Home / Romansa / Rahasia Cinta / Bertemu Harshad

Share

Bertemu Harshad

Author: Rheena Cleopatra
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Mampus gue, lari Anya! Lari cepetan!” gumam Anya merasa ada yang tidak beres dengan dua orang laki-laki yang memanggilnya. Sudah cukup orang-orang sekelilingnya menatap heran baju handuknya, jangan tambah lagi adegan kejar-kejaran ini.

Anya berlari meninggalkan mesin kopi yang dia jadikan tempat berpikir tadi. Melewati beberapa orang yang berjalan tak beraturan membuat lari Anya sedikit terganggu. Dia menabrak seseorang hingga hampir terjatuh.

“Oh, i’m sorry, i’m sorry,” ucap Anya sembari mengatupkan kedua tangannya. Orang yang dia tabrak tak mengatakan banyak hal, hanya sedikit sinis menatapnya.

Tak membuang waktu, Anya kembali berlari. Bodoamat lah urusan perempuan yang dia tabrak tadi, toh dia juga sudah meminta maaf. Yang harus dia lakukan sekarang adalah menyelamatkan diri dari dua orang yang sedang gencar-gencarnya mengejar dia.

Dia tidak tau ada urusan apa sebenarnya laki-laki yang dipanggil tuan itu dengan dirinya. Dia saja tidak mengenal mereka, tidak terkecuali. Dia bisa bela diri, tapi kalau musuhnya banyak dan laki-laki semua yah dia bisa pingsan di tempat.

“Gilak, aku salah apa, Oh Tuhan?” gumam Anya berbisik, dia mengatur nafas lagi setelah menemukan tempat untuk bersembunyi. Dia duduk di samping sebuah toko pakaian, tempat yang nyaman untuk bersembunyi.

Anya mendongak sebentar lalu melihat barang yang sejak tadi sudah ada di tangannya. Sikat gigi, benda itu menjadi saksi bisu atas semua kejadian hari ini.

“Kenapa dari tadi pagi kerjaan gue cuma dikejar-kejar orang mulu? Tadi pagi anak buahnya Harshad, sekarang orang-orang gila itu,” batinnya berbicara. “Tapi setidaknya anak buah Harshad nggak gila kek mereka, apa gue langsung ke kantor polisi aja ya? Laporin mereka?”

Oke, itu ide bagus Anya. Otakmu memang tidak pernah mengecewakan. Semangat. Suara hati Anya bergembira, dia tersenyum lagi sebelum beranjak dari tempatnya bersembunyi.

“Ahhh,” pekik Anya, tangannya ditarik paksa oleh kedua orang yang tadi mengejarnya. Ternyata mereka tau kalau Anya bersembunyi di sana, tapi mereka tak langsung menangkapnya. “I don’t have problem with you,” ucap Anya.

“Iya benar, nona. Sebenarnya kita juga tidak punya masalah dengan anda, tapi karena anda kabur semalam, maka sekarang anda punya masalah dengan kami,” jawab salah satu dari mereka.

"Weh, apa aku salah? Kalian mau melecehkan aku, normalnya aku harus melindungi diri dong,” kata Anya menjadi menuntut. Ini bukan seperti sebuah penculikan, kenapa gadis itu tidak ada takut-takutnya, malah seolah seperti sedang tawar-menawar.

“Silahkan jelaskan pada tuan kami,” jawab mereka lagi.

“Enggak, aku nggak mau!” kata Anya menendang kaki mereka satu persatu bergantian dan memilih lari lagi.

“What the fu*k, kapan sih capeknya?” umpat seseorang.

Ini memang sebuah masalah, seharusnya dia tidak kabur, tapi diakan hanya berusaha melindungi diri, apa yang salah dengan melindungi diri?

“Oh God, Anya belum sarapan Tuhan, masa udah suruh lari-lari gini?” Anya menoleh melihat musuhnya. Setidaknya di sini lebih ramai dari pada tempat tadi. Kemungkinan menemukan dirinya jadi semakin kecil.

