[Pemirsa, kembali lagi bersama saya Ariska, yang akan membawakan berita terheboh, terdahsyat dan terkini. Direktur restoran RLB, saat ini terluka parah dan sedang di bawah di Rumah Sakit The L Medika. Kabarnya, mobil dengan plat nomor 7493N yang di bawah Direktur Restoran Ternama yaitu Restoran RLB, bertabrakan dengan truk yang berlawanan arah dengannya.]
Vera, Ririn, dan juga Sisi, bersama orang tua Vera dan Ririn, saat ini sedang berkumpul di Toko Roti.
Mereka kaget dengan berita yang baru saja di kabarkan melalui siaran TV itu. Vera langsung menelpon Pevita berkali kali. Namun nomor teleponnya tidak aktif. Sedangkan Ririn menelpon suaminya Rama, yang saat ini sedang bekerja.
Rama : "Hallo sayang..."
Ririn : "Cepat pulang sekarang. Jayen mengalami kecelakaan."
Rama : "Apa??? Di mana?? Aku jemput kamu sekarang yah..." (Tut. Tut. Tut)
"Hmmppp... Setiap kali nelpon, pasti seperti ini. Belum selesay bicara, teleponnya langsung di matikan
Saras bersandar di dinding. Dia bukanlah type anak yang cengeng setelah ibunya meninggal. Keputus asaannya membuat pikirannya buntuh. Di ambillah handphonenya, seolah ingin menelpon sang mendiang ibu. "Kumohon Mami... Jagalah Papi ketika ku tak mampu menjaganya. Sebab kau tahu Mi..?? Harta terbesar peninggalanmu adalah Papi yang hebat. Kuyakin Papi kuat melewati ini semua demi aku. Dan demi motivasimu di surga." Melihat Saras sesedih itu, Pevita mendektinya dan memeluknya. "Nak... Ada aku Nak... Memang tidak sebaik Ibumu. Tapi aku akan berusaha untuk selalu menjagamu." Kata Pevita pada Saras. "Nak...?? Masa' anak Pevita udah sebesar galon?? Kalo adik gak mungkinkan?? Sedangkan Pevita adalah anak tunggal. Ah sudahlah. Bukan urusanku." Ucap Adi dalam hati sambil melihat kearah Saras dan juga Pevita. Tiba tiba dokter keluar dari kamar pasien darurat yang baru masuk. Semuanya langsung mendekati dokter dan menunggu penjelasan dari doker tentang Jayen. "Tua
"Kak Lenia, sudah bangun?? Maaf aku ketiduran." Kata Gebriella pada Lenia. "Tidak apa apa Geb, kamu pasti kecapekan. Lebih baik kamu luangkan waktumu untuk istirahat." Kata Lenia dengan suara serek. "Kak Lenia... Aku belum makan nih. Sengaja kesini biar makannya sama kakak. Kita makan bersama yah Kak..." Kata Gebriella sambil mengambilkan makanan untuk kakak iparnya. "Sudahlah Gebb, aku sedang nggak doyan makan. Kamu saja yang makan." Kata Lenia pada Gebriella. Tiba tiba ada suara Bernand dari arah pintu kamar Lenia. "Yakin nggak doyan makan?? Aku bawain ini untuk kamu." Kata Bernand sambil menunjukan makanan kesukaannya. Tidak ada respon dari Lenia, Bernand mendekati Lenia dan membohongi Lenia, "Baiklah sayang... Aku tidak akan memaksamu. Tapi jujur saja, dari kemaren aku juga belum makan. Jika kamu tidak mau makan bersamaku sekarang, mungkin saja besok aku akan sakit parah." Kata Bernand lalu membelakangi istrinya, Lenia. Mendengar u
Di perjalan ke rumah orang tua, Reyhan mendapatkan telepon dari nomor Greater. Awalnya Reyhan berencana untuk tidak mengangkatnya, tapi nomor Greater itu menelpon Reyhan berkali kali, hingga akhirnya Reyhanpun mengangkat telepon itu. Reyhan : "Hallo." Greater : "Tuan Levrawnch... Ini saya, Gandi. Maaf, saya mengganggu Tuan tengah malam. Tapi hanya nomor Tuan yang saya hafal." Reyhan : "Ada apa Pak Gandi? Kenapa suara Pak Gandi seperti orang baru habis lari maraton saja?" Gandi : "Pak Chriss Tuan... Pak.. Chriss..." Reyhan : "Iya... Ada apa dengan Papi aku?? Hallo... Pak Gandi... Bisa dengar nggak?? Pak Gandi bilang apa tadi??" Gandi : "Hallo... Hallo Tuan... Apa suara saya sudah jelas Tuan..." Reyhan : "Iya Pak Gandi. Tidak terlalu jelas, tapi saya masih bisa mendengar ucapan Pak Gandi." Gandi : "Iya Tuan... Tadi kita ke Daerah paling hujung dari Kota Hunan. Pak Chriss meminta saya untuk gantian membawa mobil. Ternyata
