Hari H persidangan Sergio Setelah dua minggu Sergio dirawat di rumah sakit Cannon Beach, pihak kepolisian Rusia membawa pria itu kembali ke Moscow dengan pengawalan ketat. Meskipun kondisi fisik Sergio belum sepenuhnya pulih, namun pria itu sudah bisa berjalan sendiri meskipun dengan kaki yang pincang. Laura datang sebagai saksi di persidangan pria itu didampingi oleh pengacara yang dipilihkan Leo. Seharusnya Andreo juga datang sebagai saksi, namun pria itu masih dalam masa pemulihan dan belum kuat menempuh perjalanan jauh karena fisiknya melemah. Akhirnya Andreo memberikan kesaksiannya melalui teleconference.Sedangkan untuk Claire, tentu saja dia tidak bisa hadir dalam persidangan karena masih koma di rumah sakit. Dokter sudah memberikan keterangan resmi dan dokumen itu dibawa oleh pengacara Laura beserta bukti-bukti berupa foto-foto luka fisik di seluruh tubuh Claire, juga bukti rekaman CCTV di hotel tempat kejadian perkara. Seluruh keterangan saksi dan bukti-bukti dari para kor
Seorang gadis berambut brunette ikal dengan gaun panjang berwarna biru navy yang dilapisi dengan blazer hitam dan mengenakan sepatu boot hitam, berjalan dengan penuh percaya diri mendekati meja sekretaris CEO sebuah hotel ternama di kota Portland. Ia melihat sekretaris yang tengah sibuk dengan pekerjaannya itu segera berhenti ketika tubuhnya sudah sampai tepat di hadapan wanita itu. "Leo ada? Aku ingin bertemu dengannya," tanyanya dengan ramah. Ia melepaskan kacamata hitam yang dikenakannya dan memegangnya dengan tangan kiri. Wanita berambut coklat itu melihat penampilannya dari atas sampai bawah dengan pandangan meremehkan. "Sudah membuat janji?" tanya sekretaris itu dengan nada sedikit tidak bersahabat. Ia mengernyit heran. "Haruskah aku membuat janji jika ingin bertemu dengannya?"Wanita itu semakin menatapnya dengan sinis, lalu mendengkus. "Selera Leo ternyata menurun. Dia sekarang beralih pada gadis remaja, heh? Kau menjadikan dia sebagai sugar daddy?" Wajah ramah itu langs
23 Maret 1997Dear Arsen,Semoga Rahmat Tuhan selalu bersamamuBagaimana kabarmu, Nak? Semoga masih baik-baik saja. Ibu pergi dari rumah bukan karena ingin menjemput Tania, melainkan karena Ibu sudah tidak bisa lagi hidup bersama Juan. Perlu kau ketahui, bahwa Juan bukanlah ayah kandungmu. Dia yang membuat ibu dan ayah kandungmu berpisah karena keegoisannya. Sebenarnya ibu ingin mengajakmu serta pergi dari rumah itu, tapi dia malah mengancam akan menyakitimu. Mengenai Tania, jangan khawatir. Adikmu berada di rumah ayah kandungmu. Berharap saja semoga istri ayah kandungmu tidak menyakitinya. Jika surat ini sampai di tanganmu, segeralah pergi dari rumah dan jangan sampai Juan mengetahuinya. Ibu tidak ingin kau terkena pengaruh buruk darinya, Nak. Ibu sudah menyiapkan semuanya, kau hanya tinggal pergi ke rumah Nenek Stephanie yang ada di Manhattan. Setelah kau sampai di sana, ibu akan menjemputmu bersama dengan ayah kandungmu. Oh iya, saat ini kami sedang berada di Portland. Sayang se
Selama dua jam, Claire dan Leo menceritakan apa yang mereka alami secara bergantian. Athena yang mendengar kisah itu tidak henti-hentinya meneteskan air mata, terkadang memeluk Daniel untuk mencari tempat bersandar. "Sekarang semuanya sudah selesai. Juan sudah dipenjara, begitu juga dengan Sergio. Tania tinggal bersama Josh karena Arsen masih belum memaafkan gadis itu," kata Leo. Claire menatap Athena sambil meringis merasa tak enak. "Maafkan aku. Gara-gara aku, Arsen menjadi enggan untuk memaafkan Tania.""Tidak, itu bukan salahmu, Claire. Justru aku yang minta maaf. Aku mewakili Tania meminta maaf yang sebesar-besarnya padamu," sahut Athena sambil melepaskan pelukannya pada Daniel. "Semua ini karena ulah Viviana dan Juan. Mereka benar-benar saudara keturunan iblis yang begitu kejam. Kalau bukan karena mereka, tentu anak-anak kita tidak akan menderita. Claire juga tidak akan memiliki alter ego," ujar Daniel. "Sayang, kenapa kau tidak menyiapkan makan siang dan mengajak tamu kita u
