"Aku nggak mau tahu, jangan sampai Kania yang akan memenangkan sidang berikutnya!" Teriak Sonya. "Betul, kamu harus berusaha lebih keras Bram!" Mertua Bram, Ibu Emy ikut ikutan mencerca Bram dengan hal yang di ulang-ulang. "Kalian lihat sendiri, pengacara Kania itu Richard Wang!" Bram membela dirinya. "Memangnya kenapa kalau Richard Wang? Pengacara kita juga hebat kan?" Kembali Sonya berceloteh yang makin membuat Bram geram. 'Enak saja dia ngomong, memang pengacara itu gratis, aku aja bayar udah habis ratusan juta, kalau diterusin bisa miskin,' batin Bram."Aku berani membayar pengacara mahal karena aku memperkirakan hanya beberapa bulan sudah selesai, kalau ternyata sebegini lamanya ya terlalu besar uangnya yang harus aku bayarkan!" Bram berusaha menerangkan dengan menahan emosinya menghadapi dua wanita sejenis yang senang sekali menyusahkan hidupnya."Ya udah pakai uang perusahaan aja kan, Beres!" "Sembarangan kamu, jangan bikin kacau keuangan perusahaan!" "Halah Bram, kam
Di rumah sakit yang tenang, tiba-tiba datang serombongan orang dengan belasan koper besar, mereka dihadang oleh petugas keamanan. "Jam besuk telah usai, hanya boleh masuk bergantian satu demi satu." "Bagaimana bisa? Kami memenuhi undangan pesanan dengan harga tak terbatas, jadi kami harus all out you know?" kata seorang pria dengan dandanan flamboyan yang sangat feminin.Alis petugas keamanan pun terangkat melihat gaya gemulai pria di hadapannya. "Kalau Bapak koordinatornya tolong diatur sendiri, yang pasti tidak boleh masuk lebih dari satu!" Nampak wajah sang pria gemulai itu cemberut. "Okay, tolong antar saya masuk." Nampak pria gemulai itu membawa sebuah koper yang paling besar dan paling mewah."Silahkan." Pria gemulai pun masuk mendapati sang miliarder tampan sedang memegang tangan calon mempelainya, mereka saling memandang tanpa menghiraukan sekeliling."Ehm..ehm." Pria gemulai itu mengeluarkan suara. Lalu dia melihat miliarder yang tampannya kebangetan sedang memandangn
Nick mendekati Kania akan tetapi tidak menjelaskan apa-apa, Nick hanya menggenggam jemari Kania.Melihat itu Lexy mundur teratur, sambil membawa koper besarnya. "Saya permisi dulu ya, terima kasih Mr and Mrs Sebastian," ujar Lexy sambil melambaikan tangannya. Nampak Kania membuka mulutnya, sepertinya ingin menyangkal tapi dalam sekejap Nick mengecup bibir Kania hingga tidak ada kata yang terucap dari bibir Kania.Lexy sejenak terdiam melihat love language Nick yang parah. 'gimana rasanya dibucinin miliarder tampan kayak gitu, seandainya aku di posisi Kania, wow bisa mati dengan senyum di bibirku."Oke Lexy, thank you," Nick mengucapkan terima kasih sebagai tanda waktu Lexy sudah habis. Lexy pun menganggukkan kepala dan berlalu dari hadapan pria impiannya.Sepeninggal Lexy, Nick akan menelepon seseorang ketika notifikasi terdengar. Jadinya Nick mengangkat teleponnya. "Beres Tom?" "Beres Bos." "Bagus, jadi semua sudah beres? Sudah hubungi rumah sakit?" "Sudah, semuanya beres,
Kania dan Nick saling berpandangan . Kini mereka hanya tinggal berdua di dalam ruangan."Kenapa curiga sekali dengan sekeliling Nick? Kamu lihat nggak wajah suster galak itu saat kamu bilang 'kamu siapa?' dia kaget banget terus kayak mau lempar map yang dia pegang," Kania menerangkan apa yang dilihatnya.Nick menatap lantai berusaha mengingat apa yang dikatakannya. "Setahuku dokter yang akan membacakannya." "Bisa dokter bisa suster Nick, ya minimal kalau pun biasa dokter kan kamu bisa ngomong..biasanya dokter..nggak usah pakai nanya kamu siapa! Ini rumah sakit Nick, emang aneh kalau ada suster yang masuk kamar?"Nick paham maksud Kania, tapi Nick juga sadar bahwa refleknya terjadi karena kondisi, bukan tanpa alasan. "Oke Nia, aku akan menerangkan dengan cepat, waktu kita tidak banyak." Nick menarik tangan Kania, mendudukkan Kania di kursi sebelah ranjang, lalu Nick berdiri di depan Kania dengan kedua belah tangan di saku."Ada masalah di pertambangan Nia," ujar Nick mulai berceri
