“Aku memang tidak gampang untuk jatuh cinta dengan seseorang, tetapi sekalinya aku jatuh cinta, aku akan jatuh sejatuh-jatuhnya. Seperti sekarang yang aku alami, aku yang sangat lemah dan jatuh sampai tersungkur karena rasa yang namanya cinta,” batin Ivana termenung di dalam kamarnya dan tidak bisa menahan dirinya lagi untuk tidak menangis di sana. Ivana ingat, beberapa bulan lalu, saat dirinya dan Arsen baru saja bercerai, Ivana meminta seseorang membereskan semua barang-barang milik Arsen. Dan saat itulah, Ivana menemukan obat kontrasepsi yang biasa dikonsumsi oleh pria. Arsen sudah menipunya dengan sangat sempurna. “Apa ini hal yang kamu inginkan, Arsen? Kamu ingin melihatku jatuh sejatuh-jatuhnya dan hidupku hancur. Sekuat tenaga aku menahan diriku, akhirnya, aku tidak sanggup bertahan dan melupakanmu. Kenapa kamu melakukan ini padaku, Arsen. Hikz…” Ivana hanya bisa terisak di sana, dengan hati yang hancur berkeping-keping. Ivana mengingat b
“Gimana? Sudah dapatkan Chipnya?” tanya Doly saat Arsen baru saja sampai di villa. “Belum. Bruce bilang akan segera mengirimkannya. Kita hanya perlu menunggu,” jawab Arsen melepaskan jasnya sambil berjalan menuju meja sudut. Dia menuangkan vodka dari botolnya ke dalam gelas kecil dan memasukkan beberapa butir es batu ke dalam gelas tersebut. “Apa Cedric sudah kembali?” tanya Arsen berjalan menuju sofa dengan gelas ditangannya. “Belum. Mungkin sore atau malam,” jawab Doly. “Kamu tidak ada kegiatan selain bermalas-malasan di rumah?” tanya Arsen mendaratkan bokongnya di atas sofa. “Ck, jangan asal menuduh. Nih, yang kau minta kemarin,” ujarnya memberikan satu berkas di atas meja. “Kamu pikir kerjaku lelet.” “Baguslah, lebih cepat dari yang kuminta,” ujar Arsen mengambil berkas itu dan mulai membukanya. “Jadi, Alex bekerja sama dengan Freddy, ya.” Arsen membaca isi laporannya. “Kemarin malam, aku mel
“Aku tidak akan pergi, Ivana. Seperti yang aku katakan sebelumnya, mau kamu suka atau tidak. Aku hanya ingin memastikan kamu aman dan bayi dalam kandunganmu baik-baik saja,” ujar Arsen yang sama keras kepalanya dengan Ivana. “Kamu tidak usah khawatir, aku bisa pulang dengan aman dan menjaga kandunganku,” ujar Ivana hendak beranjak pergi melewati Arsen. “Kalau yang kamu maksud, kamu sudah dijemput oleh sopir, maka kamu tidak akan menemukannya,” ujar Arsen membuat Ivana mengernyitkan dahinya di sana. “Apa maksudmu?” tanya Ivana melihat ke arah Arsen dengan tatapan kesal. “Aku sudah menyuruh sopirmu untuk kembali lebih dulu,” jawab Arsen. “Kamu! Berani sekali kamu melakukan hal itu!” pekiknya sangat amat kesal. “Sudah aku katakan, aku akan mengantarmu pulang. Ayo, ikut denganku,” ujar Arsen menarik pergelangan tangan Ivana tetapi wanita itu langsung menepisnya dengan keras dan menatap Arsen di depannya dengan tatapan t