“Sini!” tangan Anya ditarik seseorang sambil mulutnya dibungkam.

***

Ketika bukan weekend, mayoritas taman hiburan dan pusat perbelanjaan akan sepi. Sama juga di sini, Harshad selalu meminta hari libur yang tidak sama dengan orang lain agar bisa menikmati semuanya sendirian.

Dia meminta kunci mobil pada Bryan, dan meminta Bryan menggantikan semua tugasnya hari ini. Ini bukan hari libur Harshad, tapi dia ingin mengosongkan pikirannya. Bahkan saat dia berada di taman, dia hanya duduk sambil meminum kopi yang dia beli di kantor tadi.

Tapi ada hal yang mengganggu penglihatannya saat pulang. Dia melihat seseorang yang dia kenal, Harshad menghentikan mobilnya di tepi jalan dan menyebrang untuk menghampiri perempuan tersebut.

“Sini!” Harshad menarik tangan perempuan yang tadi malam tidur di ranjangnya. Dia membungkam mulut gadis itu agar tidak berteriak, Harshad sudah mengira kalau perempuan itu akan berteriak karena dia paksa.

“Kenapa lo lagi sih? Elo kan yang nyuruh mereka?” ucap Anya. Dia menunjuk wajah Harshad. Laki-laki yang mengenakan kacamata hitam tersebut melepas kasar kacamatanya.

“Elo tuh anak siapa sih? Kenapa pikiran lo isinya cuma hal buruk, hah?” jawab Harshad setelah tersenyum sinis. Dia ingat kata dokter tadi malam. Kalau Anya tidak hanya terpengaruh alkohol, tetapi juga obat tidur. Apalagi setelah dia mendengar kabar dari Bryan kalau perempuan ini kabur dari Arnold, pasti ada yang tidak beres.

“Anaknya emak gue lah, masa anak lo,” balas Anya. Dia berjalan meninggalkan Harshad. Alis Harshad menyatu, bingung menatap perempuan di depannya ini.

“Heh, mau kemana lo?”

“Serah gue dong, kenapa? Lo mau ikut?”

“Dasar cewek gila, elu tau nggak, kalau lu dikejar anak buahnya Arnold?” tanya Harshad sedikit frustasi, dia menarik tangan Anya agar berhenti berjalan dan menatapnya.

“Gue tau makanya gue lari, gue kabur.” Jawaban Anya membuat Harshad mengusap pelan wajahnya. Jawaban yang asal bagi Anya, dia tidak tau siapa itu Arnold, tapi ya sudahlah. Daripada dia bersama Harshad. 

“Gobloknya elu, sekarang ngapain coba lu kabur dari apartemen gue? Hah?” ucap Harshad sedikit teriak, Anya menatapnya bingung. “Kalo lu sekarang ada disana, kaga mungkin tuh mereka nemuin elu,” lanjut Harshad. Kening Anya berkerut.

“Lah kenapa elu yang sewot sekarang?” dan untuk kesekian kalinya, Harshad benar-benar ingin menelan hidup-hidup perempuan di depannya ini. “Ish, ya gue takut lah, gue kaga kenal elu juga,” tambah Anya sedikit berbisik.

“Lu ya.” Harshad tak jadi meneruskan ucapannya karena mendengar nama Anya dipanggil seseorang. Alisnya bertaut, nalurinya sebagai laki-laki keluar, memasang tubuhnya untuk menutupi Anya, berpura-pura menciumnya.

Awalnya Anya ingin menjitak kepala Harshad, tapi telinganya mendengar sesuatu yang tidak beres. Akhirnya dia diam dan menurut pada apa yang dilakukan Harshad. Mata Anya menatap  Harshad sebentar, laki-laki yang mengenakan jas navy itu tak menatapnya sama sekali, memang jika orang lain melihat mereka, pasti mengira kalau mereka sedang berciuman.

