“Alex, kamu mau pergi ke mana?” tanya Freddy. “Aku akan ke kediaman Clover. Aku yakin, Ivana sedang mencari Ayahnya ke sana,” ujar Alex. “Aku akan ke tempat di mana Joseph berada. Siapa tau itu bisa menjadi ancaman untuk Ivana,” ujar Freddy. “Ya, lakukan itu.” Alex pergi bersama anak buahnya dan Freddy pun bergegas pergi dengan mobilnya meninggalkan kediaman Alex. Di sisi lain, Ivana berada di dalam taksi dengan perasaan sangat gelisah dan khawatir. Wajahnya pucat dan kotor, tubuhnya menggigil karena kedinginan. Kedua tangan dan kakinya memerah karena dingin yang sangat menusuknya. Tetapi semua itu bukan hal besar, disbanding hatinya yang sangat sakit, dia merasa sangat ditusuk dari belakang oleh orang yang dia percaya, dan tidak tau kondisi Ayahnya saat ini. “Sudah sampai, Nona!” ujar sopir taksi saat mobil berhenti di villa milik Arsen. “Pak, bisa tolong tunggu sebentar. Saya akan mengambil uangnya,” uja
“Bagaimana kamu tau? Lalu, bagaimana dengan Ayah?” tanya Ivana yang masih menatap Arsen dengan tatapan terkejut. “Kemarin saat kamu pergi bersama Alex, aku mendapatkan panggilan masuk dari Ayahmu yang meminta tolong. Aku tidak bisa mengikutimu karena berusaha menolong Ayahmu yang saat itu terbaring di pinggir jalan dengan dadanya terkena luka tembak.” Ivana menangis di sana mendengar penuturan Arsen. “Lalu, bagaimana keadaan Ayah? Dia baik-baik saja?” tanya Ivana menangis di sana. “Untungnya masih bisa diselamatkan, sekarang dalam penanganan intensif di rumah sakit,” jawab Arsen. “Aku harus mencari Ayah, aku harus melihat Ayah!” Ivana bergegas turun tetapi Arsen menahannya. “Tidak, Ivana. Kamu tidak bisa pergi ke manapun,” ucap Arsen. “Kenapa?” tanya Ivana mengernyitkan dahinya bingung. “Kondisimu tidak memungkinkan. Kamu butuh istirahat total,” jawab Arsen. “Aku sudah mendengar sedikit dari Ayahmu. Kalau
“Sialan! Di mana dia bersembunyi?” amuk Alex melemparkan semua barang yang ada di dekatnya. Di sana ada Freddy dan Jeremi, juga beberapa anak buah Alex. “Kalian semua gak becus, hanya satu wanita hamil saja tidak bisa kalian dapatkan!” bentak Alex dengan kedua mata yang menyala penuh amarah. “Kamu juga Freddy, bagaimana mungkin orang mati bisa hilang! Sampai detik ini pun tidak ada pengumuman kalau Joseph Clover meninggal dunia. Harusnya kalau jasadnya dibawa orang lain, pihak rumah sakit akan mengenali identitasnya. Dia orang yang cukup terkenal di sini!” ucapnya. Alex berjalan mendekati Freddy yang masih berdiri di tempatnya. “Katakan, apa kamu benar-benar membunuhnya?” tanya Alex menatap tajam pada Freddy yang cukup tertekan.