Joseph mengambil chip itu dan termenung cukup lama. “Kalau benar Arsen adalah keturunan Manley yang datang untuk balas dendam, bukankah dia sedang mencari chip ini?” gumam Joseph yang teringat perkataan Ivana yang mengatakan kalau ini kehidupan keduanya.“Kalau misalkan aku memberikan chip ini pada Arsen, apa Ivana akan terselamatkan dan tidak akan mati lagi?” gumam Joseph.“Tapi, kalau aku berikan, bagaimana dengan Freddy? Arsen pasti akan membunuhnya?”Joseph benar-benar dalam kebimbangan saat ini. Tidak ad acara untuk menyelamatkan dan melindungi keluarganya.“Haruskah aku katakan pada Ivana?” gumam Joseph memejamkan matanya. Dia benar-benar dalam kebimbangan, kenyataannya selama bertahun-tahun lamanya dia menyimpan chip itu untuk melindungi Freddy, tetapi kalau seperti yang dikatakan Ivana kalau Arsen datang untuk balas dendam, dan Ivana pernah meninggal karena dibunuh di kehidupan sebelumnya. Joseph yakin, itu karena Arsen tidak mendapatkan chipnya dan balas dendam setahunya. Kar
Di dalam mobil, Alex focus menyetir mobilnya dan Ivana hanya diam menatap keluar jendela mobil. Dia terus terpikirkan ucapan Anna tadi. Sebenarnya, Ivana penasaran dengan masa lalu dan dendam yang dialami Arsen. Tetapi egonya terlalu tinggi untuk bertanya pada Arsen. Jadi, dia memilih menghindar. “Ada apa? Apa terjadi sesuatu selama aku tidak ada?” tanya Alex. “Tidak ada. Aku hanya sedikit lemas, karena terlalu focus bekerja, aku sampai tidak sadar kalau jam makan siang sudah lewat,” jawab Ivana. “Kebiasaan buruk. Kita makan sekarang, kamu mau makan di mana?” tanya Alex. “Terserah kamu saja,” jawab Ivana. “Baiklah. Sekarang kamu harus makan banyak,” ucapnya membelokkan mobil memasuki area parkir sebuah restoran. Alex turun dari mobil dan membukakan pintu penumpang. Ivana pun turun dari mobil dan mereka berjalan bersama memasuki restoran. Seorang pelayan restoran langsung menyambut kedatangan mereka, dan mengara
“Arsen!” Cedric memasuki ruangan Arsen dan terlihat kalau pria itu sedang mengerjakan sesuatu di atas mejanya. “Ada apa?” tanya Arsen mengalihkan tatapannya ke arah Cedric. “Apa terjadi sesuatu?” “Sepertinya Bruce mencoba membohongi kita,” ujar Cedric. “Apa kamu mendapatkan sesuatu?” tanya Arsen bangkit dari duduknya dan bergabung dengan Cedric di sofa. Saat itu Cedric mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan sebuah rekaman di dalam video itu. “Dia bertemu dengan siapa? Kenapa dia terlihat sangat mencurigakan dan terlihat penuh kewaspadaan?” tanya Arsen. “Orang itu adalah sekretaris pribadi dari Paul Cezary, Ayah dari Alex dan orang yang baru diangkat menjadi Menteri keuangan negara di Norwegia,” ungkap Cedric. “Paul sendiri adalah orang yang sudah mensponsori Bruce untuk bisa menjadi wali kota. Bruce ada dibawah perintah keluarga Cezary, sama halnya dengan Freddy. Kita tidak bisa mempercayai ucapannya.” “Ini sudah lewat tig
“Selamat pagi, Bu Ivana.” Sekretarisnya menyapa saat Ivana memasuki ruangannya. “Pagi, apa jadwalku hari ini?” tanya Ivana. Sekretarisnya memberikan tablet di tangannya dan Ivana memeriksanya. “Jadi, hari ini ada pertemuan dengan Tuan Arnold, ya,” gumam Ivana. “Benar, Bu.” “Baiklah. Kamu boleh keluar, dan tolong minta Joy membuatkan Jasmine Tea untukku,” ucap Ivana. “Baik, Bu.” Setelah kepergian sekretarisnya, Ivana hanya bisa mengusap wajahnya cukup gusar. Dia merasa kepalanya berat dan pusing, entah kurang tidur atau memang akhir-akhir ini dia terlalu banyak pikiran, hingga membuat tubuhnya terasa lemah dan kepala yang sangat pusing. Ketukan di pintu menyadarkan lamunannya. “Masuklah,” ucap Ivana. “Bu, ini jasmine tea – nya,” ucap office boy dengan membawa nampan berisi satu gelas teh. “letakkan di atas meja saja, terima kasih,” ucapnya. Setelah menyimpan gelas itu