Tapi sebenarnya Harshad menggunakan ibu jarinya sebagai batasan antara bibirnya dan Anya. Jiwa sehat Anya memberontak, dia ingin menendang Harshad kalau saja keselamatan dia bukan ada di tangan Harshad sekarang.

“Anya!” mata Harshad membulat setelah mengetahui siapa yang tadi memanggil Anya, dia segera menarik Anya menjauh dari tempat yang tadi dia anggap aman.

Harshad melepaskan jas dan memakaikan jas itu pada tubuh Anya, setidaknya ada sedikit penyamaran. Juga satu lagi, kacamata hitamnya juga dia berikan pada Anya.

Dia membukakan pintu mobil sembari menelisik keadaan sekitar, dia tau betul kalau musuh bebuyutannya itu sudah turun tangan, pasti sesuatu yang dia cari bukanlah orang sembarangan.

“Ish, pelan-pelan ngapa? Kaga ada alus-alusnya sama sekali deh,” gerutu Anya. Dia menatap Harshad yang memutari mobil menuju kursi kemudi. “Lama-lama gue gila, dari tadi ngomong sendiri mulu,” gumam Anya kemudian.

“Ngomong apa lu?” tanya Harshad mulai melajukan mobilnya meninggalkan area taman. “Kenapa lu bisa sampe sini sih?” dengus Harshad.

“Ya gue pengen bebas dong, ngapain coba gue di rumah lu, kenal elu aja kaga,” balas Anya sewot.

“Dih, ya kali gue mau nyimpen elu di rumah gue, elo boleh keluar dari rumah gue semau lu bego, tapi seenggaknya pakek baju lo!” tambah Harshad.

Anya langsung terdiam, pukulan telak oleh Harshad. Dia melirik Harshad sebentar sebelum akhirnya memilih fokus pada jalanan di depannya.

“Mana masih bawa sikat gigi gue lagi,” gumam Harshad. Anya hanya melotot pada Harshad, tapi tak mengucapkan apapun. Nah, ini baru sifat Harshad yang sebenarnya, pikir Anya tidak mungkin Harshad memperhatikannya. Pasti karena sesuatu, dan feelingnya benar, ini gara-gara dia membawa kabur sikat gigi dari rumahnya

***

Related chapters

  • Rahasia Cinta   Mall

    Sedari mereka keluar dari area taman, alis Harshad terus menyatu. Dia diam sembari fokus pada kemudinya. Anya tidak merasa bersalah, karena dia tidak melakukan apapun, normalnya seseorang yang tinggal di rumah orang yang tidak dia kenal, ya harus pergi setelah sadar."Mau ngapain kesini?” tanya Anya, Harshad diam saja dan masih fokus mencari tempat parkir untuk mobil kesayangannya ini. “Heh, gue tanya mau ngapain kita kesini?”“Ya coba lo pikir sendiri, masa iya gue kesini mau main badminton,” jawab Harshad sedikit ketus. Dia keluar dari mobil mengabaikan Anya yang juga ikut bersungut-sungut.“Astaga, gue mimpi apaan ya?” dengus Anya. Anya melingkarkan tangannya di depan dada. Ingin tau apa yang dilakukan Harshad kalau dia tidak turun.Laki-laki bermarga Akandra tersebut menoleh karena tak ada suara langkah ataupun suara bising ocehan Anya. Bibir Harshad terangkat sebelah, dia geram tapi ingin tertawa.&ldq