Arsen yang baru saja keluar dari area apartemennya bersama Cedric menghentikan langkahnya saat melihat anak buah Alex memenuhi area parkir basemen apartemen. “Sudah kutebak, kamu akan datang ke sini,” ujar Alex turun dari mobil dan berjalan ke depan Arsen. Tepat di belakang Alex, ada begitu banyak anak buah yang dibawanya. Arsen hanya berdua dengan Cedric untuk mengambil barang dari apartemennya. “Ada apa ini? Aku tidak tau apa masalahmu denganku, Alex.” Arsen berbicara dengan santai. “Ck, jangan berlaga bego. Aku tau kamu yang menyembunyikan Ivana. Di mana dia? Serahkan Ivana padaku!” pinta Alex.&nbs
“Apa yang kamu lakukan pada Ayah, Arsen? Apa maksud semua ini?” tanya Ivana tidak bisa menahan diri untuk tidak langsung menanyakan apa yang sejak tadi mengusik kepalanya. Arsen masih menunjukkan sorot mata dingin yang menusuk hingga seluruh tubuh Ivana terasa sangat merinding juga tertekan. “Aku hanya melakukan apa yang harus aku lakukan, Ivana,” jawab Arsen melipat kedua tangannya di dada. “Hah?” Ivana sama sekali tidak puas dengan jawaban dari suaminya. “Minggir, aku harus menemui Ayahku!” Ivana berusaha menerobos untuk keluar dari sana, tetapi Arsen mencekal pergelangan tangan Ivana membuat wanita itu meringis kesakitan. “Lepaskan aku! lepaskan aku, Arsen. Kamu menyakitiku!” teriak Ivana dan Arsen mendorong tubuh wanita itu hingga punggungnya membentur dinding di belakangnya. “Ah, sepertinya ini pertama kalinya aku menyakitimu setelah tiga tahun kita menikah, Ivana,” ucap Arsen. “Si-siapa kamu sebenarnya?” tanya Ivana saat
“Syukurlah kamu sudah siuman, aku sangat khawatir saat mendengarmu pingsan di kantor tadi,” ucap Arsen yang duduk di kursi yang sengaja dipindahkan ke samping ranjang. Ivana langsung menundukkan kepalanya dan meraba tubuhnya di bagian dada dengan kebingungan. “Kenapa? apa dadamu terasa sakit? Apa sebaiknya kita pergi ke rumah sakit?” tanya Arsen terlihat begitu khawatir. Ivana lantas tidak langsung menjawab pertanyaan dari Arsen, dia melihat sekeliling ruangan. “Ini kamarku?” gumamnya. “Iya, ini kamar kita. Apa ada yang salah?” tanya Arsen kebingungan melihat sikap Ivana yang terlihat kebingungan. “Ayah? A-aku harus menemui Ayah,” ucap Ivana bergegas menuruni ranjang dan bergegas keluar kamar. “Ivana tunggu, kamu baru saja siuman,” panggil Arsen mengejar Ivana yang berlari, bahkan tanpa mengenakan alas kakinya. Tubuh Ivana hampir saja tergulir di undakan tangga karena kurang berhati-hati, untung saja Arse
Ivana baru saja sampai di ruangannya. “Anna,” panggil Ivana pada sekretarisnya yang mengikuti Ivana masuk ke dalam ruangan. “Carikan detektif terbaik dan bisa dipercaya. Aku membutuhkannya, dan jangan sampai siapapun tahu,” ucap Ivana. “Detektif?” Anna cukup terkejut dengan permintaan atasannya yang sangat mendadak. “Iya, kamu bisa melakukannya, kan?” tanya Ivana menatap ke arah Anna. “Baik, Bu.” “Dan atur pertemuanku dengan pengacara pribadiku,” ucap Ivana. “Baik, Bu.” Anna pun keluar dari ruangan Ivana, sedangkan wanita itu sudah duduk di kursi kebesarannya. “Sekarang aku harus mencari tahu siapa Arsen dan mengamankan seluruh aset perusahaan. Aku harus menghindari masalah perusahaan yang akan terjadi ke depannya sampai membuat saham anjlok dan perusahaan diakusisi. Aku yakin, semua ini ulah Arsen, aku harus mengawasi pergerakan Arsen dan membatalkan investasi yang di rekomendasikan olehnya. Aku
“Apa maksudmu?” tanya Arsen sangat terkejut dengan apa yang baru saja Ivana katakan padanya. Ivana berjalan mengambil amplop coklat di dalam tasnya dan menyerahkannya pada Arsen. Dan tanpa menunggu lama lagi, Arsen membuka amplop tersebut dan isinya adalah surat gugatan cerai yang dilayangkan Ivana. “Aku menolaknya, Ivana.” Arsen menyatakan penolakannya dengan tegas. “Ada apa ini sebenarnya? Kenapa kamu ingin bercerai denganku?” Arsen terlihat bingung, kesal juga kecewa menatap Ivana di depannya. “Kalau aku berbuat salah padamu, katakan. Jangan ambil keputusan sepihak seperti ini,” ucap Arsen. Ivana menatap Arsen di depannya dengan tatapan nanar, kenyataannya hati Ivana jauh lebih sakit saat mengajukan perceraian ini. “Aku sudah tidak mau denganmu. Aku merasa bosan dan jenuh dengan pernikahan kita. Semakin lama, perasaan cintaku padamu semakin hilang,” jawab Ivana sekuat tenaga menahan dirinya untuk tidak terlihat lema