Jam sudah menunjukan pukul 03.00 AM. Jari jari Lenia terlihat begitu cepat mengetik keyboard komputernya. Dengan seriusnya dia membantu adiknya untuk mengatasi masalah perusahaan yang selama ini tidak pernah mempunyai saingan. Tiba tiba suara langkah kaki terdengar oleh Lenia yang sedang berada di ruangan kerjanya. Namun, hanya melihat layar handphone yang tersambung dengan cctv, Lenia sudah mengetahui siapa saja yang sedang menuju ruangan kerjanya.
"Nona Levrawnch, saya sudah mencari tahu semampu saya. Namun, maafkan saya tidak bisa menemukan apa apa di sana," kata Bernand yang baru kali ini mengaku tidak bisa selama bekerja menjadi asisten pribadinya Lenia.
Lenia mengerti karena dia juga tidak bisa menemukannya. "Siapkan tiket sekarang, kita akan berangkat ke Guardan untuk mengecek langsung bahkan ikut bekerja menangani masalah yang serius ini," kata Lenia.
Penerbangan dari Kota Hunan ke Negara Guardan mencapai 5 jam. Kemungkinan mereka akan sampai di Negar
"Ternyata pemilik perusahaan CRB itu baru berusia 24 tahun. Namanya, Gian Ananda. Dan ternyata, begitu banyak para actor yang ingin membeli barang merek CRB seperti yang di berikan Nona Levrawnch padamu waktu itu Geb... Hanya saja mereka tidak mampu membelinya," jelas Neta pada Gebriella. "Oh yaaaahhh??? Pantasan saja aku di kejar kejar, dan gara gara barang pemberian Kak Lenia itu, akhirnya karirku jauh lebih baik dari sebelum sebelumnya," kata Gebriella. "Nah itu dia Geb, yang mampu membeli berlian di CBR, kata mereka hanyalah orang orang yang mempunyai perusahaan dengan saham di atas dari 20%. Kebayang gak tuh...??" Kata Neta. Gebriealla merasa bersyukur karena sudah di jadikan Lenia sebagai temannya. Syukurnya Gebriella bukan karena harta Lenia. Namun, karena kebaikan Lenia yang tidak pernah memandang rendah terhadap orang lain meskipun Lenia adalah orang terkaya di Kota Hunan ini. Mengingat itupun, Gebriella menarik nafas panjang, karena hampir s
Lenia yang saat ini berdiri di belakang kursi asisten ayahnya sambil memeluk Bernand, mulai sadar dan merasa sangat malu. Tatapan Lenia dan juga Bernand bertemu seolah ada banyak rasa dan perkataan yang tersimpan di dalam tatapan itu. Wajah mereka hanya berjarak 5 jari saja. Detak jantung tak beraturan dan makin cepat. wajah putih Lenia yang merah merona di balik masker putihnya, seperti terkena' dengan air panas di permukaan kulit mulus yang telah lama membeku, kini menembus hati yang sedang bergejolak. Ada cemas, kekhawatiran serta rasa takut yang di rasakan Bernand saat ini. Namun rasa itu mati seketika saat Lenia memeluknya seperti itu. "Ukhu', ukhu'.. Ekhem...," suara batuk ayah Lenia memebrikan kode. Lenia langsung melepaskan pelukannya dan merapikan bajunya yang masih rapi, menggaruk kepala yang tidak gatal dan terlihat sibuk tak jelas. Sedangkan semua orang yang ada di dalam ruangan itu merasa bahagia. Kecuali Reyhan. Dia tengah sibuk membuka ko
2 BULAN KEMUDIAN. Gebriella dan teman temannya serta teman teman Reyhan baru saja sampai di Bandara international Guardan. Reyhan memakai setelan jass dongker dan sepatu hitam dengan rambut cepak berwarna coklat, tanpa masker ataupun topi. Kali ini dia berjalan di depan umum hanya dengan menggunakan kacamata hitam saja tanpa merasa khawatir akan ada yang mengenal wajahnya. "Reeeeeyyy..." Lama nggak berjumpaaaa...," teriak Adi sambil berlari memeluk Reyhan. "Waaahhh... Ternyata sekarang kamu sudah berani tak memakai topengmu di depan umum yah??? Hahaha...," lanjut Adi. "Memang Reyhan gak pernah pake topenggggg!! Gimana sih kamu??? Hmmpp...," jawab Reno. "Eh Ren, kamu baru 2 tahun tidak bertemu dengan Reyhan, tapi sudah lupa kebiasaannya. Bagaimana kalau sudah 5 tahunan??" Kata Adi pada Reno. "Terus kenapa kalau sudah 5 tahun, hayyooo..??" Ucap Reno. "Dasar Amnesia!!! Huuuu..." kata Adi pada Reno. "Heyyy... Apa ka