"Papiiiii... Siapa yang membuat Papi seperti ini?? Uhu', uhu'..." Teriak Reyhan sambil menangis dan memeluk ayahnya. Tulang bagaikan daging. Darah yang mengalir kini mengering. Semua tubuh membeku... Rasa lirih hati bagaikan rangkah yang melepuh. Seorang lelaki yang kuat kini terlihat seperti kapas yang terbang terbawa angin yang kencang. Janganpun menghadapi ombak tanpa angin, bahkan hanya melihat karang yang berada di balik pasir, anak lelaki ini merasa takut dan hampa, seolah ini bagaikan rasa yang mati tapi perih bak panas yang mendidih. Tak kuasa dan tak tau harus berkata apa, anak lelaki ini hanya menyampaikan sebagian dari jutaan kata yang ingin dia sampaikan. "Papiii... Jangan tinggalkan aku Pi... Apakah papi lupa, aku masi kecil dan sangat tidak mungkin untuk menjadi dewasa sepertimu...?? Apakah papi lupa aku pernah berkata, kalau pergi jangan berlama lama karena aku tak kuat menahan rindu...?? Papi... Uhu' uhu'.. Kata Reyhan menusuk pilu, terb
Setiap hari dokter pribadi Bos mereka, akan datang untuk melakukan pemeriksaan rutin pada Rana. Tidak lama kemudian Bos mereka datang melihat Rana yang sedang tertidur pules di kamar. "Hahaha... Akhirnya aku mendapatkan senjata yang sangat berharga. Anak inilah yang akan membunuh keluarganya sendiri, dengan darah yang mendidih dan akhirnya memakan jiwa sendiri dengan hati yang merintih." Ucap Bos dalam hati sambil tertawa kecil. Siapakah Bos itu?? Siapa lagi kalau bukan Bram beserta para pengikutnya yang sudah keluar dari penjara. Saat ini mereka tinggal di pelosok Kota Hunan, sehingga mendekati arah pedesaan yang jauh dari perkotaan. Bram serta para pengikutnya membuat perusahaan baru di Negara Ambara. Mereka bahkan mengikuti sistem yang di pakai oleh perusahaan Keluarga Levrawnch Britama. Dan saat ini tujuan mereka, selain membunuh keluarga Levrawnch, mereka juga ingin membuat keluarga Levrawnch bangkrut dan tak bisa bangkit lagi seperti sed
"Gebby, kamu sedang memikirkan apa??" Tanya Bernand melihat Gebriella yang sedang berjalan seperti orang kebingungan. "Oh, tidak kak... Aku hanya berpikir, ingin ke kantor petugas keamanan untuk melaporkan hal ini." Jawab Gebriella. "Kantor petugas keamanan?? Hal apa yang akan kamu laporkan di sana, Gebby?" Tanya Bernand. "Tentu saja tentang kehilangan Yulia, kak..." Jawab Gebriella. "Aku juga berfikir seperti itu kemaren. Namun, tiba tiba ada kabar duka tentang Papi, akhirnya aku masih mengurungkan niatku." Kata Bernand pada Gebriella. Reyhan tak sengaja mendengar obrolan Gebriella dan Bernand. Baru saja ingin mendekati istri dan kakak iparnya itu, Reyhan sudah di panggil oleh Gandi terlebih dahulu. "Tuan Levrawnch..."Panggil Gandi. "Bagaimana Pak Gandi?" Tanya Reyhan. "Saya sudah mengatakan ke seluruh stasiun TV yang masih bekerja sama dengan perusahaan kita untuk menyiarkan berita tentang kematian Tuan Levrawnch Brit
"Hahaha... Kamu pikir aku tidak tahu?? Masih hidup tapi berpura pura mati. Apa yang aku tidak ketahui saat ini... Bocah sekecilmu tidak akan mampu untuk membalaskan dendam kematian ayahmu padaku." Kata Bram sambil menghisap rokoknya di depan TV yang sedang menyiarkan kematian Reyhan dan juga Ayahnya. Tiba tiba terdengan langkah Toro dari belakang nya. Bram bertanya sebelum Toro berkata, "Kenapa Toro?" "Bos, tadi saya melihat siaran langsung di TV tentang kemmmm..." Kata Toro terhenti dengan perkataan bosnya. "Aku sudah tahu. Apa ada yang lain?" Tanya Bram. "Tidak ada Bos." Jawab Toro. "Silahkan pergi." Perintah Bram. Toro akhirnya bergegas pergi dari ruangan Bram. Sementara teman temannya yang menunggu di depan ruangan Bram, bertanya padanya. "Eh, gimana? Apa kamu sudah bilang pada Bos??" "Dasar kau!! Dia sudah mengetahuinya terlebih dahulu." Kata Toro sambi menepuk kepala temannya itu. "Om... Ruangan Opa di mana??" Tan
