentakan dariku, Leah sampai kaget dan kembali menangis. Ray langsung berbalik menimang-nimang Leah sambil menenangkannya."Kita bawa masuk Leah dulu, Ray. Sepertinya, Leah kepanasan karena terlalu lama dijemur," ucap Mas Alex.Aku tertawa tanggung tidak percaya. Dua pria itu berjalan cepat masuk ke dalam rumah menghindariku. Ray menggendong Leah dengan erat, sementara Mas Alex juga menggendong Rak
-------POV RAY-------Sejak kapan aku jatuh cinta dengan bocah ingusan itu?Sejak kapan aku jadi tidak bernafsu menyentuh para gadis muda perawan yang biasanya sangat menggairahkan?Awalnya, aku hanya merasa kasihan dan tidak tega karena Zero adalah keluargaku. Juga karena Zero spesial di hidupku. Zero merupakan perempuan yang aku selamatkan dan juga menyelamatkan aku dari gelapnya dunia tanpa seseorang di sisiku yang dapat aku percaya. Sejak ada Zero, aku merasa jadi manusia seutuhnya. Bukan anak mafia yang hanya dilahirkan untuk berkompetisi untuk menjadi penerus ayahku yang gila dan ingin aku enyahkan dari dunia fana.Tetapi, lama-lama aku merasakan sesuatu yang lain bergejolak dalam dadaku saat aku terlanjur berjanji dan mengatakan akan menjadi ayah dari bayi yang dikandung Zero.Semakin lama perut Zero membesar, semakin gemas rasanya. Rasanya, aku ingin menelanjangi Zero saat itu juga.Tangan nakalku berulang kali ingin menyentuhnya, tetapi aku tidak sanggup! Ada tiga alasan
--------POV Alex--------Sakit?Tentu saja aku merasakan itu. Ketika tahu bahwa istri yang sangat aku cintai menikah dengan pria lain, hatiku seakan terbelah menjadi dua, duniaku serasa hancur!Katminah ... wanita yang seharusnya menjadi satu-satunya istriku, telah mengucap janji suci pernikahan dengan pria lain di depan mataku. Gambaran kebahagiaan palsu itu terus melekat dalam benakku.Aku menyesal karena dulu memutuskan ingin bercerai dengan Katminah. Sangat menyesal ….Aku pikir, aku tidak akan bisa menghabiskan sisa hidup dengan wanita yang telah membunuh banyak orang seperti dirinya. Sebelum aku terlalu dalam mencintai Katminah, aku pun membulatkan tekad untuk bercerai dengannya.Aku yakin, akan ada wanita yang lebih pantas untuk aku jadikan istri. Bukan wanita pembohong yang menyimpan banyak rahasia dan seorang pembunuh profesional seperti dirinya.Akan tetapi, aku salah besar!Sekitar sepuluh hari setelah aku meninggalkan Katminah yang pingsan dan dibawa pergi oleh Ray, aku
“Mas, anak kita kenapa mukanya mirip sama Bos Ray, ya?”“Mungkin karena kau banyak memikirkan dia sewaktu mengandung,” balas Mas Alex seraya mengusap lembut kepala bayi kami, yang kami beri nama Leah Arion. Dari nama Alex dan Katminah.Leah kini berusia satu minggu. Bola matanya pun segelap manik mata Ray. Aneh bukan?Mas Alex memiliki mata hijau gelap, sedangkan mataku kecoklatan. Bagaimana bisa putri kecilku memiliki manik mata gelap?Aku sudah pernah bertanya kepada dokter, takut jika Leah ada masalah dalam penglihatannya. Akan tetapi, tidak ditemukan kecacatan pada mata Leah.Setiap kali aku membicarakan masalah perbedaan mata Leah dengan kami, Mas Alex selalu mengatakan hal tersebut wajar terjadi karena Leah masih bayi.“Aku tidak banyak memikirkan Bos Ray selama mengandung, Mas,” sanggahku dan hal itu memang benar.“Mungkin, kau hanya tidak menyadarinya, Sayang. Sudahlah … yang penting, Leah sehat ….”Itu lagi yang dikatakan Mas Alex. Aku benar-benar mencemaskan kondisi mata Leah