  • Rahasia Cinta   Tidur Harshad Terganggu

    Terdengar umpatan berkali-kali dari mobil hitam yang berjalan kencang keluar dari kota. Dua orang yang tadi dan kemarin hampir menemukan Anya. Sebenarnya mereka juga tidak tau, kenapa bosnya meminta perempuan seperti Anya untuk dijadikan wanita bayaran.Dari apa yang mereka lihat, Anya bukanlah tipe perempuan yang menjual tubuhnya hanya demi uang. Bahkan Anya menolak untuk disentuh oleh mereka.Pasti ada hal lain di diri Anya sampai bosnya meminta pada mereka untuk tetap mencari Anya apapun yang terjadi, sangat rumit, apalagi Anya selalu lari dan terus-terusan kabur dari mereka.Menyusahkan!***Sampai di rumah Harshad, Anya langsung ke kamar mandi. Sedangkan Harshad mendaratkan bokongnya pada sofa melingkar di ruang tamu. Dua orang pelayan menghampirinya dan melepaskan satu persatu sepatu Harshad.Anya muntah-muntah di kamar mandi, kecepatan gila. Iya, Harshad mengendarai mobil dengan kecepatan di luar batas kebiasaan orang-orang kelas atas

  • Rahasia Cinta   Pistol

    DooorrrHarshad menurunkan pistolnya, matanya membulat, dia langsung membuang pistolnya setelah menyadari apa yang baru saja dia perbuat. “Anya?” panggil Harshad.Perempuan yang mengenakan hiasan rambut berbentuk hati tersebut tersenyum. Tangan kanannya berada di perutnya dan satu lagi seolah ingin meraih Harshad untuk dia jadikan tumpuan, tapi gagal.Anya terjerembab, duduk sambil masih tersenyum. Harshad mendekat, menyangga kepala Anya dengan pahanya, dia tak bisa berkata apa-apa.“Bryan! Danu!” teriak Harshad, memanggil orang-orang yang pasti saat ini ada di rumahnya. Dia panik, khawatir juga. “Anya, kamu baik-baik saja? Maafkan aku?” ucap Harshad.“Aku baik-baik saja, aku tidak apa-apa,” jawab Anya. Dia tersenyum sekali lagi dan kemudian menutup matanya.“Anya!” teriak Harshad menggoyangkan lengan Anya.“Nona Anya,” panggil seorang pelayan menyadarkan Anya dar

  • Rahasia Cinta   Hari yang Sama di Setiap Tahun

    Harshad sampai di depan kamarnya, pintu itu tertutup. Anya mengunci pintu dari dalam, beruntung pintu tersebut tidak hanya menggunakan kunci manual, tetapi juga sensor suara.Hanya suara Harshad dan Bryan yang bisa membuka kamar itu, Bryan segera kembali ke ruang kerja tuan mudanya untuk melihat kerja Danu. Sedangkan Harshad, dia punya perasaan was-was, karena ada hal yang membuatnya trauma jika ada orang lain yang menodongkan pistol.“Anya,” panggil Harshad. Dapat dia lihat Anya terlelap di atas ranjang, selimut sudah menutupi sebagian tubuh Anya. Lampu utama juga sudah mati, hanya lampu tidur di samping Anya yang menyala.Harshad tersenyum, satu sama. Dia juga memiliki kesempatan memandang wajah Anya saat tidur. Harshad mendekat, menyalakan lampu tidur di seberang Anya. Melihat Anya tidur, mengingatkan Harshad pada seseorang yang sangat dia rindukan.Dia tidak bisa lama-lama berada di kamar itu, tujuannya kesini hanya mengambil pistol yang d

  • Rahasia Cinta   Kesedihan Harshad

    Pintu balkon tertutup beserta dengan gordennya. Sama sekali tak dapat dilihat dari dalam rumah. Anya sedikit kesusahan membuka pintu kaca itu, sangat berat, ditambah lagi dia membawa nampan berisi makanan.PraaangggggAnya terkejut, dia cepat-cepat mendekati Harshad yang memeluk diri sambil berteriak-teriak. Walaupun Harshad menahan teriakannya, Anya bisa tau karena berada di tempat yang sama.Tapi masih ada kemungkinan tuan Danu tidak bisa mendengarnya karena di dalam ruangan memang kedap suara. Anya meletakkan nampan di atas meja.“Harshad,” panggil Anya sedikit ragu. Dia memungut pecahan-pecahan gelas di bawah Harshad. Karena Harshad tak memakai alas kaki apapun, takutnya nanti dia tiba-tiba berdiri dan menginjak pecahan tersebut.“Aaaaaakhhhhh, pergi!” Harshad menahan suaranya. Dia menutup telinga dan matanya. Membuat yang melihatnya ikut sedih. Anya mempercepat kerjanya.“Harshad kamu kenapa?” tanya A