Tommy dan Pak Tua berwajah teduh yang akan memimpin pernikahan mereka pun masuk. Pak Tua itu tersenyum lebar melihat sisa-sisa tawa Kania yang masih terdengar. "Calon istriku bukan hanya tersenyum tapi dia tertawa, Pak Pendeta. Bisakah upacara ini kita mulai karena rumah sakit hanya memberiku waktu tiga puluh menit dan itu hanya tersisa lima menit saja." Pak tua yang ternyata seorang pendeta senior itu tersenyum lembut lalu mulai memposisikan dirinya, siap memimpin pernikahan sederhana ini. Mungkin ini bukan pernikahan megah dengan ratusan tamu yang mengelilingi mereka tapi tak urung Nick merasakan kegelisahan menyerangnya, dia ingin segera mengesahkan Kania sebagai miliknya. Akhirnya Nick maju, Nick menggenggam kedua tangan Kania dan mereka saling berjanji."Aku, Nick Sebastian berjanji akan selalu mencintaimu sepanjang hidupku, aku akan selalu ada untukmu, disetiap langkahmu, setiap waktu hingga ... nafas terakhirku," mata Nick berkaca-kaca saat mengucapkan sumpahnya dengan s
Mereka saling berbisik hingga bunyi batuk buatan menyela kemesraan mereka. Nick mengumpat lirih, dia lupa bahwa Tommy masih ada di dalam ruangan. "Tom?" "Sorry Nick, aku berniat keluar diam-diam akan tetapi kalau kau sadar aku pergi tanpa pamit nanti kau bilang aku tidak sopan, jadi aku menunggu... ternyata makin lama makin panas." Kalimat Tommy lebih cocok disebut gerutuan plus tuduhan."Kau sengaja ingin menggangguku." jawab Nick."No, aku ikut bahagia dan aku akan segera keluar, nantilah kita bicarakan tentang apa yang di temukan di lokasi pengeboran saat terjadi kecelakaan." Nick mengangguk dan menatap Tommy dengan wajah penuh rasa terima kasih. "Thank you sudah mempersiapkan ini semua." "Aku asistenmu Nick, whatever you want." "Iya, tapi yang kau lakukan hari ini benar benar luar biasa, sekali lagi thank you." "Sama sama Bos, senang lihat kau bahagia, Bos." Nick tersenyum lalu mengulurkan tangannya yang langsung disambut oleh Tommy. "Hati-hati di jalan." Tommy pun men
"Sus, daripada saya tunggu dokter di ruangan mending saya tunggu dokter di sini saja!""Memangnya kenapa kalau di ruangan?" Lagi-lagi suster senior itu bertanya dengan wajah datarnya. "Kalau Suster saja tidak mau memberitahu saya apa hasilnya berarti Suster takut dengan reaksi saya kan? Jadi sebaiknya saya yang mendengar terlebih dahulu barulah nanti saya akan menyampaikan kepada istri saya dengan cara saya sendiri." "Oh sudah sah ya Pak, eh Tuan? Selamat berbahagia ya." "Thank you, tapi ggak usah mengalihkan perhatian, Sus." Kembali suster senior itu menata map-map yang sudah rapi di mejanya, kentara bahwa itu hanya gerakan mengulur waktu saja. Nick menatap ujung sepatunya, dia berharap dokter segera datang agar dia tahu apa yang dia hadapi supaya dia bisa langsung mencari jalan keluar.Nick berharap takdir tidak begitu kejam terhadapnya, baru saja dia berhasil melangsungkan pernikahannya bahkan berbulan madu pun belum masa kan sudah ada masalah pelik menghadang di depan mereka?
