Gebriella di undang di acara Star Like lagi setelah masalah menimpahnya hampir setahun yang lalu.
"Net, apakah menurutmu kita akan pergi kesana??" Tanya Gebriella.
"Tentu saja kita akan menghadiri acara itu Geb, lagian direktur Star Like bukan Pak Arka Abimanyu lagi," jelas Neta.
Gebriella baru mengetahui hal tersebut. Namun, setelah semuanya di jelaskan oleh Neta soal Arka Abimanyu adalah dalang di balik Video Gebriella yang telah di edit dan beredar saat di acara Star Like waktu itu, Gebriella merasa lebih tenang lagi. Namun, tetap saja Gebriella lebih berhati hati. Karena setiap kali acara di Star Like, pasti ada sesi tanya jawab yang menjebak para artisnya.
Viktor dan teman temannya yang sedang berkunpul di rumah kontrakan Pingkan, sedang sibuk merencanakan hal buruk untuk Gebriella, agar Reyhan bisa keluar dari tempat persembunyiannya selama ini.
"Hari ini , Gebby ada jadwal pergi ke acara Star Like. Apa kita akan bertindak sekarang
Reyhan begitu panik memikirkan Gebriella. Reyhan memilih untuk menghubungi teman temannya. Setelah menghubungi Vino dan Adi, mereka pergi ke gedung Star Like melihat Gebriella. Sampai disana, mereka langsung mencari Gebriella. "Permisi Pak, apakah bapak melihat teman artis saya?? Namanya Gebriella. "Tadi sebelum mati lampu, Nona Gebby sedang berada di atas panggung. Namun pas mati lampu, sempat kacau karena ada beberapa orang yang menerobos masuk dan naik ke atas panggung. Setelah itu, saya sudah tidak tahu lagi Tuan," jelas satpam kepada Vino dan Adi. Vino dan Adi langsung menelpon Reyhan. Reyhan yang mendengar penjelasan Vinopun merasa lebih panik lagi. Dia bahkan tidak fokus bekerja. Di pikirannya saat ini, hanyalah ingin pulang ke Kota Hunan karena takut ada sesuatu hal yang akan terjadi pada Gebriella. "Haiiii Reyhan... Upsss salah, Maksudku Gian. Kenapa keningmu mengkerut seperti itu?? Apakah kau ingin pulang bersamaku malam ini??" Tanya
Pagi ini cuacanya sangat cerah, Pevitapun sudah rapi dengan pakaian kerja. Sebelum berangkat kerja, Pevita masih minum susu khusus untuk ibu hamil buatan ibunya. Mereka hanya tinggal di kost yang kecil dengan ukuran kamar 3 x 5 (P x L). Namun, kehiupan Pevita dan ibunya terasa begitu bahagia tanpa tekanan. "Selamat pagi bu' Pevita..." ucap Bu' Rina, juga adalah karyawan perpustakan di SMA Mourbyen. "Selamat pagi juga Bu' Rina...," jawab Pevita. "Bu', Ibu' Pevita sudah membaca cerita dengan judul, "KISAHKU ADALAH SEBUAH PENANTIAN"?? Ceritanya sangat bagus. Aku sampai mengingat masa laluku, hahaha...,"Kata Bu' Rina kepada Pevita. "Oh yah?? Kalau di dengar dari cerita Bu'Rina, sepertinya seru, heheh... Oh iya, siapa penulisnya??" Tanya Pevita. "Sisi Puspita, dia berrrr...," kata Rina terputus dengan pertanyaan Pevita. "Sisi Puspita???" "Iya, Sisi Puspita nama penulis buku yang berjudul, "Kisahku Adalah Sebuah Penantian". Jawab Rin
Vivi tidak mengangkat telepon dari Pak Hartono, karena handphone Vivi tidak memakai nada dering. Vivi juga tidak sempat membuka layar handphonenya hari ini, sakin sibuknya dengan mengurus perlengkapan cucunya. ***** 1... 2... 3... Eksyen!! "Cut!! Cut!! Gebby, pas di tampar ekspresi kagetmu harus lebih terlihat lagi, oke???" Kata Sutradara kepada Pevita. Pipi Gebiella kini sangat merah dan sedang di kompres oleh Neta. Adegan itu sudah di lakukan sebanyak 4x. Harusnya bohong bohongan, namun lawan maennya malah melakukannya dengan benar seperti di sengaja oleh lawan mainnya yaitu, Tia. "Ayo, ayo... Kita mulai sekarang, cepat! Cepat!!" Kata Sutaradaranya mengingat cuaca yang mulai mendung. Gebriellah kini melakukan adegannya dengan sebaik baiknya, agar adegan itu tidak di ulang terus menerus. "Okeeehhh... Sangat bagus!! Kita break dulu. Besok sudah masuk di episode selanjutnya," kata Sutradaranya kepada semua orang yang ada disitu.
