“Aku tidak akan pergi, Ivana. Seperti yang aku katakan sebelumnya, mau kamu suka atau tidak. Aku hanya ingin memastikan kamu aman dan bayi dalam kandunganmu baik-baik saja,” ujar Arsen yang sama keras kepalanya dengan Ivana. “Kamu tidak usah khawatir, aku bisa pulang dengan aman dan menjaga kandunganku,” ujar Ivana hendak beranjak pergi melewati Arsen. “Kalau yang kamu maksud, kamu sudah dijemput oleh sopir, maka kamu tidak akan menemukannya,” ujar Arsen membuat Ivana mengernyitkan dahinya di sana. “Apa maksudmu?” tanya Ivana melihat ke arah Arsen dengan tatapan kesal. “Aku sudah menyuruh sopirmu untuk kembali lebih dulu,” jawab Arsen. “Kamu! Berani sekali kamu melakukan hal itu!” pekiknya sangat amat kesal. “Sudah aku katakan, aku akan mengantarmu pulang. Ayo, ikut denganku,” ujar Arsen menarik pergelangan tangan Ivana tetapi wanita itu langsung menepisnya dengan keras dan menatap Arsen di depannya dengan tatapan t
Joseph mengambil chip itu dan termenung cukup lama. “Kalau benar Arsen adalah keturunan Manley yang datang untuk balas dendam, bukankah dia sedang mencari chip ini?” gumam Joseph yang teringat perkataan Ivana yang mengatakan kalau ini kehidupan keduanya.“Kalau misalkan aku memberikan chip ini pada Arsen, apa Ivana akan terselamatkan dan tidak akan mati lagi?” gumam Joseph.“Tapi, kalau aku berikan, bagaimana dengan Freddy? Arsen pasti akan membunuhnya?”Joseph benar-benar dalam kebimbangan saat ini. Tidak ad acara untuk menyelamatkan dan melindungi keluarganya.“Haruskah aku katakan pada Ivana?” gumam Joseph memejamkan matanya. Dia benar-benar dalam kebimbangan, kenyataannya selama bertahun-tahun lamanya dia menyimpan chip itu untuk melindungi Freddy, tetapi kalau seperti yang dikatakan Ivana kalau Arsen datang untuk balas dendam, dan Ivana pernah meninggal karena dibunuh di kehidupan sebelumnya. Joseph yakin, itu karena Arsen tidak mendapatkan chipnya dan balas dendam setahunya. Kar
Di dalam mobil, Alex focus menyetir mobilnya dan Ivana hanya diam menatap keluar jendela mobil. Dia terus terpikirkan ucapan Anna tadi. Sebenarnya, Ivana penasaran dengan masa lalu dan dendam yang dialami Arsen. Tetapi egonya terlalu tinggi untuk bertanya pada Arsen. Jadi, dia memilih menghindar. “Ada apa? Apa terjadi sesuatu selama aku tidak ada?” tanya Alex. “Tidak ada. Aku hanya sedikit lemas, karena terlalu focus bekerja, aku sampai tidak sadar kalau jam makan siang sudah lewat,” jawab Ivana. “Kebiasaan buruk. Kita makan sekarang, kamu mau makan di mana?” tanya Alex. “Terserah kamu saja,” jawab Ivana. “Baiklah. Sekarang kamu harus makan banyak,” ucapnya membelokkan mobil memasuki area parkir sebuah restoran. Alex turun dari mobil dan membukakan pintu penumpang. Ivana pun turun dari mobil dan mereka berjalan bersama memasuki restoran. Seorang pelayan restoran langsung menyambut kedatangan mereka, dan mengara
“Arsen!” Cedric memasuki ruangan Arsen dan terlihat kalau pria itu sedang mengerjakan sesuatu di atas mejanya. “Ada apa?” tanya Arsen mengalihkan tatapannya ke arah Cedric. “Apa terjadi sesuatu?” “Sepertinya Bruce mencoba membohongi kita,” ujar Cedric. “Apa kamu mendapatkan sesuatu?” tanya Arsen bangkit dari duduknya dan bergabung dengan Cedric di sofa. Saat itu Cedric mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan sebuah rekaman di dalam video itu. “Dia bertemu dengan siapa? Kenapa dia terlihat sangat mencurigakan dan terlihat penuh kewaspadaan?” tanya Arsen. “Orang itu adalah sekretaris pribadi dari Paul Cezary, Ayah dari Alex dan orang yang baru diangkat menjadi Menteri keuangan negara di Norwegia,” ungkap Cedric. “Paul sendiri adalah orang yang sudah mensponsori Bruce untuk bisa menjadi wali kota. Bruce ada dibawah perintah keluarga Cezary, sama halnya dengan Freddy. Kita tidak bisa mempercayai ucapannya.” “Ini sudah lewat tig