Nick berhasil menyambut uluran tangan dokter bukan karena otaknya bekerja tapi hanya karena naluri yang menuntunnya. Saat ini dia tidak sanggup memerintahkan anggota tubuhnya untuk melakukan hal sekecil apapun termasuk membuka mulutnya. Nick terlalu takjub! Setelah melepaskan tangannya Nick berjalan keluar lalu menyusuri lorong rumah sakit dan berbelok menuju ke kamar dimana Kania sedang terbaring. Semua Nick lakukan secara otomatis. Setelah duduk di sisi Kania, Nick menatap wajah istrinya yang sedang tertidur pulas, lalu Nick menatap perut ramping Kania. Tangan Nick terjulur ke atas perut Kania, tempat dimana anak mereka berada. Kalau dulu berita tentang Nico menghantamnya di tengah begitu banyaknya masalah yang terjadi hingga Nick tidak bereaksi dengan sebenarnya walau dia merasakan sebuah keajaiban bahwa ternyata dia telah memiliki seorang pewaris, maka kini saat kembali keajaiban menghampirinya Nick tidak lagi mampu menyimpan perasaannya, dia begitu bangga, begitu bahagia,
Kania melihat wajah Tora, lalu menunduk menatap ponsel Tora, nampak dua orang anak manusia yang sedang bercinta. Keduanya asing bagi Kania! Akan tetapi masih sambil menunduk Kania menyusun rencana. "Mana ada tubuh sexy, tubuh over weight aja di bilang seksi!" gerutu Kania. Tora terkejut hingga lupa menutup mulutnya.."Kau tidak menangis?" Lucu sekali raut wajah Tora.Reaksi Kania hanyalah mengangkat keningnya lebih tinggi."Sudah kubilang bahwa suamiku adalah pria paling setia, dia memiliki semua kriteria yang diinginkan seorang wanita pada diri seorang pria."Kania sengaja membuat panas hingga Tora tak lagi bisa berpikir dengan otaknya."Sudah kaya, tampan, seksi, pintarrr lagi.""Diam," desis Tora."Seorang pria yang bisa menaklukkan dunia akan dengan mudah membuat ribuan wanita tunduk di kakinya, tanpa rayuan, tanpa ancaman." Kania meneruskan dengan sengaja."DIAM!" bentak Tora dengan raut wajah bengis. "Pria yang percaya diri adalah pria yang tahu kualitas dirinya, tidak men
Nick mengangkat tangannya dan siap menggedor pintu kamar ketika sesuatu menghentikannya. Tawa istrinya! Tawa! 'apakah perkiraannya salah? Mereka memang sedang berbisnis?' Kalimat berikutnya menjawab pertanyaan Nick. "Suamiku pria yang paling bisa dipercaya, kau tunjukkan foto dia sedang bercinta pun aku akan bilang itu rekayasa!"Segera Nick berbalik dengan wajah heran dan memberi isyarat kepada Tommy untuk melakukan sesuatu. Tommy mengacungkan jempolnya, Nick heran melihat ketenangan sahabatnya. Kembali Nick menghadap pintu dan menempelkan telinganya lebih dekat. **Kania melihat Tora mendekatinya. Kania beringsut akan tetapi Tora makin mendekati hingga parfumnya tercium oleh Kania. Parfum lembut yang aneh karena menguar setelah bercampur keringat seorang pria. Seaneh pemakainya. "Sejak awal kita bertemu kau sudah merendahkan ku dengan lagak bangsawanmu! Lalu makin hari kau makin membuatku marah karena kau membuat mereka semua mulai berani melawanku!""Tanda tanya besar ba