Jam sudah menunjukan pukul 03.00 AM. Jari jari Lenia terlihat begitu cepat mengetik keyboard komputernya. Dengan seriusnya dia membantu adiknya untuk mengatasi masalah perusahaan yang selama ini tidak pernah mempunyai saingan. Tiba tiba suara langkah kaki terdengar oleh Lenia yang sedang berada di ruangan kerjanya. Namun, hanya melihat layar handphone yang tersambung dengan cctv, Lenia sudah mengetahui siapa saja yang sedang menuju ruangan kerjanya. "Nona Levrawnch, saya sudah mencari tahu semampu saya. Namun, maafkan saya tidak bisa menemukan apa apa di sana," kata Bernand yang baru kali ini mengaku tidak bisa selama bekerja menjadi asisten pribadinya Lenia. Lenia mengerti karena dia juga tidak bisa menemukannya. "Siapkan tiket sekarang, kita akan berangkat ke Guardan untuk mengecek langsung bahkan ikut bekerja menangani masalah yang serius ini," kata Lenia. Penerbangan dari Kota Hunan ke Negara Guardan mencapai 5 jam. Kemungkinan mereka akan sampai di Negar
"Ternyata pemilik perusahaan CRB itu baru berusia 24 tahun. Namanya, Gian Ananda. Dan ternyata, begitu banyak para actor yang ingin membeli barang merek CRB seperti yang di berikan Nona Levrawnch padamu waktu itu Geb... Hanya saja mereka tidak mampu membelinya," jelas Neta pada Gebriella. "Oh yaaaahhh??? Pantasan saja aku di kejar kejar, dan gara gara barang pemberian Kak Lenia itu, akhirnya karirku jauh lebih baik dari sebelum sebelumnya," kata Gebriella. "Nah itu dia Geb, yang mampu membeli berlian di CBR, kata mereka hanyalah orang orang yang mempunyai perusahaan dengan saham di atas dari 20%. Kebayang gak tuh...??" Kata Neta. Gebriealla merasa bersyukur karena sudah di jadikan Lenia sebagai temannya. Syukurnya Gebriella bukan karena harta Lenia. Namun, karena kebaikan Lenia yang tidak pernah memandang rendah terhadap orang lain meskipun Lenia adalah orang terkaya di Kota Hunan ini. Mengingat itupun, Gebriella menarik nafas panjang, karena hampir s
Lenia yang saat ini berdiri di belakang kursi asisten ayahnya sambil memeluk Bernand, mulai sadar dan merasa sangat malu. Tatapan Lenia dan juga Bernand bertemu seolah ada banyak rasa dan perkataan yang tersimpan di dalam tatapan itu. Wajah mereka hanya berjarak 5 jari saja. Detak jantung tak beraturan dan makin cepat. wajah putih Lenia yang merah merona di balik masker putihnya, seperti terkena' dengan air panas di permukaan kulit mulus yang telah lama membeku, kini menembus hati yang sedang bergejolak. Ada cemas, kekhawatiran serta rasa takut yang di rasakan Bernand saat ini. Namun rasa itu mati seketika saat Lenia memeluknya seperti itu. "Ukhu', ukhu'.. Ekhem...," suara batuk ayah Lenia memebrikan kode. Lenia langsung melepaskan pelukannya dan merapikan bajunya yang masih rapi, menggaruk kepala yang tidak gatal dan terlihat sibuk tak jelas. Sedangkan semua orang yang ada di dalam ruangan itu merasa bahagia. Kecuali Reyhan. Dia tengah sibuk membuka ko
2 BULAN KEMUDIAN. Gebriella dan teman temannya serta teman teman Reyhan baru saja sampai di Bandara international Guardan. Reyhan memakai setelan jass dongker dan sepatu hitam dengan rambut cepak berwarna coklat, tanpa masker ataupun topi. Kali ini dia berjalan di depan umum hanya dengan menggunakan kacamata hitam saja tanpa merasa khawatir akan ada yang mengenal wajahnya. "Reeeeeyyy..." Lama nggak berjumpaaaa...," teriak Adi sambil berlari memeluk Reyhan. "Waaahhh... Ternyata sekarang kamu sudah berani tak memakai topengmu di depan umum yah??? Hahaha...," lanjut Adi. "Memang Reyhan gak pernah pake topenggggg!! Gimana sih kamu??? Hmmpp...," jawab Reno. "Eh Ren, kamu baru 2 tahun tidak bertemu dengan Reyhan, tapi sudah lupa kebiasaannya. Bagaimana kalau sudah 5 tahunan??" Kata Adi pada Reno. "Terus kenapa kalau sudah 5 tahun, hayyooo..??" Ucap Reno. "Dasar Amnesia!!! Huuuu..." kata Adi pada Reno. "Heyyy... Apa ka