Di perusahaan Levrawnch Britama saat ini mengalami menurunan pendapatan. Akibat stok kain untuk pakaian brand mereka yang hampir habis. Karena agen mereka sudah di kontrak oleh Bram. Gandi kebingungan. Dia takut melakukan langsung tanpa perintah langsung dari Reyhan. Sedangkan Reyhan hanya sibuk memikirkan cara untuk mengetahui pelaku di balik kecelakaan ayahnya dan berfikir cara untuk membalas dendam atas kematian ayahnya. "Tuan Levrawnch, pendapatan di perusahaan keluarga Levrawnch saat ini sudah menurun. Karena stok barang yang sudah hampir habis. Akhir akhir ini juga banyak komplain dari para konsumen. Gimana Tuan?? Apa yang harus kita lakukan??" Tanya Gandi. Reyhan hanya diam tanpa berkata. Seperti orang yang sedang melamun dan kehilangan arah. Nyonya Levrawnch yang baru saja membaik, berjalan mendekati Reyhan. Sebagai seorang Ibu, diapun menguatkan anaknya yang saat ini sedang merasa terpuruk dalam menghadapi kenyataan. "Tuan muda..." Pa
Setelah memasangkan cincin ke jari manis Maminya, mereka merasa bingung karena semua orang berlari ke arah depan jalan raya.Saking penasaran, Yulia bertanya pada salah satu bapak bapak yang juga ikut berlari ke depan jalan raya. "Pak, ada apa itu?? Apa yang terjadi di depan jalan itu??""Lecelakan, Non." Jawab bapak itu."Siapa yang celaka, Pak??" Tanya Yusuf."Katanya, Nona Marsyalinda berlari keluar jalan dan tertabrak mobil, Non. Kata mereka juga Nona Marsya tidak bernafas lagi." Jawab bapak itu lalu bergegas pergi.Yulia langsung berlari mengikuti bapak itu dengan begitu cepat dan berkata dalam hati, "Tanteeee... Maafkan aku."Lenia dan Yusufpun berjalancepat ke tempat kejadian itu. Setelah sampai, terlihat Yudha yang sedang menggendong Marsyalinda dan membawanya ke dalam ambulance.Semua keluarga Levrawnchpun menuju ke Rumah Sakit The L Medika. Namun sayangnya, setelah sampai di Rumah Sakit, Marsyalinda tidak sempat tertol
Air mata bercucuran tiada henti. Tangisan para tamu tak kalah dengan kesedihan keluarga Levrawnch. Meski menu makanan tiada henti di layani pada setiap individu yang datang, namun rasa sedih mendalam menutupi rasa dahaga mereka saat ini.Host 3 : "Itulah ucapan dari sang istri tercinta Tuan Levrawnch yang membuat kita semua yang hadir di sini merasa sedih."Host 1 : "Sedih banget. Namun masih ada lagi yang akan kita dengar, yaitu tentang kronologis keluarga Levrawnch Britama yang akan di sampaikan langsung oleh Nyonya Levrawnch Britama."👏👏👏Nyonya Levrawnch berjalan menuju kursi yang di taru di atas panggung. Meski begitu, Nyonya Levrawnch malah berdiri untuk menyampaikan hal tersebut dan menjadikan tempat duduk itu sebagai persiapan ketika dia merasa lelah berdiri."Pasti semuanya sudah kenal saya. Benar nggak??" Tanya Nyonya Levrawnch."KENAAAALLLL..." Sontak mereka semua."Baikah, terimakasih sudah datang maupun yang sudah menonton di