  • Rahasia Cinta   Menemani Harshad

    Anya beranjak naik ranjang, di atasnya sudah ada Harshad yang terlelap dengan selimut menutup hampir seluruh tubuhnya. Dia menyeka badan Harshad, pasti tidak nyaman karena belum mengganti bajunya.Pelayan datang membawa ultrasonik aromatherapi kesukaan Harshad, Anya yang terkejut membau aroma lavender ini, bunga kesukaannya juga.“Mbak, tolong airnya diganti ya, udah dingin soalnya,” kata Anya pada pelayan yang ditugaskan menemani dirinya.“Baik, nona.” Anya mengangguk, kembali menempelkan handuk kecil di kening Harshad, air hangat di handuk sedikit demi sedikit dingin.Anya menyadari kalau tubuh Harshad menggigil, dia mencari remote AC, sepertinya dia harus mematikan AC tersebut. Kenapa dia merasa seperti menjadi ibu Harshad?Ah, tapi ya sudahlah. Dia diberi kepercayaan ini oleh sekretaris Bryan dan kepala keamanan itu, dia harus bertanggung jawab. Anya melepaskan jas Harshad, masih ada ponsel di saku kanannya.Dia l

  • Rahasia Cinta   Rencana Pulang

    Matahari menyapa mata Anya yang masih terpejam. Sekuat tenaga dia berusaha membukanya. Tak berselang lama dari bangunnya, alarm di kamar itu berbunyi. Ini hari ketiga Harshad sakit. Dia melirik bagian bawah tubuhnya karena merasa ada yang membebani perutnya. Dia selalu menemani tuan muda tersebut, sampai tidur dengan Harshad juga. Posisi Harshad tak berpindah sama sekali. Masih dengan posisi dia memeluk Anya tadi malam, hanya saja selimut yang mereka gunakan sudah menutupi tubuh Harshad sampai lehernya. “Jam lima,” gumam Anya. Dia bangkit dari berbaring setelah berusaha memindahkan tangan Harshad pelan-pelan. Anya bangun, dia menyentuh kening Harshad. Hangat, jadi panasnya sedikit menurun. Tidak masalah yang penting tidak sepanas kemarin. Dia takut kalau Harshad seperti kemarin lagi. Dia beranjak turun dari ranjang. Dia menutup kembali gorden yang terbuka meloloskan cahaya surya. Agar Harshad tidak terganggu tidurnya. Pintu kamar utama

  • Rahasia Cinta   Kolam Renang

    Malam selalu punya rahasia tersendiri, dengan menampilkan keelokan sang kartika dan juga bermacam-macam bentuk bintang. Dunia bukan hanya tentang kebaikan, ada kejahatan dan kelicikan juga di dalamnya. Bryan duduk sembari membuka satu-persatu map di depannya. Berkali-kali alisnya bertaut karena menemukan sesuatu yang tidak beres dalam dokumen tersebut. Ruangan di depan Bryan kosong, dia ingat kalau Tuan Mudanya belum datang bekerja. “Selamat malam, tuan,” sapa Danu yang baru tiba. Bryan hanya mengangguk, memberi isyarat pada Danu untuk duduk di depannya. “Aku minta data perusahaan Bantara, Dan,” ucap Bryan. Danu sedikit bingung tapi tetap beranjak mengambil apa yang diminta Sekretaris Bryan tersebut. “Waaaah, ada yang nggak beres,” gumam Bryan. “Ini, tuan,” ucap Danu menyodorkan dokumen. “Coba kamu cek lagi, ada yang janggal nggak?” pinta Bryan. Dia meraih ponselnya sambil berdiri dari kursi kebesarannya. “Aku ke tuan muda dulu,” pamit Bryan.