Nick sampai di kantor Kania. Bergegas Nick menuju ruang Kania hanya untuk mendapati ruangan itu kosong. Nick melihat sekeliling. 'fix! Nia keluar kantor karena tas dan semua barang-barang pribadinya tidak ada di sini.' Nick berkata dalam hati setelah melihat sekitar. Nick langsung mencari sekretaris Kania. "Kemana Ibu pergi?" "Ibu pergi dengan klien lama yang memang sudah janjian dari kemarin itu, Pak." Nick ingat cerita Kania bahwa beberapa hari terakhir dia sedang sibuk mempersiapkan penyambutan klien besar yang tadinya sudah tidak menjalin kerja sama dengan mereka karena perusahaannya vakum akan tetapi kini telah kembali. Nick masih ingat binar di mata istrinya, betapa Kania sangat bahagia karena dengan perjanjian baru ini mereka akan mendapatkan laba yang berlipatganda. Sebenarnya ini bukan melulu tentang uang, tapi Kania ingin mengembalikan kondisi perusahaan ayahnya kembali ke posisi semula, jadi perusahaan sehat yang bisa menopang hidup ratusan karyawan beserta keluar
Kania memandang Mrs Brenda sambil bertanya dalam hati. 'seharusnya basa basi nggak sampai sedalam ini kan? Pakai nanya nama anak segala!' "Namanya Nico, Mrs Brenda." "Kamu sayang sama Nico?" 'pertanyaan nggak penting!' Ingin rasanya Kania menghardik Mrs Brenda. "Kenapa Mrs Brenda?" Nampak Mrs Brenda mendongak akan tetapi tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. "Yah...hanya ingin tahu saja." Kania hanya mengangguk samar tanpa menjawab pertanyaan Mrs Brenda. Tanpa terasa mereka telah sampai di parkir bawah tanah. Mereka keluar dan berjalan dengan Mrs Brenda yang memimpin di depan. Lalu Kania sadar bahwa mereka sedang berada di hotel bukan kantor! Sedang mereka berjalan terjadi keributan. Ada seorang ibu yang sedang menggendong bayinya. Si ibu kerepotan dengan barang bawaannya dan juga sibuk menenangkan bayinya yang sedang menangis kencang. Kania mengamati dan sedang berpikir apa yang bisa dilakukan untuk menolong si ibu ketika dia merasa tangan M
"Selamat siang, mari silahkan masuk." Sambil mempersilahkan wanita itu masuk Kania berjalan menyongsong kliennya. Mereka berjabat tangan. Kania mencatat dalam hati bahwa wanita itu hanya sekilas memandang wajahnya lalu melihat ke sekeliling ruang kerja Kania. 'mungkin wanita ini mengukur kredibilitas perusahaan Kania melalui kondisi dan perabot kantor pemilik,' batin Kania. "Mari silahkan duduk Mrs Brenda, senang bisa bertemu dengan Anda hari ini." Merasa namanya di panggil Mrs Brenda memandang Kania lalu menganggukkan kepalanya. "Kemana orang-orangmu?" Kania sejenak berpikir bagaimana cara menjawab tanpa membuat wanita tua ini tersinggung. "Maaf, bukankah pesan yang sekretaris Anda kirim mengatakan agar sebaiknya kita hanya bertemu berdua saja?" Wanita tua itu tersenyum. Senyum formalitas, catat Kania dalam hati."Aku hanya ingin memastikan kau sudah melakukan apa yang aku inginkan," jawab Mrs Brenda.Kania mengangguk. "Baik, kalau ada yang ingin Anda tanyakan seputar pr
Nick meraih tengkuk istrinya lalu mulai memimpin mereka berdua. "Aku terus memikirkan ini sejak dokter bilang kau sudah boleh beraktivitas normal," bisik Nick dengan bibir basah yang merambah ke mana-mana. Nick membelai kulit istrinya yang sangat lembut dan membiarkan jemarinya meluncur turun ke leher, lalu ke tulang selangkanya. Nick mencium denyut nadi di leher Kania dan merasakan detak itu di lidahnya.Mereka setara dalam gairah."Aku ingin kau telanjang," gumam Nick yang tidak lagi ingin membuang waktu langsung menarik turun blouse Kania yang ternyata memang belum terkancing dengan sempurna."Aku terlalu merindukanmu.." gumam Nick.Mereka saling memandang."Me too. Jadi, apa yang kau tunggu, Hon? Pleaseee,"Nick tersenyum mendengar rengekkan Kania.."Kalau hanya untuk aku, sudah sedari tadi aku akan langsung masuk, berdiam di sana, menikmati kenikmatan luar biasa yang tak pernah gagal kau tawarkan." "Tapi?""Aku harus membayar hutangku dulu, betapa istriku yang murah hati su