======== Sore hari tiba. Semua para Koki dan pelayan tengah sibuk di rumah baru Nyonya Levrawnch Britama. Ada begitu banyak penjemput tamu yang menggunakan gaun berwarna biru dan juga setelan jass yang sama berwarna hitam. Di kursi paling depan terlihat begitu banyak pengusaha pengusaha dan para direktur, serta pemilik saham yang sedang duduk bercerita dan bergunda ria. Sementara keluarga besar Levrawnch Britama, keluarga besar Debora serta keluarga besar Oscandra, semuanya memakai pakaian putih dan setelan jass berwarna hitam. Tak hanya itu, bahkan Marsyalinda, keluarga Yudha, teman teman Reyhan serta para pembantu juga serentak memakai pakaian putih dan hitam. "Sayang, kamu cantik banget hari ini." Kata Yudha pada Marsyalinda. "Terimakasih, sayang. Terimakasih sudah menemani aku, sudah melindungi dan memotivasi aku. Aku akan berusaha menjadi orang yang lebih baik lagi." Jawab Marsyalinda dengan mata yang berbinar menyimpan 1000 tetes
1 Bulan Kemudian. "Nak... Coba kamu lihat awan itu, indah bukan??" Tanya Gebriella pada Ali yang sedang duduk bersama di teras atas sambil membicarakan masa depan mereka. "Iya Mi... Sangat indah..." Jawab Ali. "Mami ingat waktu masa dulu saat melihat matahari mulai terbit dan awan putih mulai tebal. Waktu itu, Papi kamu bercerita soal dia yang sedang sibuk mencari Mami di Kota Naung. Tapi begitu ketemu, sepi terasa ramai. Malampun terlihat terang." Kata Gebriella sambil menikmati indahnya matahari terbit. "Terus, Mi...??" Tanya Ali. "Terus, setelah sekian lama terpisah, Papi dan Mami baru bertemu kembali di bukit bunga Kota Naung. Papi mencari mami di sana. Dia sangat setia juga sangat romantis. Tiap hari Papi datang ke rumah Mami yang kecil demi mengambil hati Oma dan juga Opa, hingga akhirnya Oma dan Opapun setuju. Lalu, Mami ikut papi ke Kota Hunan dan menghadapi cobaan bersama. Hehehe... Mami masih ingat, dulu Papi kamu sangat tegas. Dia h
Sampai di lokasi shooting, semua orang menyambut Gebriella dengan hidangan dari berbagai macam menu makanan. Mereka semua terlihat sangat bahagia. Tidak hanya itu, di sana juga ada banyak penggemar yang datang dan menyiapkan hadia serta ucapan ucapan yang memotivasi Gebriella. "Terimakasih semuanya... Terimakasih karena Gebbylover's masih setia menunggu saya dan selama ini masih mendukung saya. Sekali lagi saya ucapkan terimakasih banyak untuk semua penggemar yang ada di sini maupun yang sedang menonton acara perdana live saya di luar sana." Kata Gebriella dengan menggunakan mike, lalu menyapa semua para aktor lama maupun aktor baru. Gebriella juga menyapa semua TIM medianTV maupun para produser dan grup kameramen yang hadir. Gebriella terlihat begitu bahagia. Sekejap melupakan suaminya yang hilang, meski bersifat sementara, tapi bagi Gebriella suasana saat ini lumayan menghiburnya. "Hallo Gebby, selamat datang kembali. Hehehe..." Ucap Andi. "Hallo juga Kak A
"Nak... Apa kamu sudah mengingat semuanya??" Tanya Lenia pada Yulia."Tidak, aku tidak mengingat apa apa. Hanya mencoba memanggilmu dengan kata, Mami saja." Jawab Yulia."Tidak apa apa, Nak... Ingatlah pelan pelan. Tidak usah buru buru." Kata Lenia sambil mengusap usap kepalanya."Tolong tinggalkan aku sendiri. Aku mau tidur. Kepalaku mulai terasa sakit. Mungkin karena aku terus berusaha untuk mengingat semua masa laluku." Perintah Yulia.Lenia lalu memakaikan selimut pada Yulia, anaknya. Setelah itu mereka semua keluar dari kamar Yulia.Yulia berbaring terlentang sambil menutup matanya dan mencoba mengingat semua hal yang terjadi padanya."Ternyata Papi dan Mamiku adalah orang kaya. Tapi kenapa mereka tidak mencariku?? Apa dulu mereka tidak sayang padaku?? Lalu, di mana Papiku?? Kenapa dia tidak pernah datang menjengukku?? Kenapa Marsyalinda dan lelaki tua itu memanfaatkan aku untuk membunuh keluargaku sendiri?? Apa sebenarnya yang terjadi?