Ivana keluar dari restoran dan masih diikuti oleh Arsen. Langkah wanita itu terhenti saat melihat sosok Alex berdiri di luar restoran, begitu juga dengan langkah Arsen. Tatapan Ivana yang memerah karena air matanya bertemu dengan sorot mata tajam milik Alex di sana. “Alex?” gumam Ivana mengepalkan kedua tangannya yang ada di samping tubuhnya. Jantungnya berdebar sangat cepat saat mengetahui fakta itu, mungkin ini juga alasan kenapa dia selalu merasa tidak nyaman berada di samping Alex dengan penuh rasa khawatir juga rasa takut. Alex berjalan mendekati Ivana dan melihat ke arah Arsen dengan tatapan tajam. “Sudah aku katakan, berhubungan lagi dengannya hanya membuatmu terluka, Ana.” Alex berkata demikian dengan melirik ke arah Arsen dengan tatapan permusuhan. “Kita pulang saja,” ajak Alex yang dijawab dengan anggukan kepala.Alex merangkul pundak Ivana dengan lembut, seolah ingin memberi kekuatan dan perlindungan saat mereka be
Acara dilanjut dengan resepsi di halaman gereja yang meriah. Zeeya sibuk menikmati banyak camilan dan dessert yang tersaji di sana.Resepsi di halaman gereja berlangsung meriah, dengan nuansa taman yang indah, dihiasi lampu-lampu berkelip dan bunga-bunga berwarna cerah. Meja-meja penuh dengan berbagai jenis hidangan lezat, dari makanan pembuka hingga hidangan penutup yang menggugah selera. Sambil berdiri di sekitar area dengan pemandangan danau yang tenang, para tamu menikmati kebersamaan dan suasana yang penuh kebahagiaan.Zeeya yang tak bisa menahan rasa ingin tahunya, sudah berada di meja dessert, dengan wajah ceria dan penuh semangat. Camilan-camilan kecil, kue-kue manis, dan es krim berwarna-warni menarik perhatian balita tersebut. Dengan riang, dia memilih beberapa kue kecil dan memakannya satu per satu sambil tertawa kecil.
Saat mereka melangkah masuk ke dalam gereja, suasana penuh kehangatan menyambut. Hiasan bunga putih dan hijau menghiasi altar, sementara cahaya matahari yang masuk melalui kaca patri memberikan nuansa sakral. Para tamu, yang sebagian besar adalah kerabat dekat dan teman, sudah menempati tempat duduk mereka.Cedric dan istrinya, yang sedang berbincang di dekat pintu masuk, langsung melambai begitu melihat Arsen, Ivana, dan Zeeya. Cedric tersenyum lebar, lalu menghampiri mereka. "Akhirnya kalian sampai juga. Zeeya, kamu terlihat sangat cantik hari ini!" katanya sambil bercanda.Zeeya tersenyum malu-malu sambil merapat ke Ivana. "Terima kasih, Uncle Cedlic."Tak lama kemudian, Elmer dan Grasella datang menghampiri. Elmer tersenyum sopan, sementara Grasella tampak anggun dengan gaun biru muda. "Senang sekali bertemu kalian di sini," sapa Elmer. "Doly pasti bahagia melihat kalian hadir.""Iya, ini acara yang tidak mungkin kami lewatkan," balas Arsen sambil menjabat tangan Elmer. "Bagaiman