Dalam hati Vera, Vera juga merasa sangat menyesal dengan apa yang sudah dia lakukan pada Reyhan dulu. Tiba tiba di dalam diskotik terdengar suara teriakan panik dan berlarian kesana kemari. Verapun bertanya pada temannya, "Ada apa itu???" "Alia di tusuk dengan pisau oleh lelaki yang baru saja keluar dari kamar itu bersama dengannya," Lelaki itupun berlari menuju ke arahnya. Vera yang melihat itu, langsung menarik Ririn dan lari keluar. Namun lelaki itu terus mengejarnya. Sakin capeknya, Ririn berkata, "Ver, kita sembunyi saja dulu... Aku sudah tidak kuat". Mereka akhirnya bersembunyi di balik drum yang terletak di samping taman bunga. Sementara lelaki yang memegang pisau itu terus berjalan mundur dengan langkah yang pelan ke arah drum itu. "Heiiii.. di mana kalian, hah!!" "Apa kalian tidak akan keluar???" Ucap lelaki itu, yang makin dekat dengan drum tempat Vera dan juga Ririn bersembunyi. "Ayolaaahhh... Aku aka
Setelah memasangkan cincin ke jari manis Maminya, mereka merasa bingung karena semua orang berlari ke arah depan jalan raya.Saking penasaran, Yulia bertanya pada salah satu bapak bapak yang juga ikut berlari ke depan jalan raya. "Pak, ada apa itu?? Apa yang terjadi di depan jalan itu??""Lecelakan, Non." Jawab bapak itu."Siapa yang celaka, Pak??" Tanya Yusuf."Katanya, Nona Marsyalinda berlari keluar jalan dan tertabrak mobil, Non. Kata mereka juga Nona Marsya tidak bernafas lagi." Jawab bapak itu lalu bergegas pergi.Yulia langsung berlari mengikuti bapak itu dengan begitu cepat dan berkata dalam hati, "Tanteeee... Maafkan aku."Lenia dan Yusufpun berjalancepat ke tempat kejadian itu. Setelah sampai, terlihat Yudha yang sedang menggendong Marsyalinda dan membawanya ke dalam ambulance.Semua keluarga Levrawnchpun menuju ke Rumah Sakit The L Medika. Namun sayangnya, setelah sampai di Rumah Sakit, Marsyalinda tidak sempat tertol
Air mata bercucuran tiada henti. Tangisan para tamu tak kalah dengan kesedihan keluarga Levrawnch. Meski menu makanan tiada henti di layani pada setiap individu yang datang, namun rasa sedih mendalam menutupi rasa dahaga mereka saat ini.Host 3 : "Itulah ucapan dari sang istri tercinta Tuan Levrawnch yang membuat kita semua yang hadir di sini merasa sedih."Host 1 : "Sedih banget. Namun masih ada lagi yang akan kita dengar, yaitu tentang kronologis keluarga Levrawnch Britama yang akan di sampaikan langsung oleh Nyonya Levrawnch Britama."👏👏👏Nyonya Levrawnch berjalan menuju kursi yang di taru di atas panggung. Meski begitu, Nyonya Levrawnch malah berdiri untuk menyampaikan hal tersebut dan menjadikan tempat duduk itu sebagai persiapan ketika dia merasa lelah berdiri."Pasti semuanya sudah kenal saya. Benar nggak??" Tanya Nyonya Levrawnch."KENAAAALLLL..." Sontak mereka semua."Baikah, terimakasih sudah datang maupun yang sudah menonton di