Kenapa Mas Alex diam-diam bertemu dengan Ray tanpa memberi tahu?Aku lantas mendekat dan bersembunyi untuk menguping pembicaraan mereka. Mas Alex dan Ray sudah terlalu sering dan banyak membohongiku, serta merencanakan sesuatu di belakangku. Aku tidak mau kecolongan lagi.“Setelah semua yang kau lakukan, kau ingin melarikan diri? Dasar pengecut!” bentak Mas Alex.“Aku sudah menjelaskan padamu kemarin! Sudahlah, bukankah ini yang kau inginkan?”Mas Alex mengacak-acak rambutnya dengan kasar. Wajah kedua pria itu sudah seperti pasangan yang sedang bertengkar saja. Jangan bilang … mereka berdua memiliki hubungan terlarang di belakangku?Kalau sampai benar … itu akan menjadi sebuah kejutan yang luar biasa!“Terserah kau saja! Pergi sana yang jauh!” teriak Mas Alex.Aku salah … Mas Alex ternyata masih emosian. Dia hanya menyembunyikan kebiasaan itu di depanku.“Aku memang mau pergi … kenapa kau malah marah-marah?”Mas Alex melayangkan tinju, tetapi Ray sigap menahan tangannya.“Aku juga perl
Tanpa sadar, aku air mataku bercucuran ketika mendengar ucapan Ray. “Kenapa kau menangis, Baby? Inilah jalan yang terbaik untuk kita semua,” ujar Ray lembut seraya menangkup lembut pipiku untuk menghapus air mata yang masih terus mengalir ini. “Bos … Ray … kau tidak perlu pergi jauh meninggalkan kami jika memang kau ingin bercerai denganku. Bagaimana dengan Raka nanti kalau mencarimu? Siapa yang akan mendengarkan keluh kesahku kalau tidak ada kau?” Ray Balacosa tersenyum indah hingga membuat hatiku berdebar-debar. “Baby, kau memiliki Alex yang akan senantiasa mendengarkan dirimu. Raka juga memiliki papanya yang sangat menyayangi dirinya. Aku hanyalah pengganti Alex untuk sementara.” Aku menggeleng pelan seraya memegang kuat pergelangan tangan Ray di pipiku. Tidak ada kata-kata lagi yang bisa terucap dari bibir ini. Aku merasakan tubuhku hangat ketika Ray memelukku sangat erat. Terdengar jelas jantung Ray berdebar-debar dengan kencang. Apakah dia juga merasa sedih sepertiku? Atauk
"Mama?" Anton menatap nanar Mama.Mama tampak begitu murka, begitu pula dengan Papa dan Alexa di belakangnya. Mereka menatap Anton seakan-akan pria itu orang asing bagi mereka.Siapa yang tak akan marah setelah keluarga mereka sendiri menyembunyikan fakta yang begitu besar? Aku pun cukup terkejut jika Anton mengetahui kehamilanku dan merahasiakan dari semua orang."Kau jahat sekali, Anton! Mama tidak mengira jika kau bisa setega ini …." Butiran bening menetes dari pelupuk mata Mama. "Apa kau tahu apa yang harus Raka lalui tanpa ayah kandungnya? Dan bagaimana perasaan Alex saat tahu anaknya sudah beranjak dewasa dan menganggap pria lain sebagai ayahnya?""Ma-""Jika bukan karena kau, Katminah tidak akan menikah dua kali. Tapi, Mama lebih senang dia menikah dengan Ray daripada berakhir dengan pria jahat sepertimu. Kau tidak punya perasaan dan sangat egois. Semua yang ada di sini mengorbankan perasaan masing-masing untuk bertahan hidup. Kau pasti sudah mendengar apa yang terjadi dengan B
"Elang- Anton!" Aku tanpa sadar berseru tatkala melihat sosok familiar yang sudah lama tidak aku jumpa.Anton si Elang Putih tampak begitu terkejut saat melihatku. Dia mengerutkan kening dan celingukan ke kanan kiri."Kau ... Zero ... kenapa kau ada di sini?" tanya Anton."Apa kau?! Menyingkir dari hadapan kami!" Mas Alex merangkul pundakku dan membawaku melewati Anton.Sementara itu, Anton masih tercengang di tempat. Dia menatapku seakan-akan tidak percaya jika aku memanglah aku."Mas Alex tidak memberi tahu Anton kalau aku sudah pulang dan kembali padamu? Lalu, di mana dia selama ini? Baru kali ini aku melihatnya?" Aku mencerca Mas Alex dengan banyak pertanyaan tentang adiknya, yang tentu saja membuat wajah tampan suamiku itu merengut tak senang."Sejak kau pergi dulu, dia ikut membantu mencari keberadaanmu. Tapi, entah apa yang dia lakukan, dia tidak pernah pulang atau hanya sekedar menghubungi orang-orang rumah." Terlihat jelas jika Mas Alex tidak suka membicarakan tentang adiknya