“Ini lumah siapa, Mom, Dad? Besal sekali!” ujar Zeeya yang ada di gendongan Arsen. “Ini, rumah keluarga Daddy. Selama di sini, kita akan tinggal di sini,” ucap Arsen. “Asyik… Zeeya bisa main lali-lali dan ke tempat bunga,” ucap Zeeya dengan lucunya. Arsen tertawa kecil sambil mencium pipi Zeeya yang penuh semangat di gendongannya. "Tentu saja, Sayang. Nanti Daddy ajak Zeeya lihat semua tempat di sini. Ada taman bunga yang besar, ada air mancur juga. Kamu pasti suka."Ivana tersenyum melihat kegembiraan putrinya. Dia mengamati mansion megah yang sudah direnovasi itu dengan perasaan campur aduk. Tidak banyak yang berubah, Arsen dan Doly tidak ingin menghilangkan momen penuh kenangan di sini. Berada di sini secara langsung tetap memberinya kesan yang berbeda. Besar, mewah, dan penuh aura nostalgia."Mommy juga bisa ikut main sama Zeeya?" tanya Zeeya dengan mata berbinar, memeluk leher Arsen erat-erat."Tentu saja," jawab Ivana sambil mengusap lembut kepala putrinya. "Mommy dan Daddy a
2 Tahun Kemudian….. “Apa ini serius?” tanya Arsen mendengar ucapan Doly di sana. “Ya, kamu pikir aku berbohong,” ujar Doly. “Apa kamu sudah bertemu dengan wanita yang akan dinikahi Doly, Ric?” tanya Arsen. “Ya, sudah. Ini sih beneran pawangnya si Doly,” kekeh Cedric. “Dia langsung tunduk sama omongan calon istrinya.”Cedric dan Arsen terkekeh mendengarnya. “Itu bukan tunduk. Tapi, bentuk rasa cinta,” ucap Doly. Arsen tertawa kecil mendengar pembelaan Doly yang terdengar tulus namun juga sedikit defensif. "Rasa cinta, ya?" ucap Arsen menggoda. "Jadi, siapa wanita hebat yang berhasil menjinakkan si Doly ini?"Cedric, yang masih terkekeh, menyela lebih dulu. "Percayalah, dia tipe yang nggak main-main. Elegan, cerdas, tapi juga punya aura tegas. Doly langsung berubah total kalau di dekat dia. Serius banget."Arsen menatap Doly dengan senyum penuh arti. "Wah, kalau sampai Cedric bilang begitu, berarti dia benar-benar istimewa. Aku penasaran ingin bertemu dengannya. Kapan kamu memper
Doly sudah berpenampilan rapi dengan setelan jasnya. Dia bersiap untuk datang ke sebuah undangan pesta salah satu kliennya. “Uh... pesona Doly memang tidak terkalahkan,” gumamnya penuh percaya diri sambil merapikan jas yang dikenakannya.Doly menatap dirinya sendiri di cermin besar, senyum puas menghiasi wajahnya. Dengan gaya khasnya, ia mengangkat dagu sedikit, memiringkan kepala, dan mengedipkan satu mata ke pantulan dirinya. "Siapa yang bisa menolak daya tarik ini?" ujarnya sambil tertawa kecil.Dia mengambil parfum mahal dari meja rias, menyemprotkannya dengan gerakan anggun ke pergelangan tangan dan lehernya. Setelah itu, dia memeriksa kembali dasinya untuk memastikan segalanya sempurna."Klien pasti akan terkesan. Lagi pula, bukan Doly namanya kalau tidak mencuri perhatian," gumamnya sambil tersenyum penuh percaya diri.Sebelum melangkah keluar, ia mengambil ponselnya dan melihat sekilas undangan di layar. "Saatnya membuat malam ini lebih berwarna," katanya s
“Wah, ada kue ikan,” ucap Doly menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Pria itu turun dari mobil dan berjalan mendekati pedagang kue ikan yang berjualan di sebuah gerobak pinggir jalan. “Bungkuskan kue ikannya, sepuluh biji,” pinta Doly. Pedagang tersebut menoleh ke arah Doly sambil menganggukkan kepalanya. “Baik, Tuan.” Sambil menunggu, Doly memainkan ponselnya. Dan saat itu, dia terkejut karena ponselnya dirampas oleh seseorang yang berada di atas motor bersama rekannya. Doly yang terkejut pun langsung berteriak, “Perampok! Perampok!” teriak Doly di sana membuat semua orang melihat ke arahnya. Sayangnya, motor yang dikendarai perampok itu sudah cukup jauh, sampai ada sebuah motor sport berwarna hitam melaju cepat mengejar perampok tersebut. Doly masih berdiri di tempatnya dengan tatapan yang penuh kegelisahan.Kejadian itu membuat suasana sekitar menjadi tegang sejenak. Doly berdiri terpaku, pandangannya mengikuti motor spo