======== Sore hari tiba. Semua para Koki dan pelayan tengah sibuk di rumah baru Nyonya Levrawnch Britama. Ada begitu banyak penjemput tamu yang menggunakan gaun berwarna biru dan juga setelan jass yang sama berwarna hitam. Di kursi paling depan terlihat begitu banyak pengusaha pengusaha dan para direktur, serta pemilik saham yang sedang duduk bercerita dan bergunda ria. Sementara keluarga besar Levrawnch Britama, keluarga besar Debora serta keluarga besar Oscandra, semuanya memakai pakaian putih dan setelan jass berwarna hitam. Tak hanya itu, bahkan Marsyalinda, keluarga Yudha, teman teman Reyhan serta para pembantu juga serentak memakai pakaian putih dan hitam. "Sayang, kamu cantik banget hari ini." Kata Yudha pada Marsyalinda. "Terimakasih, sayang. Terimakasih sudah menemani aku, sudah melindungi dan memotivasi aku. Aku akan berusaha menjadi orang yang lebih baik lagi." Jawab Marsyalinda dengan mata yang berbinar menyimpan 1000 tetes
1 Bulan Kemudian. "Nak... Coba kamu lihat awan itu, indah bukan??" Tanya Gebriella pada Ali yang sedang duduk bersama di teras atas sambil membicarakan masa depan mereka. "Iya Mi... Sangat indah..." Jawab Ali. "Mami ingat waktu masa dulu saat melihat matahari mulai terbit dan awan putih mulai tebal. Waktu itu, Papi kamu bercerita soal dia yang sedang sibuk mencari Mami di Kota Naung. Tapi begitu ketemu, sepi terasa ramai. Malampun terlihat terang." Kata Gebriella sambil menikmati indahnya matahari terbit. "Terus, Mi...??" Tanya Ali. "Terus, setelah sekian lama terpisah, Papi dan Mami baru bertemu kembali di bukit bunga Kota Naung. Papi mencari mami di sana. Dia sangat setia juga sangat romantis. Tiap hari Papi datang ke rumah Mami yang kecil demi mengambil hati Oma dan juga Opa, hingga akhirnya Oma dan Opapun setuju. Lalu, Mami ikut papi ke Kota Hunan dan menghadapi cobaan bersama. Hehehe... Mami masih ingat, dulu Papi kamu sangat tegas. Dia h
Sampai di lokasi shooting, semua orang menyambut Gebriella dengan hidangan dari berbagai macam menu makanan. Mereka semua terlihat sangat bahagia. Tidak hanya itu, di sana juga ada banyak penggemar yang datang dan menyiapkan hadia serta ucapan ucapan yang memotivasi Gebriella. "Terimakasih semuanya... Terimakasih karena Gebbylover's masih setia menunggu saya dan selama ini masih mendukung saya. Sekali lagi saya ucapkan terimakasih banyak untuk semua penggemar yang ada di sini maupun yang sedang menonton acara perdana live saya di luar sana." Kata Gebriella dengan menggunakan mike, lalu menyapa semua para aktor lama maupun aktor baru. Gebriella juga menyapa semua TIM medianTV maupun para produser dan grup kameramen yang hadir. Gebriella terlihat begitu bahagia. Sekejap melupakan suaminya yang hilang, meski bersifat sementara, tapi bagi Gebriella suasana saat ini lumayan menghiburnya. "Hallo Gebby, selamat datang kembali. Hehehe..." Ucap Andi. "Hallo juga Kak A
"Nak... Apa kamu sudah mengingat semuanya??" Tanya Lenia pada Yulia."Tidak, aku tidak mengingat apa apa. Hanya mencoba memanggilmu dengan kata, Mami saja." Jawab Yulia."Tidak apa apa, Nak... Ingatlah pelan pelan. Tidak usah buru buru." Kata Lenia sambil mengusap usap kepalanya."Tolong tinggalkan aku sendiri. Aku mau tidur. Kepalaku mulai terasa sakit. Mungkin karena aku terus berusaha untuk mengingat semua masa laluku." Perintah Yulia.Lenia lalu memakaikan selimut pada Yulia, anaknya. Setelah itu mereka semua keluar dari kamar Yulia.Yulia berbaring terlentang sambil menutup matanya dan mencoba mengingat semua hal yang terjadi padanya."Ternyata Papi dan Mamiku adalah orang kaya. Tapi kenapa mereka tidak mencariku?? Apa dulu mereka tidak sayang padaku?? Lalu, di mana Papiku?? Kenapa dia tidak pernah datang menjengukku?? Kenapa Marsyalinda dan lelaki tua itu memanfaatkan aku untuk membunuh keluargaku sendiri?? Apa sebenarnya yang terjadi?