Dalam hati Vera, Vera juga merasa sangat menyesal dengan apa yang sudah dia lakukan pada Reyhan dulu. Tiba tiba di dalam diskotik terdengar suara teriakan panik dan berlarian kesana kemari. Verapun bertanya pada temannya, "Ada apa itu???" "Alia di tusuk dengan pisau oleh lelaki yang baru saja keluar dari kamar itu bersama dengannya," Lelaki itupun berlari menuju ke arahnya. Vera yang melihat itu, langsung menarik Ririn dan lari keluar. Namun lelaki itu terus mengejarnya. Sakin capeknya, Ririn berkata, "Ver, kita sembunyi saja dulu... Aku sudah tidak kuat". Mereka akhirnya bersembunyi di balik drum yang terletak di samping taman bunga. Sementara lelaki yang memegang pisau itu terus berjalan mundur dengan langkah yang pelan ke arah drum itu. "Heiiii.. di mana kalian, hah!!" "Apa kalian tidak akan keluar???" Ucap lelaki itu, yang makin dekat dengan drum tempat Vera dan juga Ririn bersembunyi. "Ayolaaahhh... Aku aka
Diskotik tempat Vera dan teman temannya bekerja telah di bongkar dan di tutup oleh bagian petugas keamanan. Viktor dan teman temannya kini sedang berada di kantor petugas keamanan untuk di periksa urine. "Vik, kenapa kencing kita di periksa?? Apa hubungannya dengan minuman beralkohol dan obat obatan??" Tanya Agil pada Viktor. "Iya Vik... Aku juga bingung, kencing kita malah di taru di botol kecil. Katanya akan di periksa," ucap Pingkan. "Udaaahhh... Santai saja, mungkin mereka akan jadikan sample untuk cek kehamilan, Hahaha...," jawab Viktor santuuy. Mereka masih di tahan di dalam satu ruangan yang hanya ada meja dan kursi kayu selama semalaman. Karena hasil mereka baru akan keluar besok siang. Sedangkan Pevita, sedang menuju sekolah SMA Mourbyen dengan menggunakan angkutan umum. Pevita sempat melihat orang yang sedang membersihkan kios di samping jalan. Namun Pevita tidak terlalu memperhatikannya. "Pagi bu' Pev..." Kata Rina memberika
"Maa...Mmm..i" kata Reyhan terbata bata. Tidak hanya mamminya, teman teman Reyhan yang datang bersama Nyonya Levrawnch juga terbangun karena desahan dan erangan Gebriella dan juga Reyhan. Kini mereka sedang berdiri tanpa kata di depan kamar sambil melihat Reyhan yang berangsur angsur mulai bangun dari tubuh Gebriella. Gebriella merasa sangat malu dan juga takut. "Siapa wanita ini??" Tanya Nyonya Levrawnch Britama dengan sikap dingin kepada Reyhan. "Sssaya Gebriella Tan...te". Jawab Gebriella terbata bata. Mendengar nama Gebriella, alis Nyonya Levrawnch Britama langsung kengkerut. Dari awal Nyonya Levrawnch memang tidak menyukai Gebriella. Berbeda dengan Nona Levrawnch yang sangat menyukai Gebriella. Bahkan sesekali membantu Gebriella. "Saya tidak bertanya kepada anda. Dan anda harus tahu, anak saya ini sudah saya jodohkan sejak kecil. Jadi anda jangan merusak hubungan mereka dan harus menjuh dari kehidupan anak saya," tegas Nyonya Levrawnch ke
Jayen dan Saras kehilangan jejak Pevita dan juga Sisi. Jayenpun memilih untuk menemui Pevita pada lusa hari, karena besok adalah hari weekend. "Papi, kenapa papi ingin mengejar Ibu' Pevita?? Dan kenapa Papi mengenal Ibu' Pevita??" Tanya Saras pada ayahnya. "Iya Nak... Papi sama Ibu' Pevita, pernah bertemu dan berteman walaupun hanya sehari saja. Ibu' Pevita bahkan pernah menceritakan masalahnya ke Papi," jawab Jayen pada putrinya, Saras. Sambil mengirimkan pesan untuk Pevita. Jayen : "Pevita, aku mencarimu setelah kejadian malam itu. Namun, aku tidak menemukanmu kemana mana. Sampai akhirnya Tuhan mempertemukanku padamu tanpa kesengajaan. Aku ingin bertanggung jawab atas apa yang sudah aku lakukan padamu malam itu. Karena aku tahu, kamu telah melakukan itu pertamakalinya bersamaku". ***** Di apartemen, Reyhan mengetuk pintu nomor 11, tapi seperti tidak ada penghuni di dalamnya. Reyhanpun membuka pintu nomor 11, namun Gebriella dan teman temanny
Hari ini, Pevita berangkat kerja di SMA Mourbyen, dia terlihat begitu semangat dan ceria hari ini. Meskipun Pevita tidak berpakaian seksi, namun dia tetap terlihat cantik dengan baju yang baru saja dia beli kemaren di Mall bersama Sisi. "Pagi Bu' Pevita... Wahhh, baju baru nihyyee..??" Sapa Bu'Rina pada Pevita yang baru saja menaru tasnya di atas meja kerjanya. Tiba tiba Saras mengetuk pintu dan masuk ke ruangan Perpustakaan dengan membawa bunga mawar merah yang begitu wangi dan mekar. "Pagi Bu' Pevita, saya mau kembalikan buku dan juga mau kasih bunga yang di titip oleh pangeran rahasia," kata Saras pada Pevita sambil menaru bunga mawar itu di atas meja. "Kenapa kamu datang sangat pagi begini Saras...?? Dan bunga dari siapa yang kamu bawah??" Tanya Pevita pada Saras. "Ibu' baca saja di kertas yang telah di sembunyikan oleh pangeran rahasia di bunga itu. Saya harus ke kelas sekarang, permisi Bu'..." Ucap Saras membuat Pevita penasaran dengan i