“Kamu mau menanam apa, Sayang?” tanya Arsen saat melihat melihat taman yang sudah di rapihkan oleh Ivana. “Aku ingin menghias taman dengan nuansa yang bagus. Apalagi, sebentar lagi musim dingin akan segera berakhir, dan aku ingin menyambut musim baru dengan suasana yang baru. Aku ingin menanam bunga dan tanaman hias,” jelas Ivana penuh semangat.Arsen tersenyum melihat semangat Ivana yang menggebu-gebu. Dia berjalan mendekat dan meraih tangan Ivana lembut, memandangnya dengan penuh perhatian.“Bunga dan tanaman hias? Itu ide yang bagus. Kamu sudah memutuskan bunga apa yang ingin kamu tanam?” tanyanya sambil mengusap punggung tangan Ivana.Ivana mengangguk kecil, matanya berbinar. “Aku ingin menanam tulip, mawar, dan lavender. Mereka akan membuat taman ini penuh warna dan harum. Oh, dan aku juga ingin beberapa pohon kecil untuk memberikan sedikit keteduhan.”Arsen tertawa pelan. “Kamu memang selalu punya rencana besar, Sayang. Tapi aku suka itu. Aku akan membantumu
“Wah, Zee udah wangi, ya... “ Ivana membawa Zee ke dalam gendongannya dengan wajah yang ceria. Dia berjalan keluar dari kamar Zee, seorang pelayan berjalan mendekatinya. “Nyonya, ada tamu untuk anda. Dia adalah baby sister yang di kirim kantor penyedia,” tuturnya. “Oh iya, baiklah. Aku akan turun dan menemuinya,” ujar Ivana dengan menggendong Zee, dia pun turun ke bawah dan melihat sosok wanita di ruang tamu. Wanita itu terlihat masih muda, tetapi wajahnya cukup mirip dengan Ana, sekretarisnya dulu yang menjadi mata-mata Arsen. “Selamat siang, Nyonya Manley,” sapa wanita itu. “Saya Laila, yang di kirim oleh pihak penyedia untuk menjadi baby sister putri Anda,” ucap Laila tersenyum ramah.Ivana mengamati Laila dengan cermat. Ada sesuatu di mata Laila yang terasa familiar, meskipun ia tidak bisa langsung mengingat apa."Selamat siang, Laila," jawab Ivana dengan senyuman hangat tapi hati-hati. "Silakan duduk. Saya ingin tahu lebih banyak
Oek… Oek… Oek… Ivana bergegas bangun dari tidurnya saat mendengar tangisan Zee. Dia bangkit dari posisinya dan mendekati ranjang bayi yang berada di samping ranjang tempatnya dan Arsen tiduri. “Uh… putri cantik Mommy bangun, ya,” ucap Ivana tersenyum merekah menyapa Zee yang sudah mulai berhenti menangis. “Kenapa? Zee menangis?” tanya Arsen yang ikut terbangun di sana. “Sepertinya, popoknya basah. Aku akan menggantinya,” ucap Ivana. “Kamu pasti lelah. Istirahatlah, aku yang akan menggantikannya,” ucap Arsen bangkit dari posisinya mendekati ranjang bayi. “Apa tidak apa-apa?” tanya Ivana menatap Arsen. “Kenapa kamu ragu? Kamu takut aku tidak bisa melakukannya, ya?” kekeh Arsen. “Tenang saja, aku bisa melakukannya dengan baik. Lihatlah nanti,” ucap Arsen tersenyum dengan penuh rasa percaya diri.Ivana tersenyum kecil melihat kepercayaan diri Arsen yang jarang ia lihat dalam momen seperti ini. Ia mengangguk pe