Latest chapter

  • Rahasia Cinta   Rencana Danu

    Beberapa mobil berhenti bersamaan di depan rumah almarhum Tuan Enrique. Banyak laki-laki mengenakan pakaian hitam dengan pistol kecil di saku atau di balik baju mereka. Rumah bernuansa bangunan kuno tersebut langsung ramai dan membuat orang-orang yang ada di rumah itu kalang kabut. Mereka juga berteriak dan mengancam. Tiga orang masuk paksa ke rumah itu, walaupun sudah dikunci oleh pemiliknya. Arnold baru saja turun dari mobilnya karena anak buahnya sudah ada yang berhasil masuk ke rumah tersebut. “Bagaimana?” tanya Arnold. Orang kepercayaannya hanya menggeleng. Lalu Arnold berjalan ke beberapa orang yang sudah didudukkan sambil berlutut. “Ke mana Nyonya Pemilik Rumah?”“Tidak tahu, Tuan. Dia tidak memberi tahu kami. Dia hanya pamit mau keluar dan dia juga minta ke kami agar menjaga rumah ini selama dia pergi.” Jawab seorang laki-laki yang terlihat paling tua di antara semuanya. Arnold berusaha berpikir, apakah ada yang salah? Atau memang ini sudah direncanaka

  • Rahasia Cinta   Pesan Tersembunyi

    Arose duduk sendiri di ruang meeting, menyandarkan punggungnya ke kursi kebesarannya yang ada di ruang meeting. Dia sedang tidak ingin di ruangannya. Ada banyak hal yang bisa membuatnya menyesal di ruang itu, dan juga nanti ada meeting, sekalian dia menyiapkan diri untuk meeting. Sekretaris Frans sedang mengurus berkas di ruangannya, sejatinya, pergi ke perusahaan hanyalah sebuah alasannya agar tidak terlalu memikirkan masalah yang terjadi beberapa hari lalu. “Huftttttt, udah Arose, fokus. Kamu harus fokus, tidak hanya Harshad yang terluka di sini, tapi juga Helen dan Anya,” gumam Arose mengingatkan dirinya sendiri saat mulai merasa down. Karena ketika ingat tiga orang tadi, semangatnya kembali muncul, ide tentang permintaan maaf juga seolah sudah antri di benaknya. “Mom’s,” panggil Harshad yang masih di luar pintu kaca, melihat ibunya menoleh dia langsung masuk ke ruang meeting. “Makan siang yuk, Mom’s,” tambah Harshad. Tidak ada yang bisa dijelaskan dari pe

  • Rahasia Cinta   Air Mancur di Rumah Arnold

    Air mancur di rumah Arnold terlihat lebih menyenangkan dari pada harus keluar rumah untuk bersenang-senang, itu bagi Arnold sendiri. Dia sedang memberi makan ikan-ikan yang dia pelihara di sana, anjing kecil kesayangan Arnold juga menemani di sekitar kakinya. Tak jauh dari air mancur, terlihat Gala sedang menikmati kopinya dengan camilan yang disediakan pelayan untuknya. Selama beberapa hari ini senyumnya tak hilang dari bibirnya. Arnold menoleh saat menyadari ada anak buahnya datang ke taman itu. Setidaknya ada empat orang yang menghampiri Arnold, dia berdiri setelah meletakkan kotak makanan ikan di pinggiran kolam ikan. Laki-laki yang mengenakan pakaian santai itu memastikan ayahnya tidak bisa mendengar percakapan mereka, tapi akhirnya dia tetap menyingkir dari taman. Dia beranjak pergi bersama dua anak buahnya, mencari tempat yang tidak bisa didengar ayahnya, sedangkan dua yang lain menemani Gala di kursi taman itu. “Ada apa?” tanya Arnold. Satu tangannya