"Satu minggu, Pak." Nick membiarkan pria itu mengerjakan tugasnya sampai selesai. "Catat di kertas, taruh di meja." Setelah melakukan persis yang Nick perintahkan, pemuda itu segera berlalu dari hadapan Nick. Nick langsung mengangkat telepon dan kembali memanggil Tommy."Siap Bos?" "Kenapa ada OB baru di sini?" "Memang vendor kita akan ganti orang baru kalau yang lama sudah menjelang habis masa kontrak, Nick." "Telepon mereka, suruh sediakan orang-orang yang sudah bekerja minimal 1 tahun, jangan pernah kirim orang baru apapun kondisinya atau kita akan cari vendor lain." Tommy mengangguk.'ini serius!' batin Tommy."Memangnya kenapa dengan OB yang kamu panggil tadi, Bos?" "Sebenarnya aku mau panggil teknisi tapi demi kepraktisan aku suruh OB aja, toh tidak membutuhkan keakuratan, hanya bayangan garis besarnya saja tapi ternyata orang yang datang asing, dengan kondisi kita saat ini, usahakan tidak ada orang baru, menutup kemungkinan mereka menyusup dengan mudahnya ke kantor ki
Akhirnya Nick kembali ke kantor dengan senyum lebar di bibirnya.Nick membuka ruang pertemuan dan mendapati ada Tommy yang sedang bersama dengan klien mereka."Mohon maaf pertemuan kita terganggu karena istri saya butuh bantuan." Itulah kalimat pertama yang Nick ucapkan. Nampak klien yang tua menatap Nick tajam lalu mulai menjawab."Tadinya saya kesal karena harus menunggu, padahal kami klien penting dan kami datang dari jauh, jadi tadi saya nyaris memutuskan bahwa saya akan mengakhiri hubungan bisnis di antara kita." Nick hanya diam, tidak menjawab sepatah kata pun karena dia tahu bahwa masih ada yang akan di ungkapkan oleh kliennya itu. "Akan tetapi di saat-saat terakhir setelah saya mendengar bahwa kau mengabaikan kami karena harus mengurus sesuatu yang berhubungan dengan istrimu akhirnya...saya putuskan untuk menunggumu." Nick mengangguk seakan ingin mengucapkan terima kasih melalui anggukkan kepalanya."Kau tidak ingin bertanya apa yang membuat saya memutuskan menunggumu
Nick berusaha melepaskan bibirnya untuk ciuman yang kesekian kali. "Udah pamit yang ketiga kali," gumam Kania setengah meledek suami sayang.Nick tersipu malu. "Berat ninggalin istri tercinta," jawab Nick sambil berjalan ke pintu. "Tumben rajin banget ngantor, ini udah jam berapa, Hon?" Nick berhenti lalu menatap lembut kekasih hatinya. "Kalau mereka belum terlanjur menunggu ya aku nggak bakalan ninggalin istriku...apalagi kalau mulai merajuk gini." Kania menggigit bibirnya lalu bertanya dengan raut wajah mulai serius."Menunggu? Jadi yang meeting penting hari ini..belum beres?" Nick kembali mendekat dan tanpa menyentuh Nick mengecup bahu Kania. "Aku melompat dan meninggalkan mereka begitu kau menutup teleponku! Ingat Sayang, hukuman untuk itu belum terbayar." "Maafkan Nia bikin kacau sampai pertemuan penting jadi terganggu, kalau nanti mereka marah dan batal gimana, Hon?" "Nggak mungkin batal, karena di awal aku sudah sempat menjamu mereka dengan baik, jadi mereka tahu ba