"Kalian telat sepuluh menit. Aku tidak bisa mentoleransi hal ini," kata Claire dengan wajah kesal sambil bersedekap. Arsen datang sendiri dengan mengendarai mobil pribadinya, sedangkan Josh datang bersama Tania dengan mobil milik Leo. "Maafkan kami. Aku masih harus menemui Leo untuk mengurusi masalah hotel dan Tania harus menyelesaikan shiftnya," jawab Josh dengan senyuman paksa di bibirnya. "Hmm? Kau kira aku percaya begitu saja? Leo bahkan sudah datang sejak satu jam yang lalu dan dia bilang kau tidak ada kesibukan sama sekali. Apalagi Tania, kau bahkan tidak ada jadwal bekerja hari ini," tukas gadis itu dengan sebelah alis terangkat, memberikan mereka tatapan intimidasi. Arsen bahkan langsung berhenti di tempatnya ketika melihat tatapan itu. Tatapan yang pernah dia lihat ketika James dulu mengambil alih kesadaran kekasihnya. Mereka bertiga saling pandang, entah kenapa mereka takut pada Claire saat ini. Tidak biasanya gadis itu mengeluarkan aura yang menyeramkan. Tania langsung
Seandainya Juan masih berkeliaran di sekitarnya, maka Arsen tidak akan segan-segan untuk memberikan pelajaran pada pria tua itu. Sungguh, mendengar cerita dari ibu dan ayah kandungnya di masa lalu membuatnya ingin sekali membunuh Juan saat ini juga. Jika dulu dia sangat membenci James, maka sekarang dia justru berharap James ada untuk memberikan pelajaran pada b*jingan itu. Manusia paling egois yang sudah memisahkan dia dari kedua orangtuanya hanya untuk kepentingan pribadinya sendiri. Ia juga tidak pernah menyangka bahwa ternyata Tania pun mengalami hal yang serupa, bahkan leher gadis itu dulu pernah terluka sampai berdarah ketika Juan meletakkan pisau di lehernya untuk mengancam ibu mereka. Demi Tuhan, Tania bahkan masih balita saat itu dan tidak tahu apa-apa! "Dasar iblis!" pekiknya sambil memukul kemudi mobil dengan sekuat mungkin, hingga tanpa sengaja membunyikan bel panjang yang mengagetkan pengendara lain. Dia benar-benar ingin pergi ke Brooklyn saat ini juga dan menghajar
Pria seumuran Leo yang bernama Yusuf itu keluar masjid sebentar untuk menemui seseorang, lalu kembali masuk dan mengunci pintu. Nama aslinya sebenarnya adalah Nicholas Warren, namun diubah menjadi Yusuf Ahmed setelah masuk Islam. "Tidak akan ada yang mendengar pembicaraan kita, karena aku sudah menyuruh marbot untuk mengalihkan jemaah yang ingin menunaikan ibadah di sini. Jadi, apa yang ingin kau bicarakan, saudaraku?" kata Yusuf setelah duduk bersila di hadapan Arsen. Untuk sesaat, Arsen kembali ragu. Apakah keputusannya sudah benar dengan menceritakan aibnya pada orang asing? Tapi, jika memendamnya lebih lama lagi, ia tidak yakin akan sanggup. Ia tidak mau berakhir memiliki alter ego seperti Claire hanya karena terus menyimpannya sendiri. "Maaf sebelumnya, apakah kau mau berjanji untuk tidak akan menceritakannya pada orang lain?" tanyanya dengan waswas. "Tuhan akan murka jika aku menyebarkan aib saudaraku sendiri. Dengan kau datang ke sini saja sudah merupakan jalan dari Tuhan u
"Apa kau sudah gila? Claire bahkan belum selesai kuliah. Jangan membuatnya terbebani dan menghambatnya meraih cita-citanya!"Leo adalah orang yang paling keras memarahi Arsen setelah kejadian lamaran dadakan beberapa waktu yang lalu di depan rumah Andreo. Pria itu langsung shock dan terpaksa harus dibawa ke dalam rumah, membuatnya meringis tak enak. "Yusuf bilang aku harus menyegerakan pernikahan kami untuk menghindari hal-hal yang dilarang," ucapnya membela diri. "Tapi tidak dengan mengatakannya secara langsung di depan Paman Andreo tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, kan? Kau tahu sendiri dia memiliki masalah dengan jantungnya sejak Sergio dipenjara," geram Leo. Arsen mendesah panjang. Dia mengetuk-ngetukkan pulpennya di atas meja kerjanya. "Bagaimana jika aku merindukannya?""Kau bisa menemuinya, asal harus ada yang mendampingi kalian. Kalau tidak ada aku, maka Josh atau Tania yang akan mendampingi kalian. Tidak boleh berduaan. Kau bilang ingin serius mendalami agama dengan Yu