  • Rahasia Cinta   Teman Berantem

    Bryan hanya diam di depan layar laptopnya, masih seperti biasa, dia berusaha menemukan kejanggalan atau petunjuk dari video pendek yang telah Danu kirimkan ke dirinya. Dia tidak keluar dari kamar sejak sarapan tadi, Bryan merasa kalau dia bisa menemukan petunjuk untuk kasus pembunuhan tuan besarnya. Juga hasil yang mungkin bisa membuat Harshad melupakan trauma yang sempat dia alami. Drrrt.. Drrrt.. Ponselnya bergetar dengan nada dering khusus milik Harshad. Ternyata pewaris tunggal itu mengirim pesan sekaligus meminta izinnya. Harshad Gue ke kantor, kalo ada apa-apa kabarin aja. “Serah lu, gue mah mending di rumah, bodo amat sama elu,” jawab Bryan menggunakan voice note, dan pastinya itu dusta. Dia langsung menghubungi Sekretaris Frans, orang yang bisa memantau apa saja yang terjadi di kantor dengan aman. “Iya, Tuan Bryan,” jawab Frans setelah menerima panggilan dari Bryan. “Harshad mau ke kantor, Tuan.” “Iya, Tuan. Saya yang mengatur hal

  • Rahasia Cinta   Baju Lucu yang Anya Pakai

    Anya menyusul Harshad yang sedang bermain dengan alat gym di lantai bawah. Dia melewati beberapa pelayan dan penjaga yang berdiri berjajar di jalanan menuju ke ruang olahraga. Dua orang pelayan sampai mendongak melihat apa yang menggantung di punggung Anya. “Astaga,” bisik pelayan itu pada pelayan lainnya. Melihat baju Anya yang memang ada boneka menggantung di belakangnya. Membuatnya seperti menggendong boneka, padahal boneka tersebut menempel di baju Anya. Mereka terkikik pelan, tapi Anya tidak menyadari sama sekali. Ditambah lagi, warna baju itu seperti pelangi, juga Anya yang mengenakan kaos kaki berwarna senada dan rambut yang dikuncir tinggi. Para pelayan tersenyum gemas, mereka langsung bubar setelah Anya masuk ke ruang gym, Bi Isah yang baru datang melihat ke tempat Anya masuk, lalu mengikuti pelayan untuk menata sarapan. “Harshad,” panggil Anya langsung melingkarkan tangan di pinggang Harshad. Harshad menoleh dan mengamati baju Anya, tersenyum lalu menyent

  • Rahasia Cinta   Setelan Jas Arose

    “Selamat datang, Tuan. Ada yang bisa kami bantu?” tanya perempuan itu. “Ahh, iya, Nyonya. Apa Anda adalah Nyonya Mia? Istri dari Tuan Enrique?” tanya Exel ganti.Mata perempuan tua itu terbelalak lebar, dia melambaikan tangannya pada beberapa orang yang ada di sana sebagai tanda mengusir mereka. Baru setelah beberapa orang itu pergi, perempuan yang bernama Mia itu mempersilahkan Exel duduk. “Anda siapa?” tanya Mia. Wajahnya benar-benar menunjukkan raut takut, tangannya juga saling meremas di pangkuannya. “Apa Anda juga salah satu orang yang akan menagih hutang suami saya?”“Hutang?” “Iya, Tuan. Suami saya meninggal dan meninggalkan beberapa hutang yang jumlahnya tidak sedikit. Dan saya harus membayar itu semua,” jawabnya. “Ohh, bukan, Nyonya. Saya hanya ingin tahu, apakah benar mobil itu pernah dinaiki oleh Tuan Enrique dan ditinggal di daerah pertambangan?” tanya Exel to the point. Mia lebih terkejut lagi, dia terdiam dan berusaha mengangguk.