“Selamat pagi, Bu Ivana.” Sekretarisnya menyapa saat Ivana memasuki ruangannya. “Pagi, apa jadwalku hari ini?” tanya Ivana. Sekretarisnya memberikan tablet di tangannya dan Ivana memeriksanya. “Jadi, hari ini ada pertemuan dengan Tuan Arnold, ya,” gumam Ivana. “Benar, Bu.” “Baiklah. Kamu boleh keluar, dan tolong minta Joy membuatkan Jasmine Tea untukku,” ucap Ivana. “Baik, Bu.” Setelah kepergian sekretarisnya, Ivana hanya bisa mengusap wajahnya cukup gusar. Dia merasa kepalanya berat dan pusing, entah kurang tidur atau memang akhir-akhir ini dia terlalu banyak pikiran, hingga membuat tubuhnya terasa lemah dan kepala yang sangat pusing. Ketukan di pintu menyadarkan lamunannya. “Masuklah,” ucap Ivana. “Bu, ini jasmine tea – nya,” ucap office boy dengan membawa nampan berisi satu gelas teh. “letakkan di atas meja saja, terima kasih,” ucapnya. Setelah menyimpan gelas itu
Ivana keluar dari restoran dan masih diikuti oleh Arsen. Langkah wanita itu terhenti saat melihat sosok Alex berdiri di luar restoran, begitu juga dengan langkah Arsen. Tatapan Ivana yang memerah karena air matanya bertemu dengan sorot mata tajam milik Alex di sana. “Alex?” gumam Ivana mengepalkan kedua tangannya yang ada di samping tubuhnya. Jantungnya berdebar sangat cepat saat mengetahui fakta itu, mungkin ini juga alasan kenapa dia selalu merasa tidak nyaman berada di samping Alex dengan penuh rasa khawatir juga rasa takut. Alex berjalan mendekati Ivana dan melihat ke arah Arsen dengan tatapan tajam. “Sudah aku katakan, berhubungan lagi dengannya hanya membuatmu terluka, Ana.” Alex berkata demikian dengan melirik ke arah Arsen dengan tatapan permusuhan. “Kita pulang saja,” ajak Alex yang dijawab dengan anggukan kepala.Alex merangkul pundak Ivana dengan lembut, seolah ingin memberi kekuatan dan perlindungan saat mereka be
“Duduklah, aku perlu bicara,” ucap Alex menarik lengan Ivana dengan kencang dan menyuruhnya duduk di sofa. Ivana hanya duduk dengan tatapan kosong tak bergairah. Dia merasa gagal dan merasa percuma kembali ke masa lalu, karena tidak ada yang bisa dia ubah. Ayahnya tetap dicelakai dan entah bagaimana sekarang keadaannya. Apa benar, meninggal dunia atau terluka parah. “Ivana, aku tidak akan menyerahkan posisi CEO pada orang lain. Kamu bisa tetap menjadi CEO di perusahaan clover dan bekerja seperti biasanya tanpa ada yang mengusikmu,” ujar Alex. “Tetapi, ada syaratnya, Ivana.” Ivana menatap tajam pada Alex dengan tatapan penuh kebencian dan rasa kesal. “Baru seperti ini, kamu sudah langsung menatapku dengan tatapan penuh kebencian,” kekeh Alex merasa tersinggung sekaligus kesal. “Apa aku memang seremeh itu di matamu?” tanya Alex. “Katakan saja langsung apa yang ingin kamu katakan, Alex!” ucap Ivana penuh penekanan. “Menikahlah d
“Alex, kamu mau pergi ke mana?” tanya Freddy. “Aku akan ke kediaman Clover. Aku yakin, Ivana sedang mencari Ayahnya ke sana,” ujar Alex. “Aku akan ke tempat di mana Joseph berada. Siapa tau itu bisa menjadi ancaman untuk Ivana,” ujar Freddy. “Ya, lakukan itu.” Alex pergi bersama anak buahnya dan Freddy pun bergegas pergi dengan mobilnya meninggalkan kediaman Alex. Di sisi lain, Ivana berada di dalam taksi dengan perasaan sangat gelisah dan khawatir. Wajahnya pucat dan kotor, tubuhnya menggigil karena kedinginan. Kedua tangan dan kakinya memerah karena dingin yang sangat menusuknya. Tetapi semua itu bukan hal besar, disbanding hatinya yang sangat sakit, dia merasa sangat ditusuk dari belakang oleh orang yang dia percaya, dan tidak tau kondisi Ayahnya saat ini. “Sudah sampai, Nona!” ujar sopir taksi saat mobil berhenti di villa milik Arsen. “Pak, bisa tolong tunggu sebentar. Saya akan mengambil uangnya,” uja