Dokter Willy yang baru saja sampai, merasa heran melihat ekspresi wajah Lenia dan teman temannya."Nona Levrawnch..." Panggil dokter Willy membuat Lenia kaget dari pandangannya ke arah Marsyalinda dengan tatapan yang penuh emosi."Nona Lerawnch!!" Panggil dokter Willy lagi."Iya dok. Gimana keadaan Yulia, dok!!" Tanya Lenia spontan."Masih sama seperti dengan kemaren. Saya melihat Nona Levrawnch seperti kebingungan melihat ke arah pintu keluar sana. Makanya saya langsung medekati Nona Levrawnch kesini. Oh iya, Nona Lerawnch, saya akan mel...!!" Kata dokter terputus dengan suara suster yang memanggil namanya."Dokter Willy, pasien atas nama Rana telah pingsan." Teriak suster tersebut."Pingsan?? Di mana dia??" Sontak Lenia dan dokter Willy kaget."Di depan Paviliun ruangan mawar, dok..." Jawab Suster jaga itu."Ayo kita lihat Yulia dulu, Nona Levrawnch." Ajak dokter Willy lalu berlari menuju ke arah Rana yang sedang di angkat ol
1 BULAN KEMUDIANWaktu berputar begitu cepat, sehingga tak terasa hari demi hari dengan penuh tantangan dan rintangan kian bisa terlewatkan.Keluarga Levrawnch Britama untuk sementara waktu tinggal di Villa Reyhan yang berada di Villa L Green.Kenangan yang sudah terlewatkan masih mengiris hati dengan rasa rindu yang tak terlampiaskan. Tapi Gebriella yang baru saja sembuh, tetap semangat dan hanya fokus pada masa depan anaknya, Ali. Saat ini Alipun telah resmi di gelar sebagai Tuan Muda Levrawnch Britama. Diapun mengikuti sekolah privat di Villa untuk sementara waktu, karena menghindari kejahatan di luar sana yang tak terduga.Tiba tiba terdengar suara Bi' Ina yang masih setia tinggal di Villa Reyhan sejak dahulu kala. BI' ina sudah terlihat tua. Oleh sebab itu, Bi' Ina kini hanya di jadikan sebagai pengawas para pembantu di kediaman keluarga Levrawnch Britama."Nyonya Gebby, sarapannya sudah siap. Semuanya sudah berkumpul di ruang makan. Apa makan
Lenia bersama keluarganya berkumpul di ruangan pasien tempat Rana di rawat.Suasana terlihat bgitu mengharukan. Air mata kerinduan bercucuran di pipi. Rasa kangen dan kekhawatiran yang selama ini terpendam, kini bisa terluapkan. Lenia memegang tangan Rana, sampai akhirnya Ranapun terbangun dan kebingungan setelah melihat ada begitu banyak orang yang sedang berkumpul di kamarnya."Siapa kalian??" Tanya Rana membuat Nyonya Levrawnch terpukul dengan pertanyaan itu."Dokter Willy, apa kejadian barusan membuat Yulia lupa ingatan??" Tanya Nyonya Levrawnch pada dokter pribadi mereka sekaligus Direktur Rumah Sakit The L Medika."Saat ini, Non Yulia belum bisa mengingat apa apa. Karena sebelumnya dia sudah memang lupa ingatan. Namun karena dia telah mengkonsumsi obat pelambat ingatan secara terus menerus, akhirnya ingatannya lebih susah lagi untuk di kembalikan. Mungkin Nona dan juga Nyonya Levrawnch harus lebih sabar lagi selama bertahun tahun untuk menunggu inga