  • Rahasia Cinta   Pemilik Mobil

    Gelap, dingin dan sunyi. Anya berdiri di antara dua hal itu, dia menyadari kalau di tempat berdirinya sekarang ada banyak bunga yang bermekaran dan indah jika bisa dilihat dengan cahaya yang cukup. Namun sayangnya, di sini tidak ada cahaya sama sekali. “Tempat apa, ini?” tanya Anya pada dirinya sendiri. Kakinya terus melangkah untuk mencari pintu keluar atau apapun yang bisa dia gunakan untuk mencari cahaya. “Oh ya, ponsel. Mana ponsel gue?” masih bergumam untuk dirinya sendiri. Di mana dia? Kenapa dia bisa ada di sana? Apa yang terjadi padanya? Ada banyak pertanyaan berkeliling di kepala Anya, melihat dia yang mengenakan pakaian bermotif bunga-bunga, ia menghentikan langkah. “Gue harus inget, di mana gue sebelum ini?” gumamnya memegang kepala. Terdiam berusaha mengingat, dan sudah berada di tempat lain saat membuka mata. “Ini di mana?” gumam Anya. Dia hendak bangkit dari berbaring, dan dia menyadari ada tangan yang memegangnya. Cklek.

  • Rahasia Cinta   Memalukan!

    Mobil Alphard putih yang ditumpangi Harshad dan Anya berhenti tepat si depan pintu utama mansion Harshad. Beberapa penjaga langsung menata posisi berdiri di sekitar mobil untuk menyambut Harshad. Bi Isah tergopoh menghampiri Harshad yang keluar dari mobil dengan keadaan basah kuyup. “Den Harshad, apa yang terjadi?” tanya Bi Isah. Laki-laki yang mengenakan pakaian tebal berwarna khaki itu menoleh dan memenangkan Bi Isah. “Tidak apa-apa, Bi. Apa Dokter Arya sudah datang?” tanya Harshad. “Sudah, Den. Dokter Arya ada di kamar, kamu,” jawab Bi Isah. Di pintu lain, seorang penjaga membuka pintu dan berusaha membawa Anya keluar. “Heh, tunggu. Biar aku saja, jangan sentuh Anya,” kata Harshad memperingatkan. Dua orang penjaga tersebut langsung mundur dan meminta maaf pada Harshad. Tak banyak berkata lagi, Harshad menutupkan jaket di tubuh Anya, sehingga menutupi tubuh Anya seluruhnya. Membopongnya ke kamar Harshad, Bi Isah menyarankan agar Anya dirawat di lantai

  • Rahasia Cinta   Baju yang Tidak Sesuai Musim

    Hujan deras masih terus mengguyur bumi sejak dia keluar dari rumah utama milik keluarga Harshad. Dia sudah melepaskan heels yang dibelikan oleh Ibu Harshad. Dia tak pernah berpikir akan ada kejadian seperti ini di dunianya. Air mata yang sudah lama tidak keluar kini menunjukkan wujudnya. Dia tidak tahu mengapa dia bisa langsung pergi dari rumah itu tanpa memikirkan ibunya, keselamatannya dan bagaimana nanti jika anak buah ayahnya menemukannya. Anya mendongak, menadahkan tangannya menyentuh air hujan. Apa Harshad tidak mencarinya? Kenapa sampai sekarang belum ada anak buah Harshad? Dia tidak membawa ponselnya, benda canggih itu tertinggal di kamar Harshad. Karena memang dia tidak membawanya saat makan malam. “Hhhhh, Ibu.” Anya terus berpikir tentang ibunya, bagaimana keadaan dan perasaan ibunya sekarang. Lappp.. Anya sedikit terkejut, lampu jalan menyala bersamaan. Menandakan hari sudah semakin malam. Dia meletakkan heels nya yang dari tadi dia pegang.

DMCA.com Protection Status