Dokter Willy yang baru saja sampai, merasa heran melihat ekspresi wajah Lenia dan teman temannya."Nona Levrawnch..." Panggil dokter Willy membuat Lenia kaget dari pandangannya ke arah Marsyalinda dengan tatapan yang penuh emosi."Nona Lerawnch!!" Panggil dokter Willy lagi."Iya dok. Gimana keadaan Yulia, dok!!" Tanya Lenia spontan."Masih sama seperti dengan kemaren. Saya melihat Nona Levrawnch seperti kebingungan melihat ke arah pintu keluar sana. Makanya saya langsung medekati Nona Levrawnch kesini. Oh iya, Nona Lerawnch, saya akan mel...!!" Kata dokter terputus dengan suara suster yang memanggil namanya."Dokter Willy, pasien atas nama Rana telah pingsan." Teriak suster tersebut."Pingsan?? Di mana dia??" Sontak Lenia dan dokter Willy kaget."Di depan Paviliun ruangan mawar, dok..." Jawab Suster jaga itu."Ayo kita lihat Yulia dulu, Nona Levrawnch." Ajak dokter Willy lalu berlari menuju ke arah Rana yang sedang di angkat ol
1 BULAN KEMUDIANWaktu berputar begitu cepat, sehingga tak terasa hari demi hari dengan penuh tantangan dan rintangan kian bisa terlewatkan.Keluarga Levrawnch Britama untuk sementara waktu tinggal di Villa Reyhan yang berada di Villa L Green.Kenangan yang sudah terlewatkan masih mengiris hati dengan rasa rindu yang tak terlampiaskan. Tapi Gebriella yang baru saja sembuh, tetap semangat dan hanya fokus pada masa depan anaknya, Ali. Saat ini Alipun telah resmi di gelar sebagai Tuan Muda Levrawnch Britama. Diapun mengikuti sekolah privat di Villa untuk sementara waktu, karena menghindari kejahatan di luar sana yang tak terduga.Tiba tiba terdengar suara Bi' Ina yang masih setia tinggal di Villa Reyhan sejak dahulu kala. BI' ina sudah terlihat tua. Oleh sebab itu, Bi' Ina kini hanya di jadikan sebagai pengawas para pembantu di kediaman keluarga Levrawnch Britama."Nyonya Gebby, sarapannya sudah siap. Semuanya sudah berkumpul di ruang makan. Apa makan
Lenia bersama keluarganya berkumpul di ruangan pasien tempat Rana di rawat.Suasana terlihat bgitu mengharukan. Air mata kerinduan bercucuran di pipi. Rasa kangen dan kekhawatiran yang selama ini terpendam, kini bisa terluapkan. Lenia memegang tangan Rana, sampai akhirnya Ranapun terbangun dan kebingungan setelah melihat ada begitu banyak orang yang sedang berkumpul di kamarnya."Siapa kalian??" Tanya Rana membuat Nyonya Levrawnch terpukul dengan pertanyaan itu."Dokter Willy, apa kejadian barusan membuat Yulia lupa ingatan??" Tanya Nyonya Levrawnch pada dokter pribadi mereka sekaligus Direktur Rumah Sakit The L Medika."Saat ini, Non Yulia belum bisa mengingat apa apa. Karena sebelumnya dia sudah memang lupa ingatan. Namun karena dia telah mengkonsumsi obat pelambat ingatan secara terus menerus, akhirnya ingatannya lebih susah lagi untuk di kembalikan. Mungkin Nona dan juga Nyonya Levrawnch harus lebih sabar lagi selama bertahun tahun untuk menunggu inga